Sebuah catatan perjalanan hidup baik pengalaman, renungan, butiran hikmah, secercah ilmu pengetahuan, dan informasi dll. Mudah-mudahan menjadi sebuah catatan yang punya manfaat dalam menyebarkan kebaikan serta sebuah keyakinan akan pentingnya mengikat makna untuk menjadi sebuah warisan berharga dan akhirnya berharap semoga bisa juga menjadi salah satu bekal menuju surga.
Wednesday, June 8, 2011
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung
Bila membaca itu kesannya bumi dan langitnya jadi banyak ya. Padahal bumi dan langitnya ya cuma satu. He..he. Tapi tentu saja bahwa artinya tidak seperti itu. Bahwa dimana kita berada maka kita akan berusaha mejunjung apa-apa yang ada di daerah tersebut. Ini sebenarnya hal-hal yang sering djadikan sebagai pepatah bahwa pendatang di suatu daerah hendaknya mengikuti aturan yang ada di daerah barunya. Tapi bagi saya itu harus dikembalikan bahwa ternyata hanya ada bumi yang satu dan dimana pun kita berpijak maka kata langit itulah yang harus dilaksanakan. Jadi intinya yang kita junjung adalah aturan universal yang merupakan kearifan sebagai sebuah bangsa dan manusia. Betapa tidak banyak orang yang terus merasa bahwa ada orang asli dan pendatang. Yang terjadi kemudian gap-gap budaya. Dan implikasinya banyak keresahan dan kerusuhan berbau SARA yang muncul dari situ. Yang sebaiknya di bangun adalah bahwa orang pendatang atau asli tidaklah terlalu penting. Yang terpenting adalah sikap yang sama-sama untuk mau membangun. Itu saja. Dengan mau membangun akan merasa memiliki dan dengan sendirinya bahwa akan timbul ketaatan pada kesepakatan-kesepakatan yang ada sepanjang tetap menjamin bahwa bumnyai dan langitnya adalah sama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment