Sunday, May 10, 2015

Prasangka

Prasangka
Aku terjaga pagi ini. Masih 02.30. Karena masih ngantuk, antara sadar dan tidak aku merasa ada yang aneh pagi ini. Bukan mimpi. Ternyata pelan-pelan pintu kamar didorong oleh tangan dari luar. Pintu kamar terbuka. Sesosok wajah laki –laki asing muncul dari balik pintu. Dengan kaget aku teriak …”hey siapa kamu? Kenapa masuk ke rumahku?” Dia yang juga kaget langsung membalik badannya dan dengan cepat dia bilang “pintu rumah ibu terbuka jadi saya mau nutup”…. Hah?. Kok bisa dia tahu pintu rumah terbuka. Sedangkan pintu itu adalah pintu samping yang untuk mengaksesnya juga harus masuk pintu luar dulu (pintu garasi). Saya agak kurang puas bertanya lagi dengan suara keras “mana rumahmu ?”. Sudah pakai kamu-kamu. Saya ngerasa nggak sopan juga. Tapi biarlah. “ saya dari kampong X” dia menyebut nama kampong dimana rumahku ini berdiri….wah orang dekat rupanya. Tapi selama ini saya tidak pernah melihatnya. Mungkin aku yang kurang perhatian sama tetangga. Eh tapi dia juga bukan tetangga dekat kok. Dia tidak kenal kami. Saya pun tidak kenal dia. Dia lantas berkata dengan takut2…”jangan salah sangka bu. Saya membantu menutupkan rumah ibu yang pintunya terbuka”. Di tengah kekagetanku, aku sempat berhitung dengan kekuatanku andaikan ada beberapa orang mereka datang. Aku hanya sama anakku yang kecil; Ada saudara dan mba di kamar lain. Untung dia cepat berlalu. Lantas aku dengan cepat tutup pintunya. Biasanya aku selalu kepengin tahu bagaimana proses dan motivasinya sesuatu untuk terjadi. Khususnya laki-laki bertopi itu untuk masuk ke rumah orang di pagi buta; mendorong pintu kamar orang untuk memberitahu si tuan rumah kalau pintu rumahnya terbuka.. …aku berdialog dengan diri sendiri. Niat baik? Kayaknya mustahil.
aku tulis ini dengan sambil masih wait and see kalau mereka masih ada di luar. Cuma anehnya pintu garasi yang di luar juga tidak berbunyi saat dia keluar. Aku belum berani kontrol keluar. Tapi logikanya mungkin pintu garasi benar terbuka. Mungkin memang dia benar mau menutupkan pintu itu. Mungkin memang benar dia mau membantu kami yang terbuka pintunya yang bisa jadi aku lupa menutupnya kemarin malam. Ya mudahan memang itu niat orangnya…. Bukan untuk yang lain. Na’udzubillah////
Ya disatu sisi aku harus percaya apa yang dia ucapkan (sebuah niat baik untuk menutup pintu yang terbuka) walaupun terus terang dalam hati kecil masih juga prasangka kalau dia pasti akan berbuat jahat. ….Ya bisa jadi orang ini mempelajari situasi di rumah yang sepi saat Ayah berangkat…. Muncul beragam gambaran dalam otakku. Bisa jadi akan berbeda saat aku tidak terbangun pagi ini ….ya bisa jadi orang ini uung berbuat jahat setelah kepergok… dst, dst. Entahlah…Harapanku bila dia punya niat jahat maka akan diterangi hatinya oleh Allah untuk segera bertobat. ……satu hal bila dia memang punya niat baik, maafkan hamba yang sudah marah dan membentak dia.
Ya prasangka memang kadang muncul begitu saja. Seringkali prasangka muncul dari persepsi yang kita bangun sendiri. Sementara persepsi bisa jadi didapat dari banyak hal. Yang pasti adalah adanya background dan latar yang mendasari munculnya sebuah persepsi. Ya dalam hal ini berdasarkan hasil baca-baca Koran, lihat-lihat acara criminal di TV dan berbagai cerita buruk orang tentang maraknya pencurian di kota kecil ini maka persepsi saya tentang orang ini sdh terbayang yang sangat jelek. Pencuri, perampok atau bahkan yang lain yang lebih buruk lagi….dan akhirnya memang yang keluar adalah prasangka buruk dengan sebuah bentakan dan kemarahanku pada orang ini ………di pagi buta ini.
Yang jelas dari persepsi dan jenis prasangka itulah akan memunculkan tindakan seseorang yang dianggapnya sdh paling benar. Kadangkala kita sdh ‘keukeuh ‘ dengan pendapat dan persepsi kita, walaupun orang lain juga punya “angle” yang berbeda. Nah saat seperti inilah seharusnya kita dengan sukarela dan ikhlas kembali menilai apakah sesuatu yang kita yakini apakah memang sdh pas atau belum. Menimbang-nimbang lagi dari sisi-sisi yang kita tidak lihat sebelumnya. Saat gajah dipersepsikan dan digambarkan berbeda-beda bentuknya oleh 6 orang buta menjadi pelajaran bagi kita bahwa sebaiknya kita melihat sesuatu bisa dari semua sisi. Bukan hanya dari kacamata kita saja. Mungkin ‘kacamata’ yang kita pakai hanya menunjukkan bahwa gajah hanyalah seperti kipas besar saat yang kita raba hanyalah kuping gajah saja. Gajah bisa jadi hanya digambarkan belalainya saja yang panjang dst, dst. Tetapi dengan dibantu orang buta lain maka kita akan lebih kaya dalam mendeskripsikan sesuatu- walaupun bisa jadi kita masih sulit mengambil kesepakatan dan kesimpulan. Tidak jarang dalam proses mengambil kesimpulan ini akan saling otot-ototan merasa yang paling benar. Yang mau saya katakan bahwa setidaknya dari orang yang berbeda akan muncul 2 pandangn yang berbeda. Nah memang yang terbaik adalah bila dibantu dengan orang lain yang mempunyai mata lengkap alias tidak buta (baca : ahli) maka deskripsi akan menjadi lebih utuh dan komprehensif. Permaslahannya seringkali sesama orang buta ini tidak ada yang berbesar hati untuk mencari tahu sumber lain yang sama2 disepakati. Akhirnya mereka punya kesimpulan sendiri yang jauh dari kenyataan.
Saat kita menjadi orang buta yang kurang terbuka hatinya maka saat itulah kita akan selalu merasa paling benar, tidak terbantahkan, sulit menerima masukan dari yang lain, sulit diajak kerja sama untuk berdiskusi dst, dst…
Ya mudahan kita bukan termasuk golongan itu. Harapannya kita adalah menjadi orang yang melek dalam segala urusan. Tapi semua tentu ada keterbatasannya. Kita tidak akan ahli dan cakap di semua bidang. Maka andaikan kita pun kurang pengetahuan untuk suatu hal semoga dimudahkan ketemu orang “melek” yang lebih ahli untuk bertukar pikiran, dimudahkan untuk ketemu bacaan yang lebih mencerahkan, ketemu pengalaman yang lebih mendewasakan, diberikan insight dan ilham oleh Allah swt…. Semoga dengan itu maka persepsi dan prasangka yang kita bangun, deskripsi yang kita berikan, serta tingkah laku yang keluar menjadi makin baik….

No comments: