Dalam waktu dekat-dekat ini
beberapa teman dan keluarga menghubungiku terkait dengan kondisi sakit pada keluarga, putra putrinya.
Ada sms yang sangat menyentuh bahwa ada seorang ibu yang galo dan mellownya
seorang ibu--- begitu dia menyebutnya ---saat putrinya bolak balik masuk RS dan
mendapat tindakn karena keadaan penyakitnya yang mengharuskannya mendapat
pembedahan. sampai berkali-kali. Kekagumanku pada seorang ibu yang tulus ikhlas
merawat dan membesarkan hati anaknya untuk tidak jatuh pada perasaan bahwa
Tuhan tidak sayang padanya. Membaca lanjutan WA nya bahwa
dia sebagai ibunya akan berusaha mengantarkan anak untuk mengejar
ketertinggalan dan menjemput masa
depannya maka sudah cukup membuatku haru yang luar biasa ….masya
allah. Saat itu, aku tentu saja hanya memberi penyemangat saja dan hanya bisa berdoa semoga Allah swt segera
mengangkat sakitnya dan menggantinya
dengan kebaikan2 yang lain. aamiin Yra.
Satu lagi seorang teman juga menceritakan penyakit kanker
yang diderita keluarganya dan upaya yang dilakukannya sekarang. Lagi-lagi hanya
bisa mendoakan dan memberi saran tentang upaya mendukungnya dengan perawatan paliatif
dari sisi keluarga. Paliatif? Ya ini adalah sebuah upaya kepada penyakit pasien
yang rata-rat sudah tidak berreaksi
dengan obat kuratif dan sudah dalam stadium akhir…. aku ceritakan saat dulu
pertama-tama lulus dari FK Unair aku ikut tes menjadi relawan Paliatif Sutjiati….di
ruangan kuliah PA seingatku. Ya belajar dari ilmu yang tidak seberapa aku berusaha
menerapkannya pada ibuku sendiri. Banyak cerita dibalik paliatif bagi pasien
kanker… Ya pngalamnaku itulah yang aku bagi , walaupun bisa jadi tidak cocok
tapi minimal dukungan bagi klg juga sangat penting . bukan hanya bagi si
sakit. Sikap keluarganya juga masya
allah….hebat sekali dalam memperlakukan si Sakit. Bagaiamana merawat dan
menjaganya.
Di lain waktu, Saat ada keluarga mengabari juga mengalami cobaan dimana putranya harus
ditransfusi puluhan kantong komponen
darah juga membuatku hanya bisa ikut mendoakan saja. Keadaan keluarga yang sabar dan tabah dalam
menghadapi cobaan juga membuatku ikut
senang dan optimis bahwa hal ini akan terlampaui dengan baik, walaupun memang masih ada
beberapa PR nya yang belum selesai….Doaku pun masih sama, semoga segera
diangkat penyakit dan kembali sehat seperti semula.
Dalam waktu yang sama bahkan keluarga ada juga yang harus
operasi, pasang ring di jantung setelah beberapa kali terkena serangan mendadak….lagi-lagi
hanya dukungan dan doa saja yang aku berikan… Sikap keluarga yang tenang saat
operasi dan kondisi gawat juga membuatku kagum sekali.
Kejadian-kejadian beruntun di dekatku itu ditambah membaca tulisan Pak Dahlan Iskan
tentang kejadian yang menimpa beliau sekarang ini :aorta dissection
yang hari ini masuk edisi ke-8 maka
menjadikan aku merenung tentang penyakit, sakit dan memaknainya.
Khusus untuk Pak DIS aku
sejak dulu memang menjadi penggemar
tulisan pak Dahlan. Seingatku jauh sebelum
muncul bukunya ganti hati. Bagiku
pak DIS adalah seorang yang sudah ‘selesai’ dengan dirinya termasuk terhadap penyakit-penyakit dan kondisi
mengancam jiwa sekalipun. Sangat
menginspirasi. Di tengah situasi gawat darurat maka beliau masih bisa
membahasakannya dengan tulisan yang
membuat pembacanya seakan ikut merasakannya.
Luar biasa. aku menganggap bahwa karena ketawakalan Beliau lah yang
menyebabkan semua bisa terdokumentasi dalam tulisan yang hari2 ini ditunggu
oleh para pengagumnya setiap jam 8 pagi di FB.
Tulisan yang bisa merekam kejadian medis yang menggetarkan itu menjadi sesuatu yang
bisa dinikmati oleh pembacanya dari sudut pandang penullis sekaligus penderita dalam waktu yang tidak terlalu lama dari
kejadian sebenarnya.
Disini poin yang hendak aku sampaikan adalah bahwa memaknai
sebuah peristiwa sakit ternyata memang tergantung bagaimana background dari si
Sakit dan keluarganya. Bagiku, Pak Dahlan insyaallah lulus dengan nilai ujian
yang sangat baik katakan A pada saat menghadapi sakit ini. Dengan menuliskan
maka tergambar bahwa kepasrahannya
kepada allah swt, sangat luar biasa. Sehingga hal-hal yang katakan sangat sulit dilalui bagi orang
kebanyakan menjadi sesuatu hadiah dan kejutan indah dari akhir ceritanya (ini
tebakanku saja…karena ceritanya belum selesai)….insyaallah. aamiin yra
4 kisah
sebelumnya tentang sakit dan
penyakit itu menjadikanku mengambil kesimpulan bahwa betapa setiap
individu mengalami ujiannya masing-masing, termasuk sakit. Dan
bagaimana cara pandang dan memaknainya
kondisi
sakit dan penyakit itulah saja yang bisa menolongnya. Bahwa semua orang
akan sakit dalam hidupnya adalah keniscayaan. Namun
bagaimana menanggapinya mungkin itu akan berbeda pada setiap individu.
semua kisah diatas menimbulkan kekaguman
yang membekas dalam hatiku. Bagaimana di tengah ujian yang menimpanya
orang-orang itu demikian optimis dan tidak kehilangan ‘pegangan’. Pegangan itu
adalah rasa tawakal yang bisa diartikan
sabar dan tetap berusaha. tentu saja itu
bersumber dari adanya sebuah rasa percaya
pada adanya Dzat yang Maha segalanya. Doa terbaik untuk semua…
Btw, aku jadi ingat omongan FH (you know who) di
acara ILC minggu ini. walaupun konteknya berbeda, namun intinya bahwa agama adalah sesuatu yang sangat positif
bagi para pemeluknya pada saat menghadapi krisis. tentu saja bukan berarti saat
tidak krisis, agama tidak dibutuhkan lho ya. Bila 5 kisah-kisah ini adalah krisis ujian
pada diri sendiri atau keluarga maka apa
yang diomongkan politisi muda itu agak
berbeda sedikit.
Bahwa ditengah –tengah isu mendiskreditkan agama tertentu sebagai biang intoleransi,
radikalisme dan antikebhinekaan maka seharusnya kita justru berterimakasih pada
agama. Bila bagi penganut atheism agama adalah angan-angan belaka maka bagiku Agama
menjadi gantungan saat orang-orang
mengalami frustasi dalam menghadapi kenyataan yang menghimpit hidupnya… Memang akan
debatable dalam hal sebuah pandangan politik. Apalagi saat ini. Karena bisa
jadi ada yang setuju atau tidak setuju. Forget it !
Tapi bagiku konten dari pernyataan itu memang benar adanya. Bahwa agama menjadikan munculnya
adanya harapan. Jika ada krisis daya beli yang sangat merosot
dengan memperbanyak puasa mungkin … (he..he…ini sih interpretasiku sendiri) ,
walaupun tentu saja tidak bisa begitu
bagi orang-orang yang mengandalkan tenaga fisik untuk bekerja. Asupan karbohidrat dalam makanan menjadi wajib
adanya, misalnya bagi penarik becak atau gerobak misalnya. Tentu
saja agama juga memberikan pesan kebaikan bahwa jangan kita kenyang sendiri
sementara ada tetangga yang kelaparan. Sampai pada cerita indah khalifah Umar bin
Khatab yang memanggul sendiri bahan pangan yang akan diberikan pada rakyatnya yang ditemuinya kelaparan saat melakukan agenda blusukan
rutinnya. Ada cerita pemberdayan si miskin dengan dana-dana sedekah misalnya. dll. Kesimpulannya: bahwa ada berbagai skema yang ditawarkan oleh agama (baca : Islam) pada
saat ada krisis kelaparan membelit.Dan tentu saja bukan hanya terbatas
pada umat seagama saja.
Bahkan saat ada umat lain- tetangga berbeda agamapun - bahkan dari belahan kabupaten /kota atau
provinsi bahkan negara lain pun maka ada
himbauan dari agama untuk ikut berkontribusi di dalamnya. Sudah banyak sekali bukti nyatanya.
Maka bila ada wacana penghapusan/ pelarangan adzan, bila ada narasi bahwa atheism /komunisme
tidak bertentangan dengan dasar negara kita seperti yang beredar saat ini,
maka apakah yang akan menjadi pegangan
kita saat krisis itu mendera ?. Na’udzubilah.
Semoga tidak terjadi….
Maka kalau itu yang terjadi, aku tak kan kuat , Kau sajalah
!!!
(Tri Astuti Sugiyatmi, Surabaya 16 Feb 2018)
No comments:
Post a Comment