Sebuah catatan perjalanan hidup baik pengalaman, renungan, butiran hikmah, secercah ilmu pengetahuan, dan informasi dll. Mudah-mudahan menjadi sebuah catatan yang punya manfaat dalam menyebarkan kebaikan serta sebuah keyakinan akan pentingnya mengikat makna untuk menjadi sebuah warisan berharga dan akhirnya berharap semoga bisa juga menjadi salah satu bekal menuju surga.
Thursday, February 1, 2018
Saat Allah Dianggap Tak Ada
Setelah berputar-putar memastikan tidak ada sepeda yang tadi diparkirnya di situ, maka Subuh itu dia pun pulang dengan berjalan kaki. Laporlah pada sang ibu. “Bu… sepedaku hilang”. Hilang tidak berbekas. Sepeda yang selalu menemani hari-harinya pergi ke beberapa tempat sekarang tidak ada. Dicari ke sekitarnya tidak ada. Ya namanya hilang….inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Ibunya sebenarnya galau juga karena bagaimanapun sepeda itu juga yang banyak berjasa baginya…”Ya sudah Le…musibah ini. Walaupun kita harus introspeksi. Lha wong nggak kamu kunci ya memberi kesempatan maling untuk membawanya pergi” Sambil menahan rasa kecewa ibunya ngomong dengan pelan.
Dari penelusuran kecil yang dilakukan sebenarnya ada titik terang dari keterangan seseorang bahwa sepeda itu ada yang makai saat waktu Subuh tadi.
Dari cerita penjaga maka sudah 3 kali sepeda itu hilang disini dalam waktu yang tidak terlalu jauh. setengah tahun yang lalu, 3 bulan yang lalu dan sekarang. Sayangnya tidak ada tanda2 dan titik terang dalam hal ini." Ya sudahlah...
Beberapa hari setelahnya lewat tempat itu lagi maka dia kepikir “eh enak ya kalo ada CCTV…mungkin maling sepeda itu akan ketangkap”. Diskusi pun berlanjut: wah itulah kita ya, kalo nggak barang yang kelihatan kita nggak takut. Kalo ada benda CCTV yang menggantung maka kita baru takut. Padahal kita juga selalu diawasi CCTV 24 jam full. Ada malaikat Roqib dan ‘Atid di sisi kanan kiri pundak kita. Cuma memang itu adalah efek CCTV dalam rasa. Rasa iman. Merasa terawasi kapanpun dan dimanapun. Bukan hanya saat di lampu merah yang ada tanda kuning bertulis : AREA INI DIAWASI OLEH KAMERA CCTV, tetapi juga di jalan-jalan kampung yang tanpa alat canggih itu. Bukan hanya saat di atas panggung yang disorot oleh lampu penerang tapi juga di kamar gelap yang tak nampak dari luar.
Maka bila pencurian itu dilakukan di sebuah masjid pun maka yakinlah bahwa pencuri itu datang ke rumah ibadah memang hanya untuk mencari kesempatan dalam kesempitan. Disamping memang ada peran –peran dari sebuah keteledoran sang pemilik barang. Si pencuri itu datang ke masjid, bukan untuk menyembah Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Bukan pula karena takut akan adzab Allah di hari kemudian saat amal buruk lebih banyak dari amal baik. Bahkan bisa jadi memang dia tidak percaya pada adanya Allah…
Jika akhir-akhir ini hidup makin sulit, memang iya. Semua serba naik harganya seperti TDL, barang-barang kebutuhan sehari-hari, pajak, BBM, sementara lapangan pekerjaan semakin sempit dan sulit. . Namun bukan berarti bahwa mencari rejeki mengabaikan antara yang halal dan haram. Untuk siapa yang percaya akan kehadiran Allah yang Maha Segalanya maka harapan itu akan tetap ada, apapun kondisinya. Tidak gelap mata main sambar kanan kiri karena keterbatasan. Karena ternyata bukan hanya orang yang kepepet karena ketiadaan yang cenderung tidak percaya sama CCTV Allah. Maka di sisi lain banyak orang yang sebaliknya-artinya sangat berada bahkan kaya raya pun, tidak percaya sama hal itu. Mungkin bentuknya tidak ambil barang yang kasat mata. Namun bisa jadi melakukan perbuatan yang kelihatan sepele tetapi berdampak sangat besar. erek…erek…sret ! Bisa jadi yang kehilangan tidak hanya satu, dua atau tiga orang tapi ratusan, ribuan bahkan sampai jutaan orang. Ya kehilangan kesempatan untuk lebih baik status kehidupannya. na’udzubillah.
Btw, akhir-akhir ini di beranda banyak sekali muncul akun-akun yang cenderung menghina ajaran agama. Ya agama, apapun agamanya. Memang paling sering menghina agama Islam, sesuatu yang mungkin paling familiar di telinganya. Baginya, apapun tentang agama itu hanya khayalan. Dia berpendapat bahwa alam semesta sudah ada jauh sebelum agama turun…. bahwa agama hanya menjadi dongeng yang tidak ada artinya, bahkan agama adalah candu. Memakai bahasa yang sangat kasar dan cenderung melakukan provokasi dalam kata-katanya.
Jadi pada akun orang itu biasanya hanya percaya dengan alam dan teknologi. Semuanya bisa hebat karena kekuatan alam semesta raya dan kecanggihan teknologi produk dariotak manusia. Tapi menurutku bukankah artinya dia juga menuhankan alam dan teknologi. Bila mau ditarik ke hulunya lagi siapa yang menciptakan itu semua ?
Aku hanya berkesimpulan bahwa akun itu dimiliki oleh orang yang tidak punya agama. Ya atheis….Bisa jadi karena atheism maka orang tu tidak percaya sama apapun pasca kematian. sehingga dengan entengnya menghina, mencaci, memaki dan memakai bahasa yang sangat kasar untuk menafikkan suatu agama. Dia mungkin menganggap bahwa hari-hari pasca kematian adalah sebuah ramalan kosong yang karena kita tidak pernah ke sana. Sebenarnya banyak sekali data dan fakta yang bisa digunakan untuk membantah dari logika sempitnya. Tapi berdebat dengan orang seperti itu tampaknya memang tidak akan banyak bermanfaat. Karena kebencian yang ada di hatinya menjadikan apapun argumennya sudah mental duluan.
Dalam agamaku sudah jelas sekali bahwa bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Bahkan menghina atau mengolok-olok sesembahan agama lain pun tidak boleh. Dalam kondisi terjelek (perang misalnya) maka tempat ibadah agama lain –pun menjadi sesuatu yang dilarang untuk dihancurkan….wow luar biasa ya…
Dalam sebuah kesempatan beberapa waktu yang lalu saat aku pelatihan dengan seorang dokter cowok dari negara sosialis- komunis, maka dia bilang bahwa hanya aku satu-satunya teman dia yang muslim dan berjilbab. Karena saking merasa anehnya maka aku diajaknya berfoto dan dipostiing di FB nya saat itu. Dan komentar teman-temannya sangat luar biasa. Saat kami-dengan temanku yang lain berdiskusi- maka masuklah ke pertanyaan yang cukup sensitive. Bagaimana kalau kamu merasa khawatir terhadap sesuatu ? Kamu akan menyebut apa kah ? Kamu akan minta tolong sama siapa ? Rasa penasaran itu begitu kuat ingin tahu. Ternyata jawabannya ya menurutku agak mengambang. Sekitar 1 tahun setelahnya dimana aku berkunjung ke negerinya maka aku berkesempatan ke rumah teman yang dulu pernah di sebuah pelatihan yang sama . Seorang yang bekerja di kementrian kesehatan Vietnam. Masuk ke perkampungannya aku merasa memang merasa sedikit beda. Rumah di daerah perkotaan yang luasnya semua seragam. Bangunan mungkin degan lebar 4-5 meter yang hanya cukup untuk parkir 1 mobil. ke belakang sekitar 5 meter lagi dari belakang mobil ada sebuah dapur. Sebenarnya ditempat kita di daerah perkotaan juga mirip seperti itu. Bedanya di sana rumah seperti itu kelihatannya bukan hanya diperkotaan tapi juga di pedesaan seperti yang menuju ke destinasi terkenal…Ha long Bay. Rumahnya naik sekitar 5 lantai. Lantai ke dua kamar orang tua dan sebuah ruang tamu kecil. lantai 3 kamar anak dan sebuah santai. Ada yang menarik selain lantai tersebut. di lantai paling atas ada kandang ayam. Berkaitan dengan kepercayaan maka di lantai bawahnya kandang ayam alias lantai 4 ada semacam mushola-kalo di tempat kita, yang saat aku tanya itulah adalah ruangan untuk pemujaan. Walaupun bilangnya tidak jelas agamanya apa tapi ungkapan-ungkapan oh my God juga masih aku dengar juga... Bisa jadi itu adalah kasusistik untuk sebuah negeri yang komunis itu.
Tapi aku sih memaknai bahwa sebenarnya manusia itu dengan segala kehebatan otaknya, tetap sangatlah lemah dan banyak bergantung pada sesuatu yang bisa jadi di luar control diri kita sendiri. Bahkan di dalam tubuh sendiri tidak semua bisa dalam kendali pikiran sadar kita. apakah besok pagi yakin masih bisa bangun dan beraktivitas seperti biasa? Apalagi alam semesta raya yang sangat-sangat luas ini. Bila tidak ada pencipta maka bagaimana sebuah mekanisme system tata surya akan berjalan dengan rapi. Bagaimana bisa semua beredar di garis orbitnya. …masya allah.
Jika sebuah status di medsos intinya memperolok-olok ucapan takbir yang diasosiasikan dengan ungkapan yang secara suara sekilas terdengar mirip tapi bila dituliskan maka akan menimbulkan makna yang sebaliknya atau mengolok-olok sebuah ajaran dari ayat-ayat suci atau hadist nabi atau ajaran gama apapun maka itu adalah sebuah ungkapan yang keluar dari orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan.
Maka orang ini hidupnya hanya saat sekarang ini saja-begitu mungkin dalam keyakinannya. Tidak ada pembalasan apapun di kelak kemudian hari-seperti diyakini oleh sebuah agama khususnya Islam. Jika sudah begini maka dia anggap bahwa mati adalah sebuah titik. Maka dia akan cenderung berperilaku seenaknya kepada ajaran agama bahkan kepada Tuhan sekalipun. Karena dia tidak percaya akan balasan kelak di kemudian hari. Asalkan lolos dari mata pengamat siber maka dia akan melenggang di dunia. Urusan akhirat toh dia tidak percaya….
Bila banyak yang menganutnya maka nanti akan semakin banyak orang yang melanggar tatanan social. Yang penting kan tidak ketahuan atau ketahuan tapi dibiarkan oleh hukum masyarakat atau negara. Nanti akan semakin banyak orang menghalalkan segala cara untuk memuaskan nafsunya asalkan tidak ketahuan oleh hukum yang berlaku sekarang...
Aku melihat bagi orang-orang seperti ini yang ditakuti hanya hukum dunia yang seringkali tidak adil…..yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Bila ini terjadi maka menurutku sungguh tidak adil dunia ini. Maka itulah aku sangat percaya bahwa Allah itu ada, meskipun tak tampak mata. Yang menguasai hari pembalasan suatu kelak nanti.
Anak-anakku, saat sekarang status mengajak kepada kebatilan sedemikian merajalela, maka semuanya akan terpulang kepada kita. Berpegang teguhlah pada apa yang sudah kita yakini paling benar. Bila berhubungan dengan yang lain katakan: bagiku agamaku dan bagimu agamu… Cukup sudah. Tidak perlu ikut larut dalam caci maki sebuah ajaran lain sekalipun. Tidak perlu. Karena yakinlah, bahwa Allah swt itu pasti ada……….Suatu saat kelak semua akan menerima buah sebagai imbalan dan ganjaran sesuai dengan apa yang ditanamnya hari ini. Wallahu alam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment