Monday, May 30, 2011

Wahai para elit, mau dibawa kemana negeriku ?

Permasalahan besar yang membelit negeri ini sungguh-sungguh membuat saya sebagai rakyat kecil makin tak paham. Betapa tidak, setiap hari kita disuguhi sesuatu yang tidak kita butuhkan, bahkan sangat memuakkan !!

Berita korupsi yang tiada habis, pertikaian antar elit, perseteruan telanjang untuk saling menjatuhkan, pernyataan-pernyataan saling serang , saling menyandera dan entah apa lagi yang akan terjadi esok hari.........

Wahai para elit, Mau dibawa kemana negeriku ?

Banyak energi terbuang sia-sia untuk sesuatu yang tidak jelas arahnya. Banyak hal penting yang terlewat karenanya. Permasalahan besar di ranah publik makin tidak terjawab. Jaminan Sosial nasional yang masih terus dalam perdebatan, biaya pendidikan tinggi yang terus membumbung naik, kebutuhan primer yang makin sulit di dapat......Dan satu hal bahwa pesimisme makin merebak. Dan Inilah yang paling berbahaya!!. Saat orang merasa tidak lagi punya harapan, maka tidak mau peduli adalah jalan yang paling banyak diambil. Menurutku, itulah jalan menuju kematian pelan-pelan.......Menurut pak Mahfud Indonesia dalam Bahaya!!!. Sepakat.

Wahai para elit berhentilah bertikai ! Tidakkah kau dengar rakyatmu yang merintih kelaparan, kesakitan, putus sekolah, tidak punya pekerjaan dan seabreg permasalahan hidup yang makin menghimpit.....

Masih adakah pemimpin tulus yang mau menjawab persoalan kami ini? Pemimpin yang serupa dengan Umar bin khattab dengan ketegasannya, yang serupa dengan Abu Bakar dengan kearifannya, yang serupa Ali ra dengan kepandaiannya dan pemimpin yang menjadi harapan kami semua, dapat membawa kesejahteraan, kedamaian dan kebanggaan menjadi sebuah bangsa.............

Wednesday, May 25, 2011

peran mulia yang dipandang sebelah mata

Seorang ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia, yang seringkali orang yang menyandangnya merasa risih, karena tidak bergengsi. Padahal justru di situlah peran asli seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Kita seringkali kurang menghayati peran itu karena setiap hari roda kegiatan di rumah sudah didelegasikan pada pembantu, tukang masak, pak kebon, sopir, pengasuh anak. Dan karena sudah berjalan baik maka kita kita jadi lebih bisa memanfaatkan waktu di bidang lain. karir, bisnis, belajar dan lain-lain yang intinya masalah pengembangan diri. Nah jika pada saat yang sama tiba-tiba pembantu "menghilang" semua, maka dituntut kita untuk pintar-pintar atur waktu kapan mengantar cucian ke loundry, kapan mencuci piring, sekedar memasak untuk sarapan, bersih-bersih rumah dan seabrek pekerjaan yang sebenarnya bila diniati untuk membangun sebuah keluarga dan pada akhirnya akan berujung membangun bangsa dan manusia maka sangatlah mulia jenis tipe pekerjaan ini. Namun seringkali pekerjan di belakang layar ini hanya dipandang sebelah mata. Karena tanpa seragam, bau asap, agak kotor dan tidak berpangkat.... Waduh tapi ini adalah sebuah pengabdian yang tanpa batas dan akhir. Sepanjang masih hidup maka kegiatan makan, beraktivitas yang menghasilkan pakaian kotor, juga rumah akan senantiasa berantakan hasil dari aktivitas anak-anak main dan sebagainya masih akan terjadi. dan itu semua, akan menghasilkan kekotoran yang menjadi bagian ibu -ibu untuk membersihkannya. Tapi subhanallah jika kita ikhlas maka akan sangat berpahala. Dan itulah yang menjadi sebuah tantangan bagaimana harus memadukan antara kegiatan aktualisasi diri dengan mengerjakan semua itu dengan baik. Ya allah karuniakan kekuatan fisik, mental dan spiritual untuk mengerjkan ini semua. Amin

Sunday, May 22, 2011

kesempatan untuk menanam kebajikan

kesempatan adalah sesuatu yang bisa mengubah potensi menjadi nyata. tentu saja kesempatan itu akan dapat berarti sia-sia, bila kita memang tidak siap untuk mengisi atau bahkan merebutnya. Kesempatan akan berlalu begitu saja. Sangat disayangkan. Apalagi bila itu adalah kesempatan untuk mendapat nilai tambah. Ksempatan untuk menanam ataupun meraih kebajikan senantiasa harus kita ciptakan sendiri. Mengubah barang yang tidak berharga untuk kita menjadi dibutuhkan untuk orang lain; memberi sesuatu yang menurut kita adalah remeh tetapi bisa menjadi berarti besar untuk yang lain; menyediakan diri untuk menjadi konsultan dadakan apa yang kita bisa / mampu sarankan; mau menjadikan rumah / fasilitas kita menjadi sarana perbaikan organisasi, orang per orang ataupun lingkungan; memberi sedikit ilmu yang kita punya untuk membantu bagi yang membutuhkan. Pendek kata, banyak hal yang bisa menjadi ladang amal. Dengan memberi sentuhan kata dan doa kita akan mengubah segala sesuatu menjadi bermakna. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang masih diberi kesempatan untuk treus menerus memperbaiki diri, keluarga dan lingkungan sekitar kita. Ya Allah hanya engakaulah yang bisa memampukan kami dalam hal ini. Amin

Saturday, May 14, 2011

ceroboh / lalai adalah kegagalan dan itu makan biaya

kecerobohan serta kelalaian terutama yang disengaja adalah sebuah kegagalan. Dan itu adalah makan biaya. cost of failure. Bayangkan karena ndak hati-hati maka aku 'mberetkan' mobil yang ku tumpangi berkali-kali. Beberapa kali memang tidak sengaja. Tapi beberapa kali memang karena terlalu nekat. di depan indomaret gedongkuning bumper depan nabrak batu yang ndak kelihatan, di TK Muadz bin Jabbal mobil sebelah kiri terkena pagar, di depan rumah pilahan saat mundur ndak lihat dan memang belum ahli, pindah rumah di dayu saat ada mobil parkir persis di tikungan, saat kesasar sama tatas. Yah sampai sekarang masih dibiarkan ada tanda kenang-kenangannya. he..he..yang jelas semua itu pada akhirnya akan makan biaya. Pelajaran untuk lebih hati-hati. Juga untuk ngurus SIM card handphone. Waduh entah berapa kali. Dulu pas Hp hilang di Tarakan 2x, di Malay 1X, di Yogya karena di copet 1X, karena HP jatuh serta karena banyak hal. Karena PIN untuk main-mainan si Sulung, juga karena rusak sendiri... aneh ya? Yah kehilangan Hp, sim card ngurus-ngurusnya akan makan waktu yang sangat banyak. belum lagi biaya untuk ngurusnya. memang pelajaran yang berharga untuk menurunkan kegagalan. Caranya ? dengan pencegahan dan penilaian. Persis konsepnya mutu. Mudah-mudahan ke depan semakin baik. Amin.

Tuesday, May 10, 2011

Milik kita sesungguhnya adalah apa yang kita berikan untuk orang lain

Menjadi berkecil hati kala saya membaca seseorang yang memberikan hampir semua hartanya untuk sebuah "proyek" bersama dengan Allah. Beliau berkata sesungguhnya apa-apa yang kita berikan justru yang paling abadi di sisi-Nya. Sementara apa yang kita nikmati sendiri justru sebenarnya hanya numpang lewat. Makanan yang kita nikmati akan berubah menjadi tenaga/ energi yang akan mengantar kita pada suatu kegiatan. Apakah akan menjadi makin dekat dengan Allah atau justru sebaliknya. Demikian juga minuman, dll. Namun apa -pa yang kita sedekahkan, dengan catatan ikhlas maka akan semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Maka sesungguhnya harta kita adalah yang justru kita sedekahkan pada orang lain, yang kita amalkan untuk kebajikan dan kemanfaatan. Padahal kita seringkali menjadi kikir karena sayang harta kita akan berkurang saat kita mengeluarkan untuk sesuatu yang kembalinya terlihat tidak langsung /kasat mata. Kita berpikir panjang sekali untuk memberi pada orang yang justru sangat membutuhkan. Sementara untuk kebutuhan kita yang sebenarnya tidak terlalu butuh-butuh banget justru menjadi prioritas. Kita menumpuk-numpuk baju, jilbab, sepatu, tas, hp dari merk-merk terkenal sampai-sampai lemari dan tempat penyimpanan sudah tidak muat. padahal di luar sana banyak sekali orang-orang yang butuh barang. Betapa kita masih senang menimbun sesuatu karena kita anggap itulah yang milik kita. Sesungguhnya justru sebaliknya.