Sunday, April 22, 2018

Siap-siap krisis yo...


Tubuh kurusnya sedikit membungkuk sambil menangkupkan kedua tangan di dadanya saat menyapaku sore itu. “Ibu yang sering lewat di sana kan … Saya hafal bu…” Dengan bahasanya yang ramah dan santun beliau menyapaku begitu. Oh rupanya beliau mengenaliku diantara lalu lalang kendaraan di sebuah pertigaan yang sedang lampu merah di daerah Ngagel. Lho bukannya Bapak yang di perempatan kampus kalau pagi? Iya bu”. Aku ulurkan uang untuk beli koran pagi yang beliau tawarkan sore itu di perempatan jalan Ngagel. Beliau tersenyum dengan lembut. Mataku berkabut.
Bapak itu setap hari berada di perempatan jalan di beberapa lokasi yang berbeda. Menjajakan Koran pagi , bahkan di sore hari sekalipun. Entah kalau malam, aku belum pernah menemuinya. Aku juga belum pernah tanya apakah karena dagangan paginya tidak habis ataukah mengambil jatah baru dari agen. Yang jelas, melihatnya di usianya yang sudah sepuh, dengan baju batiknya yang sudah mulai pudar dan dengan sabar menjajakan dagangannya, aku jadi tersadarkan bahwa ada banyak hal di baliknya.
Oh ya, aku juga pernah menemui pedagang korang yang masih muda, yang sangat berbeda dengan Bapak tua tadi. Jika si Bapak, beliau hanya mengacungkan Koran tanpa berusaha memaksa. Berkali-kali saat aku tidak ada minat membeli atau memang tidak punya uang yang siap untuk membeli (mengingat lampu merah juga cukup cepat) maka beliau kalau tidak dikasih tanda maka beliau pun tidak mendekat ke mobil. Mungkin beliau tahu bahwa ini orang tidak berminat untuk membeli. Si mbak yang masih muda “memaksa” untuk membeli dagangannya. Bahkan pernah saat diberi uang, maka dia bilang tidak usah kembali ya. Lho …lho. Biasanya karena lampu beranjak hijau maka kita pun dengan terpaksa merelakannya. Bukan apa-apa sih, wong cuma berapa ribu perak saja, tapi caranya yang cenderung kasar membuat orang tidak simpatik padanya. Berbeda dengan si Bapak tua di perempatan jalan tadi.
Pendekatan orang pada setiap hal memang bisa jadi berbeda, sekalipun sama masalah yang dihadapinya. Ternyata memang latar belakang atau background sangat berpengaruh dalam hal ini. Pengetahuannya, pengalaman hidup dan latar belakang personal sangat berpengaruh.
Saat mengahdapi masalah semuanya akan berpadu dan membentuk pemikiran yang akan dilahirkan dalam ucapan, kata2 , tulisan dan perilaku orang itu. Dalam banyak hal itulah yang akan tampil dalam banyak kesempatan. Memang tidak sesederhana itu menyelami manusia. Banyak ilmu yang dipakai untuk mengaanalisisnya. Aku sangat terbatas dalam hal itu….
Kembali ke Bapak tadi, ternyata diluar sana masih banyak sekali yang bekerja dengan sangat keras dan dengan hasil yang tidak menentu. Ya manusia hanya diprintahkan untuk berusaha saja, perkara hasil kadang bisa baik atau biasa2, bahkan buruk katakan bukanlah urusan kita. Ada Allah swt yang sangat pengasih dan pemurah yang akan memberi rejeki pada siapapun yang bergerak. Jadi aku percaya semua akan baik2 saja… aamiin yra
Bahwa sekarang hidup makin sulit memang iya. Harga –harga melambung tinggi. Bahan makanan pokok, BBM, listrik, transportasi dan lain-lain menjadi sangat tidak terjangkau untuk masyarakat kebanyakan. Di sekitarku banyak sekali berita kehilangan entah itu sepeda onthel /roda nya saja yang hilang, laptop beberapa teman yang raib, atau bahkan barang remeh temeh seperti sepatu, kursi plastic dll. Mungkin itu artinya sudah semakin sulit hidup ini.
IBu pejabat sudah bilang bahwa tahun ini katanya akan krisis ekonomi… Rupiah makin terpuruk.. Ini tentu menjadi stressor baru. Maka sebelum krisis maka sudah harus mengantisipasi segala kemungkinan….Ayo ini tips and trik menghadapi krisis ala aku :
1. Gunakan listrik seperlunya (basi ya…. maksudnya matikan saat tidak dipakai termasuk yang sering kita abaikan pada colokan2 yang masih nyala saat kita tinggal, ternyata katanya itu mengkonsumsi energy juga)
2. Pakai paket data dengan bijak… Tapi maksudku tidak usah share yang makan pulsa
sementara infonya belum jelas manfaatnya. Tapi kalau menonton UAS, ustadz2 di Youtube sih gak masalah juga. Kan banyak ilmu yang bisa diambil. Bila perlu posting besar ada free- wifi…he..he
3. Pakai kendaraan ke tempat yang cukup jauh, kalo dekat bisa sepeda atau jalan kaki ( he..he katanya orang Indonesia paling malas jalan kaki…memang capai sih…tapi sekalian hemat BBM)
4. Tidak usah beli barang yang makan uang, gak ada manfaatnya: rokok, alcohol (bagi yang muslim) sih
5. Untuk makanan tetap pilih yang ada buah dan sayurnya. memang untuk buah jatuhnya lebih mahal, tapi tetap lebih baik…dalam jangka panjang pasti akan lebih murah. Masak atau beli makanann jangan berlebihan. Hitung ukuran perut… seringbeli kebanyakan akhirnya mbuang… berapa duit tuh ….hiks..hiks. yang jelas mubadzir temannya setan lho..
6. Memakai barang secara fungsional… ini sih pilihan. pada kalangan tertentu barang harus yang luks dll, tapi sebenarnya sih disesuaikan dengan kebutuhan. kalo dengan yang sederhana bisa, tidak harus yang rumit/kompleks atau canggih…he..he…ini masih banyak teorinya… Kalo mampu tidak ada yang salah. Bila tidak mampu, tidak usah memaksa diri memakai barang branded atau kualitas yang terbaik
7. etc….
Cukup, tulisan ngalor ngidul iki…….nek ono sing apiik jupuken, neng elek buangen… suwun. (Yk, preinan, 17.3.2018

No comments: