Dari kajian agama di
satu stasiun televisi ada sesuatu yang baru buat aku. Sedih. Ternyata ada yang
positif dan negatif. Padahal allah sendiri berfirman jangan bersedih. La
Tahzan. Yang seperti apa yang positif
dan yang seperti apa yang negatif. Sedih yang negatif bila sedihnya
berkepanjangan pada akhirnya akan membuat orang menjadi kurang produktif. Sehingga
sedih negatif, memang secepatnya harus diakhiri.
Tapi ini yang
baru bagiku. Sedih positif yang Justru harus dipelihara. Jadi menurut profesor
Nazaruddin Umar sedih positif adalah sesuatu kesedihan yang seharusnya sengaja
dipelihara. Sedih jenis ini tujuannya adalah unuk memancing supaya kita selalu
dekat dengan Sang Maha Segala-galanya. Ya kita selalu ingat bahwa hanya allahlah
saja yang mampu membolak-balik hati manusia. Kita senantiasa berharap bahwa
hati kita selalu dalam keadaan on dengan allah.
Dari keadaan
ini memang tidak selayaknya kita terlalu bergembira dengan apa-apa yang ada di
sekeliling kita. Dalam keadaan yang demikian pun kita selalu diingatkan untuk
dapat senantiasa bersyukur. Jadi tidak akan berlebihan dalam menanggapi
kegembiraan, kebahagiaan dan keadaan –keadaan yang selalu ditafsirkan positif.
Dalam keadaan saat orang banyak lupa sama Allah, justru kita seakan menjadi
“anomali”. Ada “kesedihan saat gembira” dan ada “kegembiraan saat bersedih” .
Istilah yang terakhir adalah istilah saya sendiri dimana semua keadaan adalah
akan senantiasa berganti secara temporer, sehingga intinya selalu ada harapan
dibalik semua peristiwa yang terjadi.
Saya
berpikir, Itulah salah satu kendali yang cukup ampuh dalam mengarungi samudera
kehidupan. Tidak ada sedih atau gembira yang permanen sehingga saat kita
gembira jangan lupakan sedih posiif, dan sebaliknya saat kita mengalami
kesedihan, dibaliknya ada terselip harapan kegembiraan yang pasti akan datang.
Insyaallah...
No comments:
Post a Comment