Wednesday, May 26, 2010

ayo, kenali potensi bencana di sekitar kita !!

AYO KENALI POTENSI BENCANA DI SEKITAR KITA!!
Pada akhir Desember tahun 2004 lalu terjadilah tsunami yang menyebabkan ratusan ribu jiwa melayang serta porak porandanya Aceh dan Sumut pada waktu itu. Detik-detik bagaimana dahsyatnya gelombang air yang mampu menggulung apa saja yang ada di hadapannya menjadi sebuah “peristiwa hidup” yang terekam oleh para pemberani. Rekaman itu dipancarkan oleh stasiun televise dan menjadikan peristiwa tersebut juga terekam secara kuat dalam memori kita semua, bagaimana kedahsyatan sebuah bencana. Sejak saat itulah “ bencana “ menemukan momentumnya. Bencana menjadi sesuatu yang layak untuk dipelajari.
Bencana didefinisikan oleh Badan Koordinanasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP) sebagai peristiwa yang disebabkan alam / ulah manusia atau keduanya yang mengakibatkan korban, penderitaan manusia, kerugian harta benda, lingkungan, sarana dan prasarana serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat . Bencana yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah mulai dari skala kecil sampai yang besar.
Dalam kurun waktu setelah bencana tsunami di Aceh sampai sekarang, sudah terjadi banyak sekali bencana seperti gempa bumi yang meluluhlantakkkan Jogjakarta, gelombang besar yang menghantam pantai selatan Pulau Jawa, letusan gunung Merapi, dan lain-lain. Beberapa bencana alam (natural disaster) seperti banjir, longsor juga terjadi di banyak daerah. Tidak ketinggalan juga bencana karena ulah manusia (man made disaster) seperti kecelakaan transportasi pesawat yang tergelincir, terbakar, jatuh bahkan hilang. Belum lagi tenggelamnya beberapa kapal dan kecelakan massal di darat yang sulit jika diinventaris satu persatu, karena sangking banyaknya. Selain hal tersebut, maka bencana karena manusia juga meliputi kegagalan teknologi ( seperti meledaknya pabrik Petrokimia di Jawa Timur, bocornya reaktor nuklir di banyak negara dan lain-lain). Kebakaran hutan yang sering terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatera sering menyebabkan kabut asap yang dampaknya juga menyeberang sampai negeri tetangga.
Kedaruratan kompleks / perang/ konflik seperti konflik sosial ( konflik yang mengatasnamakan SARA) dan terorisme adalah sebagai bencana yang dibuat dan dirancang oleh manusia.
Satu hal lagi bahwa bencana lingkungan akibat perubahan iklim global juga sedang mengancam. Kenaikan suhu bumi yang menyebabkan mencairnya es di kutub yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan beberapa centimeter permukaan air laut pada akhirnya menyebabkan banjir di mana-mana bahkan terendamnya beberapa kota di dunia. Pada bencana ini , juga tampak jelas adanya peran manusia yang menyumbang gas buang yang menyebabkan efek rumah kaca ini.

Buat Peta rawan Bencana di Tiap Daerah
Seperti diketahui bersama bahwa letak sebagian wilayah Indonesia adalah di pertemuan lempeng-lempeng bumi yang dapat menyebabkan gempa bumi dengan diikuti atau tidak dengan tsunami, merupakan ancaman setiap saat bagi daerah di sepenjang pantai barat sumatera, pantai selatan pulau Jawa,, Bali, nusa Tenggara dan sebagian Pulau Sulawesi dan Maluku. Tentu saja daerah yang terletak di daerah-daerah itu harus selalu bersiap dengan kemungkinan bencana gempa bumi dan tsunami.
Demikian juga potensi bencana yang lain juga harus diinvenrtarisir dengan baik. Daerah dengan pemukiman yang padat sangat rawan dengan bencana kebakaran. Daerah dengan keragaman etnis dan budaya juga harus selalu terjaga dari hal-hal yang dapat menyebabkan kedaruratan kompleks yang sangat tidak kita harapkan. Potensi kerusuhan berbasis SARA (suku, agama, ras dan aliran) kadang-kadang masih muncul karena dipicu oleh permasalahan yang sangt sepele, walaupun pada akhirnya seringnya dibuktikan bahwa ternyata masalah kesenjangan ekonomilah yang menjadi penyebabnya.
Daerah yang terletak dekat dengan perbatasan wilayah Negara lain seperti beberapa kabupaten di Kalimantan timur, Kalimantan Barat juga sangat memungkinkan untuk menjadi tujuan sementara bila adanya “ pengusiran” atau apa pun namannya sebagai bentuk penertiban warga Negara kita yang berdomisili secara illegal di Negara jiran kita.
Ancaman penggundulan hutan yang terus terjadi yang dilakukan oleh orang=-orang yang bertanggung jawab tetap saja terjadi. Dengan kemampuan yang sangat luar biasa dimana kabarnya dalam waktu satu menit akan menghilangkan luas hutan seluas lapangan sepakbola mak aancaman dari naiknya suhu bumi ( global warming) sudah sangat dekat.
Dengan mengenali dan menginventarisir potensi ancaman bencana disekitar kita maka kita sendiri akan berusaha untuk mencegahnya- tentu saja jika bencana itu dalam kendali manusia. Namun paling tidak hal tersebut juga dapat memepersiapkan secara psikologis untuk menghadapinya. Penilaian risiko masing-masing bencana berdasarkan pada faktor bahaya yang meliputi frekuensi kejadian, intensitas, dampak, keluasan dan tenggang waktu terjadinya masing-masing bencana.
Kerawanan yang terbagi menjadi kerawanan fisik , sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dalam akibat bencana tersebut juga mempunyai nilai tersendiri dalam penilaian risiko. Penilaian risiko juga dilihat dari ada tidaknya manajemen bencana tersebut, serta kesiapsiagaan maupun peran serta masyarakat dan lain-lain. Maka potensi bencana yang tersebar adal;ah potensi bencana yang paling tinggi skornya yang berarti juga bencana yang paling mungkin terjadi di wilayah tersebut.
Sedangkan peta rawan bencana adalah gabungan natara potensi bencana yang digambarkan pada peta wilayah yang sudah ada. Dari peta bencana akan terlihat daerah pesisisr pantai dimana tekstur bangunan kebanyakan dari kayu, pemukiman padat dan dengan jalan-jalan sempit itulah kemungkinan munculnya bencana kebakaran yang sangat tinggi. Dengan sendirinya maka desa atau kelurahan yang mempunyai cirri seperti itu masuk dalam peta bencana khusus kebakaran. Demikian juga lahan kritis yang m\nmungkinkan terjadinya longsor juga kan lebih udah diidentifikai dengan adanya peta bencana.
Dengan adanya data potensi bencana ancaman bencana beserta peta rawannya maka diharapkan akan memunculkan konsep penanggulangan bencana yang matang sebelum terjadi.
Manajemen bencana
Pada saat ini kebijakan dan strategi penanggulangan masalah kedaruratan dan bencana mengalami perubahan paradigma. Dulu setiap bencana yang diperlukan hanya tanggap darurat dan rehabilitasi dimana bantuan darurat yang bertujuan meringankan korban, kerusakan dan mempercepat proses pemulihan (recovery). Sekarang kejadian bencana akibat ulah manusia dapat dicegah dan diantisipasi sejak dini. Upaya mitigasi sebagai cara mengurangi dampak yang terjadi akibat bencana pada manusia maupun kesiapsiagaan menjadi hal yang harus diupayakan dan dipersiapkan. Termasuk disini adalah koordinasi pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan bencana.
Sehingga konsep penanggulangan bencana terbaru didasarkan pada siklus manajemen bencana yang terbagi menjadi 3 bagian besar yaitu : tahap sebelum bencana, saat terjadi bencana dan sesudah bencana. Pada keadaan sebelum bencana bisa dilakukan peringatan dini, pencegahan maupun mitigasi ( penjinakan). Pada saat terjadi bencana maka upaya pokoknya adalah mencari, menolong, menyelematkan korban dan memberikan bantuan bagi korban yang hidup dan mati (berlangsung sejak bencana sampai dengan 6 bulan sesudahnya). Sedangkan tahap pasca bencana adalah dengan rehabilitasi ( 6 bulan - 12 bulan pasca bencana), rekonstruksi sarana dan parasarana dan memulihkan kegiatan pemerintah dan roda perekonomian yang kadang kadang berjalan dsampai dengan 5 tahun pasca bencana.
Hal-hal yang diharapkan dari perubahan pola penanggulangan bencana – dimana konsepnya menhjadi sangat mirip dengan paradigma sehat pada duia kesehatan ini antara lain : masyarakat yang sadar bencana pada akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat lain untuk lebih akrab dengan upaya pencegahan dan kesiapsiaagaan. Karena bagaimanapun juga masyarakat yang dekat yang terkena bencana beserta masyarakat di sekitarnya itulah yang bisa diharapkan untuk menangani penderita gawat darurat pada fase pra rumah sakit, sampai kemudian datangnya tenaga-tenaga yang lebih profesional baik dari satuan pelaksana (satlak) dan satuan koordinasi pelaksanaan ( satkorlak) PBP maupun dari tenaga kesehatan.
Pembentukan desa siaga – sebagai salah satu program unggulan kementrian kesehatan dan cikal-bakal menuju Indonsia Sehat – juga menjadikan program tanggap darurat bencana (safe community) sebagai salah satu komponen yang harus ada. Program desa siaga bisa menjadi pintu masuk bagi program sadar bencana. Dan pada akhirnya diharapkan akan dapat mewujudkan kegiadap bencana yang bersifat antisipatif terhadap bencana yang mungkin terjadi pada daerah masing –masing.
Apabila hal ini sudah ada kolaborasi antara dinas yang menangani kondisi bencana dengan program desa siaganya dinas kesehatan maka penanggulanagn bencana dan penanganan pengungsi – seandainya bencana terjadi - maka dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.
Setelah secara fisik disiapkan upaya-upaya pencegahan dan mitigasi bencana ( baik lewat peraturan, koordianasi dll) maka perlu membangun persiapan mental masyarakat dengan upaya-upaya yang mengarah pada sadar bencana maka jangan lupa, salah antisipasinya adalah dengan … berdoa!!. Karena kita menyadari adanya invisible hand di balik semua peristiwa yang ada di muka bumi termasuk kejadian bencana ini. Ya Allah, jauhkan kami dari dari bencana dan marabahaya….. Amien.

No comments: