Wednesday, April 27, 2011

berusaha lalu bertawakal

itulah adalah kondisi ideal yang diajarkan para pemuka agama. dalam banyak kasus setelah aku merasa berusaha kemudian berdoa. Tetapi seringkali bila hasil tidak sesuai dengan harapan maka kadangkala ada pertanyaan. adakah yang salah dari hal tersebut. Secara normatif tidak ada yang salah. namun seringkali kita juga kurang mengukur seberapa besar usaha yang sudah kita lakukan. apakah cukup? Nah ini dia.... JUstru di situ letaknya kecukupan sebuah usaha itu sulit diukur secatra jelas. Tetapi seandanya masih ada rasa kurang maksimal dalam hati, berarti bisa dipastikan bahwa usahanya masih kurang. Untuk sebuah pencapaian tertinggi dalam level master aku merasa sudah berusaha menemukan topik yang cocok dengan suara hati, kemudian juga perubahan lokasi - dengan pertimbangan hasilnya akan lebih maksimal- tentu saja dengan persetujuan kd dan pembimbing. Yang jelas pemilihan lokasi baru yang sama sekali tidak aku kenal banyak menyebabkan hal -hal yang di luar dugaan. Pertemuan dengan semua orang baru tanpa membawa apa-pun kecuali selembar surat ijin; tentu saja sangat banyak romantikanya. Mulai dicurigai sampai dengan diterima dengan senang hati. Tapi yang jeklas semua butuh waktu, karena semua mulai dari 0. Seandanya aku meneliti di daerah sendiri yanag begini2 tentu tidak akan muncul. But, forget it !! Lupakan sesuatu yang membuat keputusan menjadi goyah, ragu... Belum lagi dalam pencarian data yang sangat sulit. bahwa data keuangan menjadi rahasia, memang bergitulah situasinya. harus mengetik satu persatu di tempat, karena data tersebut sangat confidential sifatnya. Sehingga kala teman-teman sudah berhasil, aku masih berkutat pada pengumpulan data. Memang erupsi yang menyebabkan aku mandeg selama kurang lebih 3 bulan juga membuat aku "minder". karena seolah semua memandangku dengan kasihan. aku tidak suka untuk dikasihani yang amat sangat. Aku hanya perlu dimengerti. Belum lagi pengembaraaanku mencari bentuk terbaik dari analisis yang akhirnya justru "menemukan sesuatu" sungguh di luar dugaanku. Terimakasih ya Allah atas banyak sekali hikmah-hikmah didalik itu semua. Semoga apa yang dikatakan sebagai temuan/perolehan itu nantinya kan banyak berguna bagi banyak orsng..... Dan akhirnya aku harus lebih berusaha lagi untuk bisa menyatakan bahwa saya sudah berusaha.... Moga-moga titik ini menjadi sebuah titik awal untuk sebuah kebangkitan dan pencarian yang benar...Amien

Thursday, April 14, 2011

Verifikasi

Baru aku dapat ilmu tentang verifikasi. Ternyata verifier bukanlah tugas yang main-main. Sangat serius dan menentukan. Bagaimana tidak dialah yang berhak ngomong bahwa ini sudah baik maupun sebaliknya. Verifier juga berhak merevisi atau bahkan mengembalikan (reject) bila perlu. sehingga tugas verifier tidak hanya melihat data per institusi tetapi juga membandingkannya dengan yang lain, mencari outlier dll. Supaya dalam tugasnya tidak ada conflict of interest, menurutku sih semua verifier harus dibekali dengan ilmu yang sama dan ketrampilan. sehingga seorang verifier akan menghasilkan sesuatu yang standar pula. Semestinya juga bahwa ilmu tentang verifikasi ini juga diterapkan oleh dosen dalam menilai karya mahasiswanya, guru dalam melihat karya siswanya. Sehingga tidak muncul subyektifitas yang besar, yang menyebabkan satu atau pihak lain merasakan ketidakadilan. Semestinya bagaimana mungkin karya yang dibuat dengan tepat waktu, memenuhi kriteria minimal dan konten akan tidak dihargai dengan maksimal. Yang jelas dalam penilaian ini semestinya terbuka dan tidak asal. Karena sebenarnya dari keputusan si penilai akan berakibat sangat panjang. Bisa saja seorang penilai salah dan bagaimana dengan ralat. Dalam dunia ilmiah semestinya hal tersebut sangt terbuka. Karena human eror tetap dapat terjadi, apalagi bila tidak ada prosedur yang jelas dalam penilaian. Verifikator, dosen, guru dan posisi penentu lainnya semestinya harus terbuka dengan semua perbaikan maupun kritik. Akhirnya saya berharap bahwa apa yang terjadi bisa menjadi pelajaran buat saya....dan orang-orang yang mau belajar............ Ya allah mudah-mudahan hal ini menjadi pupuk semangat untuk selalu berbuat yang terbaik, walaupun kadang-kadang tidak dihargai oleh sesama manusia. hanya Engkaulah juri yang seadil-adilnya......

Tuesday, April 12, 2011

tandem senior yunior

tandem dalam arti bahasa adalah berduaan. mengayuh sepeda berduaan dan semuanya ikut bekerja membuat sepeda itu jalan. demikian juga bila naik sepeda, naik paralayang, sebagai pilot di pesawat. di dalamnya ada seorang yang sudah senior yang akan membimbing yunior untuk mengikuti langkah si seniornya, sehingga suatu saat kelak tandem ini akan menghasilkan yunior yang akan dapat mengikuti jejak seniornya. Tentu saja dibutuhkan kemauan dari si yunior untuk mau belajar, mau repot-repot bila dalam proses tandem memang hal-hal yang terkesan 'sepele' akan dibebankan padanya. Juga yang tidak kalah penting mau meninggalkan gengsi dan sebangsanya bila memang yang kita ikuti memang lebih dari kita, si Yunior. Si Senior juga tidak kalah repotnya. Di bebani untuk mengkader seniornya yag bisa jadi suatu saat kelak bisa menjadi pesaingnya; ini bila ranah keahlian yang sama. Namun tentu saja senior akan merasa sukses bila si Yunior akan lebih dari dirinya. Tentu saja ini menjadi sebuah pilihan yang akan menyebabkan tandem ini memang menjadi sebuah pilihan yang sulit tetapi menantang. Bila si Senior berpikiran bahwa ssesuatu yang baik dan perlu diperjuangkan akan dipertaruhkan sustainabilitasnya maka tentu ia akan memilih untuk sukarela bertandem dengan yuniornya. dan sebaliknya. Dan saya merasa memang tandem ini sebuah usaha mulia untuk mengkader pemikir-pemikir lanjutan. Toh manusia akan berakhir sementara buah pikiran itu akan abadi dan bisa menjadi sebuah ladang amal yang akan terus berbuah, sepanjang di dalamnya ada sebuah proses-proses keikhlasan. Terimakasih saya ucapkan bagi para senior yang sudi berbagi ilmu dengan saya yang kekurangan ini. Moga allah swt memebrikan rahmat, dan hidayahnya kepada kita semua. Amin.