Thursday, November 27, 2014

Di Antara Kota –Kota Kita


Dengan penasaran saya naik lagi ke jembatan layang itu. Di depan sebuah kompleks pertokoan terkenal di sebuah Kota . Memastikan apakah setumpuk sampah masih bertengger di sana. Ternyata masih dan justru makin jelas (dibandingkan saat malam aku lihat pertama kali) bahwa sampah itu kemungkinan sudah berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu/ berbulan-bulan. Di bawah ada 2 orang petugas kebersihan dan aku sampaikan bahwa sampah menggunung di ujung jembatan penyebrangan. Sangat tidak nyaman. Saya hanya bertugas penyapu jalan bu, saya tidak bertugas di sana. Ya tolong sampaikan saja ke pimpinannya saja ya....dia memandang saya dengan pandangan heran. Dia buru-buru bertanya. Jalan-jalan bu? Ya mba.... lantas aku kembali berjalan pagi. Saat ada petugas satu lagi aku sampaikan hal yang sama. Lagi-lagi Bapak itu bilang itu bukan tugasnya. Ya, saya maklum aja sih. Memang kan sudah dibagi-bagi tugasnya. Lagian memang Bapak yang kedua lokasinya sudah agak jauh dari jembatan itu.
Di beberapa jalan yang saya lewati juga got-got mampet, dangkal karena penuh sampah. Bahkan ada sebuah warung makanan kecil yang berdiri tepat di atas got terbuka yang terlihat dari luar sungguh sangat menjijikkan. Hitam-kuning bercampur sampah......
Ingatanku jadi melayang saat awal tahun 1992 di Surabaya, Saat jalan pagi subuh, saya ingat saat itu Surabaya kalo nggak salah sudah ada jargon green and clean. Maka petugas kebersihan sudah berjalan dan menyisir saat matahari masih belum muncul. Memang beberapa waktu kemudian Surabaya mengalami penurunan dalam hal kebersihan seiring pergantian komando , tapi kembali saya ke Surabaya dalam waktu terakhir ini jaman bu Risma, subhanallah, sangat bersih sekali. Surabaya yang kota besar ke -2 sangatlah bersih bukan hanya di level nasional saja, tapi juga sdh bisa bersaing di level internasional. Kok bisa ya?
Tapi memang melihat wawancara bu walikotanya di beberapa TV yang selalu membawa peralatan kebersihan bahkan di mobilnya sekalipun memang menjadi tidak heran...Komitmen akan membawa sebuah perubahan luar biasa. ... dan Saya bangga pernah menjadi bagian Surabaya bertahun-tahun lalu.
Saya memang bukan siapa-siapa. Tapi entahlah kok sukanya mengamati kebersihan kota-kota yang saya kunjungi. Bukan apa-apa sih. Saya mikir sebenarnya kebersihan sebuah tempat adalah servis yang paling “mudah ” disajikan pada semua pengunjung kota. Sampah disingkirkan! Selesai. Walaupun tentu saja bukan perkara gampang mengatur semuanya untuk mengerahkan sumberdaya ke arah sana dan pascanya. Buktinya banyak kota besar yang belum bisa ke arah sana. Yogyakarta pada beberapa tahun terakhir. Entahlah sekarang....Mudahan sudah berubah. Bayangkan kalo kota tujuan wisata kotor beserta seluruh daerah pendukungnya (Sleman dst ) maka kenyamanan pengunjung pasti akan terganggu...eh kok jadi serius euy!...Kota lain, Bandung pas 2010 kami ke sana masih seperti lautan sampah...tapi terakhir 2014 sudah banyak berbenah. Sangat bersih....Kota Pangkal Pinang dan Balikpapan juga sangat bersih.
Saat berbincang dengan tukang becak, pengemudi angkot, taxi dan beberapa warga yang sempat saya temui rata-rata mereka sangat bangga dengan kotanya yang sangat bersih. Tidak jarang mereka juga langsung menawarkan tempat lain di kota itu untuk dikunjungi. Wah promosi gratis sebenarnya dan yang jelas sifatnya tulus dari masyarakat terbawah...
Aku bermimpi suatu ketika kota di Provinsi yang yang termasuk terkaya di negeri ini akan berbenah juga. Bukan hanya di titik –titik pantau suatu penilaian lomba kebersihan tetapi di semua wilayah Kota. Semoga
LikeLike ·  ·