Saturday, May 12, 2018

Saat Menumbuhkan Biji


Anak muda itu tersenyum santun sambil menolak uluran tanganku yang memberikan sekedar pengganti transportnya malam itu setelah memasangkan selang pengganti tabung elpiji yang bocor. Dia menyatakan bahwa itu adalah tugasnya karena sebagai konsekuensi setelah sehari sebelumnya selang itu baru dipasang dan ternyata terbukti bermasalah pada keesokan harinya alias pagi tadi. Setelah aku menghubungi toko yang menyediakan gas maka siangnya dikirimlah anak muda ini ke rumah. Ternyata menurut dia harus diganti regulator sekaligus selangnya dengan yang baru. Untuk mencari selang aku butuh waktu. “Kalo saya ibu, jujur saya takut karena suaranya kencang, itu kemungkinann selangnya bocor juga” begitu katanya….” saya baru kali ini menemui yang bocornya besar begini sampai suaranya mendesisnya terdengar dari agak jauh”. “Ya sih….Oke saya akan cari selangnya, apakah kira-kira nanti sore bisa dikerjakan setelah ada selangnya” Saat aku tanya jam berapa tutup tokonya ? “jam 5 ibu” dengan logat dari daerah Timur Indonesia. Ooh… waduh saya ada keperluan apakah kalo ditunda sampai besok pagi apakah nggak membahayakan ya ?. “ kita tidak tahu ibu…. namanya nasib “ dia berusaha menanggapi. 
“Oh ya kalau begitu nanti sore apakah bisa saya hubungi lagi ?”. Dia bilang bisa saja asal lewat bos. “Oh kalo begitu baiklah, tapi saya hanya punya nomor tokonya. “ Dia buru2 mengeluarkan hpnya dan menyebutkan no bosnya. “Aku bilang ada urusan yang harus aku selesaikan nanti sore insyaallah akan saya telpon lagi bosnya”.
Sore itu lalu lintas sangat padat, jadi pulang ke rumah butuh waktu yang sangat panjang. Hampir 1,5 jam. macet total, tidak bergerak di jalan Ahmad Yani. aku kepikirian kompor gas di rumah. Hanya bisa berdoa sejak siang mengarah ke sore aku tinggal, semoga baik2 saja….
Sampai rumah kemudian buru-buru shalat. gas bocor kembali kepikiran… tiba2 ada ketukan di pagar rumah dan ternyata : “ibu saya disuruh tungguin sama bos”. Buru2 dia minta selang barunya. “Waduh mas saya belum sempat ijin sama Bosnya je…” “Nggak apa bu, beliau yang menyuruh”. Dia langsung ambil peralatan obeng yang sejak tadi siang sdh disimpan di kotak di laci. Dengan cepat dia mengganti selang dan regulatornya bahkan saat akan memasangnya di kompor dia mengelap juga kompornya. 
Iseng-iseng aku tanya asalnya : ternyata dia dari kepulauan Kei Maluku. Wah saya punya teman dari kepulauan Aru mas. Ya sama –sama dari Maluku tenggara lah begitu katanya. Aku menangkap ada keuletan dalam dirinya. Saat aku tanya sekolah…ya saya kuliah di fakkultas Teknik Mesin di sebuah Universitas X di dekat sini…oh hebat sekali. anak muda kuliah sambil bekerja….” Sebenarnya saya tidak boleh kerja sama paman yang membiayai kuliah saya”…wow..saya makin kagum saat sebagian anak muda maunya hanya di zona nyaman dia masih mau bekerja bahkan dengan sangat bertanggung jawab. “Wah Mas sangat beruntung mempunyai kesempatan mengasah diri yang sangat luar biasa. Bos nya baik sekali ya Mas…” aku mengapresiasi dia dan bosnya. “ya bu beliau bos terbaik yang aku tahu. Kalo aku salah tidak pernah menegur dengan kasar.” 
“Oh tidak pernah marah ya ?” 
“Bukan tidak marah dia . Da marah tapi tahu kapan saat perlu marah…jadinya kitanya tahu harus bagaimana besoknya”. Masya allah !!. sebuah sikap dewasa dan matang dari kedua orang ini.
Termasuk dalam memaknai sebuah tanggung jawab…dengan tidak mau menerima bayaran yang aku sudah siapkan. “Ini bagian dari tanggung jawab saya bu”. Tunggu sebentar, saya berpikir cepat, dan memaksa membawakan sesuatu apa yang ada. Dia tetap menolak, saya memaksa. Ini rejeki jangan ditolak. Dia berlalu dengan ucapan terima kasih….
Sampai dia meninggalkan rumah, terbayang aku dengan ceramah parenting dari beberapa ahli yang sempat aku ikuti. Seorang pakar dari Bandung menyatakan bahwa ternyata dari sekian mahasiswa di sebuah perguan tinggi terkenal di Bandung dinyatakan bahwa ada sekian persen anak yang diterima ternyata dengan sangat terpaksa harus di evaluasi. Ternyata menurut beliau bahwa di antara mhasiswa itu antara Aqil dan baligh tidak bersamaan datangnya. Kita sering mendengar istilah aqi baligh menjadi satu. Bahkan kadang kita kira memang satu frase yang tidak terpisahkan. …
Ternyata baligh adalah adalah kesiapan tubuh secara fisik/ dewasa untuk siap membuahi dn dibuahi. Sedangkan aqil dari kata akal adalah kesiapan secara mental dan rasional untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup yang sebenarnya. Dan rata-rata baligh bisa duluan dan Aqilnya belum. Mungkin aqil lebih ke semacam Emotional Question (EQ).
Wah ilmu yang begini memang bagiku juga sangat baru tapi ternyata memang sangat masuk akal. Dari pembicara lain juga dinyatakan bahwa balighnya anak sekarang bisa lebih cepat karena gizi anak sekarang sangat baik bahkan bisa jadi berlebihan ( untuk kasus-kasus obesitas). belum lagi mereka dirangsang dengan banyak stimulus dari gadget atau gawai , TV, internet dan sebangsanya…Sehingga akibatnya ya itu tadi percepatan pada sisi biologis dengan ketertinggalan pada sisi psikologis….
Beberapa langkah untuk menyeimbangkan adalah anak maka anak diperkenalkan dan memperkuatnya pada sisi religiusitas yang sudah ada seperti shalat (untuk menghindari dari perilaku keji dan mungkar), puasa (supaya ada control diri) dan tentu saja anak juga harus disibukkan dengan kegiatan positif yang menyita energinya (olahraga, seni dan berorganisasi)….
Merujuk pidato pak Anies Baswedan dalam mempersiapkan generasi abad 21 -yang sangat luar biasa dan sudah beredar viral di WAG- maka saat masa remaja ibaratnya memang menjadi waktu untuk menumbuhkan biji. Orang tua, sekolah dan lingkungan sebisa mungkin focus dan akan memberikan dukungan yang pas supaya biji itu tumbuh. Dalam ilmu biologi bahwa biji akan tumbuh jika ada media tanam yang cocok, ada air, ada nutrisi makanan atau dalam bentuk pupuk, ada sinar matahari dll. Sesuatu yang praktiknya sangat-sangat tidak mudah … Ilmu parenting dari para pakar itu memang sangat menginspirasi. Namun jujur menjadi gampang-gapang susah juga bagiku. Sangat Bisa untuk disampaikan dan membutuhkan latihannya untuk menjadi sebuah kebiasaan. Baik dari orang tua dan si anak sendiri.
Melayang ingatan beberapa saat lalu, pagi itu terasa begitu padat. Sejak sebelum subuh sudah menyiapkan keperluan kemah “life skill” anak-anak SMA kelas 1 yang akan memakan sampai 3 hari. tepatnya 3 hari, 2 malam. Segala keperluan sudah disiapkan. Baju, sepatu, sandal, jaket, kaos, bahan makanan (tahu, tempe, roti, minyak, beras yang sudah aku beli sejak kemarin, dll.) Kepenginnya aku biarkan dia –yang menurutku sudah besar- untuk mandiri dan menyiapkan semuanya. Ya kelas 1 SMA sudah semestinya untuk bisa menyiapkan segala sesuatunya secara mandiri. Tapi mendengar suara batuk dan agak hangat menjadikanku nggak tega. Akhirnya beberapa hal aku ikut bantu menyiapkan. Mulai cari tempat laminating dan cari gantungan sejak sore. Belum lagi nyari pilox malam2 dengan warna tertentu…aduuh… semestinya kalo cari yang beginian saat siang. Huh…
Kadang2 anak2 suka dadakan. Padahal paginya dia bilang nanti aku cari pilox ternyata ujungnya ibunya lagi…he…he… Tapi oke aja lah. Dia sudah berusaha banyak (membuat tanda pengenal diri), mengecat/pilox tongkat pramuka, nyari seragam kaos dan topi untuk teman2 nya satu regu hari minggu kemarin sama temannya satu kelompok di PGS…..
Life Skill ..ketrampilan hidup.. sebuah kemampuan (essential life skills) yang penting untuk kita asah supaya kita mampu dan berani untuk menghadapi dan mengatasi masalah dan kesulitan dalam hidup kita sehari-hari. Tentu saja tujuannya untuk bisa mengelola ATHG (ancaman/ risiko, tantangan, hambatan dan gangguan) dalam menuju sebuah garis finish kehidupan, yaitu mati. Life skill menurut beberapa ahli antara lain adalah Fokus dan Kontrol-Diri, Berkomunikasi, Membangun Koneksi, Berpikir Kritis, Menghadapi Tantangan dan Pembelajaran dengan Keterlibatan dengan Swa-Orientasi ……………
Sesuatu yang memang tidak mudah. Kenyataan bahwa hal-hal yang terkait dengan life skill tdk bisa hanya dipelajari secara cepat dalam sebuah perkemahan dua –tiga hari saja. Membutuhkan waktu yang sangat panjang malah bisa jadi sepanjang hayat. karena kehidupan itu setiap saat akan selalu berubah dinamikanya maka dalam hal ini dibutuhkan kemampuan adaptasi yang terus menerus untuk bertahan dan harapannya untuk semakin bertumbuh. 
Malam ini aku sangat terkesan dengan anak muda yang sangat luar biasa. Aku melihat betapa orang tuanya akan sangat bangga dengan perkembangan positifnya. aku juga mendoakan semoga dia akan sukses kelak, walaupun kemungkinann ada perbedan cara doa kami. Menurutku Dia ia bisa melewati “sebuah proses menjadi” dengan sangat baik. 
Belajar dari 212 Power of love bahwa Konflik orang tua dan anak adalah sesuatu yang kerapkali terjadi. Perbedaan usia, cara pandang, persepsi tentang sesuatu akan bertemu pada satu titik. Namun kekuatan cintalah yang bisa mengalahkan semua itu. Cinta pada anak karena allah swt semoga akan menjadi jalan bagi doa-doa orang tua untuk kebaikan anak-anaknya. 
Anakku, kamu sudah belajar membuat bunga dari kertas kokorumu dengan sangat indah. Ibu sangat bangga sehingga ibu diam-diam memfotonya. Ibu juga menanyakan apakah itu karyamu? yang kamu jawab dengan yakin…ya pastilah. Dan ibu melihat memang di kamarmu juga masih bertebaran sisa dari pekerjaanmu yang belum sempat dibersihkan. Anakku, Kamu sudah belajar bahwa untuk membuat itu menjadi indah ternyata butuh kerja keras di baliknya. Kamu sudah berhasil membayangkan dan merancang apa yang akan kamu buat dengan kertas kokoru itu (artinya kamu sudah punya mimpi dan bayangan tentang apa yang kamu buat), Kamu sudah berhasil memadukan warna-warna indah yang tentunya itu ibarat trial error tentang sesuatu sehingga kamu menemukn komposisi yang paling pas, Kamu sudah berhasil menggunting dengan rapi, pasti itu juga proses yang dilakukan berulang kali sampai kamu menemukan hasil yang paling baik. Kamu juga sudah berhasil menggulung dengan rapi, maka itu juga hasil latihanmu yang ibu percaya itu dilakukan berulang terbukti ada beberapa gulungan yang tidak terpakai. kamu sudah berhasil mengelem dan merekatkan dengan baik. Ya itu artinya untuk memadukan dan merekatkan sesuatu butuh alat dan bahan lain dan banyak lagi yang lain yang hanya kamu yang bisa merasakannya. 
Anakku bahwa sesuatu yang indah akan tercipta dari berbagai hal yang menyususnnya. ada kerja keras, keringat, bahkan airmata atau bahkan darah sekalipun. Semuanya membutuhkan latihan, latihan dan latihan. Tentu saja doa. Karena banyak faktor X di luar kendali manusia.
Anakku berbahagialah dan bersyukurlah dengan tantangan yang ada…. karena itulah yang akan membantu “ sebuah proses menjadi” atau dalam bahasa Prof Anies Baswedan Proses menumbuhkan biji. Harapan semua orang tua adalah saatnya kelak biji itu akan bertumbuh menjadi sebuah pohon yang rindang dan akan berbuah yang akan memberikan manfaat yang banyak untuk sekitarnya. Dan puncaknya adalah husnul khotimah. aamiin YRA.. 
( Tri Astuti Sugiyatmi, CPAY, 11 Mei 2018)

No comments: