Tuesday, November 8, 2011

Mewujudkan Kedaulatan Kesehatan di Perbatasan

Dimuat di JAWA POS SURABAYA TANGGAL 7 NOVEMBER 2011 Jelang Peringatan Hari Kesehatan 12 November 2011 Mewujudkan Kedaulatan Kesehatan di Perbatasan Tri Astuti Sugiyatmi* Dugaan pencaplokan wilayah perbatasan di Kalbar oleh Malaysia sedang santer diperbincangkan. Problem buruknya infrastruktur maupun pelayanan publik khususnya di bidang kesehatan di wilayah itu kembali mengemuka seperti jumlah tenaga kesehatan yang sangat minim, kurang memadainya fasilitas yang ada serta keluhan bahwa pengobatan di Indonesia lebih mahal dan lebih buruk kualitasnya. Walaupun keluhan yang ada sudah sering diangkat oleh berbagai media dan sudah diketahui pula apa penyebab dari semua hal itu, Namun sayangnya respon cepat dari para stakeholder belum terlihat sehingga masalah ini lama-lama menimbulkan rasa ketidakpercayaan pada bangsa sendiri. Puncaknya menjelang peringatan hari kemerdekaan RI ke- 66 yang baru lalu, sebagian warga perbatasan di Kalbar mengancam akan mengibarkan bendera Malaysia sebagai bentuk protes akan kurangnya perhatian pemerintah di sana. Saat pelayanan publik di perbatasan kurang baik, bibit disintegrasi sebuah bangsa menemukan persemaiannya. Belajar dari Layanan Kesehatan di Sabah Sabah-Malaysia dapat dianggap sebagai representasi bagaimana negara seharusnya membangun layanan publik di bidang kesehatan di wilayah perbatasan. Walaupun kota Tawao terletak di ujung negara Malaysia yang berbatasan dengan Indonesia, situasi layanan kesehatan di sana sudah sangat baik. Bangsal-bangsal yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Jauh dari kesan kumuh dan kotor. Tidak hanya performa RS yang terlihat sangat memanjakan pengunjung, namun di klinik kesihatan (setara puskesmas) maupun klinik desa (setara puskesmas pembantu) juga memperlihatkan hal yang sama. Sebetulnya gedung yang di sana terlihat tidak jauh berbeda dengan milik kita. Tapi bila menengok ke dalam maka baru terlihat bedanya. Lantai yang sangat bersih. Di dinding terlihat meriah dengan berbagai poster dan gambar yang di bingkai. Petunjuk kesehatan juga terlihat secara jelas yang biasanya dituliskan dengan rapi dan berwarna-warni.Terdapat pojok untuk berbagai leaflet, buletin dan informasi kesehatan yang dapat dibaca di tempat. Gudang penyimpanan obat dan tempat barang juga sangat rapi. Tidak terasa kalau kita di sebuah gudang, karena tidak ada tumpukan kertas atau barang yang tidak berguna. Semua serba tertata dan ada petunjuk yang memudahkan untuk mencarinya. Saat masuk ke KM/WC pun terlihat bersih dan tercium bau wangi. Yang unik adalah di semua pintu terlihat siapa penanggungjawab ruangan tersebut dan khusus untuk di KM/ WC terdapat jadwal pelaksanaan kebersihannya. Apa kuncinya? Saat kita bertanya apa kuncinya dari semua penampilan yang sangat baik tersebut? Maka jawabannya sebetulnya sangat sederhana. Khusus dalam memoles penampilannya, rahasianya adalah implementasi dari 5 S yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Melihat dari namanya maka 5S adalah tata cara housekeeeping yang dapat ditebak berasal dari sebuah negara yang sangat terkenal dengan budayanya, yaitu Jepang. Malaysia sudah berhasil mengadopsi nilai-nilai baik tersebut. Di sana 5S diterjemahkan ke bahasa Melayu berurutan menjadi Sisih, Susun, Sapu, Seragamkan, dan Senatiasa amalkan; menjadi kunci yang sangat ampuh dalam meningkatkan performa di layanan kesehatan. Sebenarnya sebagian dari layanan kesehatan kita, juga sudah mengenalnya sebagai 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Tetapi sayang, kita belum konsisten dalam menjalankannya. Sehingga 5R yang ada di sebuah RS, baru menjadi hiasan yang terlihat pada papan di taman atau di dinding yang aplikasinya masih jauh panggang dari api. Satu hal yang berbeda urusan 5S di Malaysia menjadi urusan semua petugas, bahkan manajer puncak bukan hanya sekedar urusan bagian kebersihan dan office boy saja seperti di tempat kita. Di Malaysia, perhatian pada hal-hal detail seperti pelayanan pada bagian pendaftaran ataupun kebersihan KM/WC juga diwujudkan dalam sebuah lomba untuk yang berjenjang di tingkat district, negara bagian dan kementrian kesehatan. Dapat dibandingkan untuk mencari KM/WC bersih, rapi dan wangi tidak harus di tempat pelayanan umum yang cukup mewah seperti bandara tetapi cukup di tingkat puskesmas. Momentum untuk Bangkit Jika untuk hal-hal yang terkesan sepele saja mereka sangat serius maka dapat kita bayangkan untuk hal besar lain. Khusus untuk mutu layanan kesehatan lain yang menyangkut prosedur dan tata cara maka pemerintah Malaysia sudah menerapkan standar pelayanan internasional (International Organization for Standardization) 9001: 2000 untuk pelayanan di hampir semua klinik kesehatan yang ada. Dengan memanfaatkan auditor pemerintah yaitu SIRIM (Standards and Industrial Research Institute of Malaysia), Malaysia serius menata layanan kesehatannya yang secara nyata sudah terbukti berhasil menarik hati bagi warga negara lain yaitu, warga di perbatasan Indonesia. Dalam kasus memanasnya hubungan dua negara, hendaklah ini menjadikan momentum bagi bangkitnya pelayanan publik kita khususnya di perbatasan. Tidak harus menunggu diterapkannya Sistem Manajemen Mutu Internasional yang mahal harganya namun dengan 5R yang terbukti murah meriah walaupun tidak semudah apa yang kita bayangkan. Namun dibutuhkan komitmen yang cukup besar dari seluruh tingkat kepemimpinan, mulai dari kementrian kesehatan sampai dengan RS/ puskesmas. Dalam hal ini khusus bagi Pemprov Kaltim patut diacungi jempol. Beberapa waktu yang lalu - setelah melalui kajian yang sangat panjang- sudah berhasil mengeluarkan perda mutu pelayanan kesehatan. Tentu sedapat mungkin perda ini hendaknya cepat disosialisasikan kepada seluruh stakeholder, khususnya di daerah perbatasan. Hal ini bisa menjadi sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi wilayah lain. Tentu saja respon dari pemimpin di lokal wilayah perbatasan dan sekitarnya memang sangat diharapkan. Sehingga pada akhirnya kedaulatan kesehatan di perbatasan dapat menjadi kenyataan. Semoga.

No comments: