Sunday, March 9, 2014

ODHA Capai 62 Kasus, Muncul Tren Penderita 4 M (Radar Tarakan)

Kamis, 5 Desember 2013
ODHA Capai 62 Kasus, Muncul Tren Penderita 4 MPerkembangan HIV/AIDS di Kota Tarakan

Sepanjang tahun 2013—dari bulan Januari hingga akhir November, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tarakan menemukan 62 kasus penderitaHuman Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Tarakan. Jika sebelumnya, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) lebih didominasi dari kalangan yang tingkat mobilitasnya tinggi seperti sopir dan lainnya, saat ini penderita lebih didominasi oleh kalangan 4 M.

“Sekarang penularan lebih banyak dari kalangan 4 M, Men-with Money-Mobile-and Macho behavior. Jadi, orang atau laki-laki yang banyak duit dan pergi kesana-kemari serta punya sifat macho atau ingin terlihat macho,” jelas Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tarakan, dr Hj Tri Astuti Sugiyatni.

Gaya hidup masa kini memang berbeda dengan sebelumnya. Orang dengan HIV/AIDS yang dulunya didominasi oleh pemakai narkoba dan penyedia layanan seks bebas, saat ini justru ODHA banyak datang dari pelaku seks bebas. Kepada Radar Tarakan, Tri mengungkapkan Tarakan merupakan daerah rawan ditemukannya kasus HIV/AIDS, mengingat wilayah ini merupakan wilayah transit dari dan ke berbagai daerah.

Disebutkan dari hasil pengumpulan data Voluntary Counseling and Testing (VCT) sejak tahun 2006 hingga sekarang, orang dengan HIV/AIDS yang ditemukan mencapai 311 jiwa. Data ini terhimpun melalui laporan hasil tes VCT mulai dari Rumah Sakit (RS), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Palang Merah Indonesia (PMI) dan beberapa titik dipusatkannya VCT. Sementara 62 kasus yang ditemukan sepanjang tahun 2013, penderita terbanyak didominasi dari penderita dengan risiko tinggi yang tergabung dari Wanita Penjaja Seks (WPS), Wanita-Pria (Waria), gay dan Lelaki Seks Lelaki (LSL) sebanyak 46 orang. Sementara sisanya sebanyak 16 orang dari kalangan yang memiliki risiko rendah.

Diungkapkan, penderita dari usia kurang dari 4 tahun atau balita, telah ditemukan sebanyak 3 kasus. Menurut Tri, balita ini kemungkinan besar tertular dari orangtuanya. “Kalau dilihat dari segi usia, kebanyakannya masih dalam usia produktif antara 25 hingga 45 tahun. Pintu HIV/AIDS itu ‘kan dari seks bebas, jadi kadang-kadang sudah mulai seks bebas tetapi masih negatif. Kemudian enam bulan lagi baru terlihat, karena HIV/AIDS itu ada window period-nya,” papar Tri di Tarakan, kemarin (3/12).

Pelaku seks bebas pemula memang tidak serta merta dapat tertular penyakit HIV/AIDS. Namun dari periode tertentu, biasanya pelaku yang bergonta-ganti pasangan akan terimbas penyakit IMS atau Infeksi Menular Seksual yang lama-kelamaan akan membuka pintu HIV/AIDS masuk. “Biasanya, pertama dia akan mendapat IMS atau Infeksi Menular Seksual seperti syphilis, keputihan dan lain-lain. Nah, IMS itu menjadi salah satu pintu masuknya HIV,” urai Tri.

Melihat tingginya seks bebas yang terjadi di kalangan pelajar saat ini, Tri merasa prihatin. Dikatakan, pelajar dengan perilaku seks bebas tidak menutup kemungkinan terinfeksi penyakit mematikan tersebut. Sementara terkait dengan persoalan remaja dan pelajar saat ini, dinas kesehatan sudah mulai menerapkan program yang disebut PKPR atau Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja yang diharapkan mampu membantu mengatasi persoalan seks bebas di kalangan pelajar. “Ya kami berharap pelajar kita seharusnya menghindari yang namanya narkoba dan seks bebas,” pungkas Tri.

SULUH BURUH PELABUHAN
Selain dinas kesehatan, upaya penanggulangan HIV/AIDS di Tarakan juga dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Tarakan. Salah satu kegiatan riil KPA dalam hal ini adalah melakukan penyuluhan, seperti yang dilakukan kemarin (3/12). Sasaran utama penyuluhan adalah kalangan pekerja di Pelabuhan Laut Tarakan atau Pelabuhan Malundung di Kelurahan Lingkas Ujung.

Dalam penyuluhan ini, KPA Kota Tarakan bekerjasama dengan dinas kesehatan. Ini juga merupakan rangkaian kegiatan peringatan HIV/AIDS se-Dunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember lalu. Intinya, kegiatan mengharapkan pekerja untuk berhati-hati dalam berhubungan intim di luar pernikahan yang sah, utamanya dengan para Wanita Penjaja Seks (WPS).

Dalam penyuluhan ini, KPA dan dinas kesehatan memberikan banyak materi soal seks yang aman. Seperti penggunaan pengaman (kondom) yang tepat, cara penularan HIV/AIDS dan lainnya.

Sebagaiman diketahui, penularan HIV/AIDS bisa melalui perilaku seks bebas, melalui Air Susu Ibu (ASI), penggunaan jarum suntik secara bergantian dan lainnya. Sementara, menggunakan handuk secara bersamaan, makan sepiring berdua, minum dengan gelas yang sama yang digunakan orang dengan HIV/AIDS, gigitan nyamuk dan lainnya, takkan terjadi penularan penyakit. “Jadi, virus HIV/AIDS bisa tertular oleh sesuatu yang bergesekan dan menimbulkan luka dan melalui cairan tubuh manusia,” ungkap Roniansyah, Koordinator Pelaksana Kegiatan.

Roni juga berharap, kegiatan mampu menjadi bahan pelajaran bagi para pekerja di Pelabuhan Malundung tentang pentingnya menghindarkan diri dari penyakit HIV/AIDS serta menghambat penyebaran HIV/AIDS di Tarakan.(rif/*/gun/ndy)

No comments: