Sunday, October 12, 2014

Penopengan

Dalam sebuah kesempatan, mataku tertumbuk pada pemandangan orang yang sedang menyapu halaman -pekerjaan yang sering aku kerjakan juga.- aku tertarik karena gaya menyapunya berbeda dari biasanya. Ujung pegangan sapu lidinya terlihat diputar-putar dan ditekan-tekan ke bawah dan menurutku terlihat seperti orang sedang memasang baut. setelah aku perhatikan ternyata yang di dorong dan ditekan ke bawah adalah sampah yang dihasikannya dari menyapu ke dalam sebuah lubang sempit, yakni celah di antara kayu-kayu yang membentuk jembatan di atas sebuah got besar.
Aku tertegun.
Ada banyak hal yang memang layak untuk ditutup, tidak perlu diperlihatkan kepada orang lain. Sampah atau Keburukan atau aib. Di luar isu politik lho ya… maka ini aku sebut “penopengan” (he..he nanti dimarahi ahli bahasa) atau apa pun namanya memang sebuah upaya memoles sesuatu menjadi tampak indah, baik, hebat dan semua yang top markotop di depan lawan tapi kenyataan aslinya bisa jadi kebalikannya. Kelihatannya sangat mendukung dan menghormati padahal di belakangnya justru mencaci maki dan membully. Tampak dermawan dengan memberi padahal tangan yang satu mengambil dengan jahil atau bahkan mencuri yang bukan haknya…..Yang jelas masih sering berbeda tampak muka dan belakang sesuai kepentingannya. “Penopengan “ ini seakan menjadi trend dan jurus ampuh untuk meraih hati orang dan pihak yang hanya sempat melihat sekilas saja.
Dalam hal ini bila kita hanya memindahkan sampah ke dalam sungai di bawah jembatan atau ke bawah kolong rumah maka sebenarnya upaya menyapu kotoran yang kita lakukan hanya sebuah pengalihan sampah dari dalam /depan rumah kita ke tempat yang orang nggak bisa melihat saja. Tetapi sejatinya kita pun tahu bahwa sampah itu belum selesai kita kelola. Suatu ketika maka bisa jadi akan membuat buntu got depan rumah kita dan akan membuat banjir di sekitar rumah kita.
Kita juga seringkali masih berkutat dalam me make up wajah kita habis-habisan sementara perilaku tangan kita masih sulit kita kendalikan untuk membuat wajah kita bebas dari infeksi. Infeksi yang ditimbulkan dari tangan kotor kita yang suka memencet-mencet jerawat di wajah akan sulit tertutupi oleh make up yang super mahal dan tebal sekalipun. Suatu ketika maka make up yang kita kenakan justru akan memperparah infeksi wajah kita…
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan upaya menutup keburukan/aib. Karena insyaallah Dzat yang Maha Mengetahui juga akan menutup aib kita di masa lalu. Cuma memang semestinya bukan berhenti dalam make up saja. Tapi dengan juga “ mendidik “ tangan kita laiknya dalam kasus jerawat tadi dan perilaku yang lain kita untuk memperbaiki kesalahan yang sudah pernah terjadi di masa lalu. Keburukan yang sudah lalu pun kita tutup dengan membuka halaman baru....
(Sebuah upaya mengikat makna untuk mengingatkan diri sendiri)