Friday, June 22, 2018

Salam Bekti

 
Momen lebaran saat ini membawaku melayang jauh ke beberapa waktu yang lalu. Khusus untuk keluarga maka saat itu setiap sepulang shalat Idul Fitri kami sekeluarga akan sungkeman. Meminta maaf dengan cara sungkem kepada yang sepuh dengan cara posisi jongkok dimana yang kita beri sungkem biasanya berada di kursi. Ya seperti tradisi sungkeman saat manten tradisi Jawa itu. Biasanya kami anak-anak akan sungkem pada Ibu dan Bapak saat habis shalat Idul Fitri. ….Seringkali acara berubah menjadi tangisan karena terkenang akan kejadian sudah-sudah saat ada masalah atau ada sesuatu yang menyentuh hati. Saat habis sungkeman itu biasanya acaranya bergeser menjadi pesan-pesan dan nasihat nostalgia serta cerita berharga dari orang tua.
“Ngaturaken sembah sungkem, sedoyo lepat nyuwun pangapunten” begitu yang diucapkan saat bertamu ke orang tua dan melakukan sungkem (posisi kedua tangan menangkup di hidung dan pandangan menunduk) serta biasanya dilakukan sambil posisi jongkok dengan kepala sejajar pada lutut orang yang kita sungkemi. Terjemahan bebasnya “menghaturkan salam hormat dan meminta semua kesalahan untuk dimaafkan”…
Tentu saja acara “salam bekti “ atau bisa diartikan sebagai pemberian salam permohonan maaf sebaagai tanda bakti kita kepada tetangga, dilakukan saat acara salam bekti untuk keluarga inti sudah selesai. Salam bekti di desa sekeliilingku biasanya langsung saat selesai shalat hari raya. Tapi khususnya di desaku, Sampang acara salam bekti lazim dilakukan malam hari. Mungkin karena desa yang letaknya strategis dilewati jalur selatan rute arah Jogja Jakarta, sehingga siang hari walaupun lebaran sekalipun, aktivitas perekonomian tetap berjalan. Akibatnya acara salam bekti paling afdhal saat habis shalat maghrib
Aku kecil and the gank berjalan dari rumah ke rumah bersama-sama dengan suka cita. Kadang-kadang sambil bercerita dan menyanyi bersama-sama. Sering juga sambil membawa sedikit kue-kue dari tuan rumah di saku baju. Kacang bawang, kue satu, rengginang, wajik klethik, karag, emping blinjo dan kadang ada biscuit dari merek terkenal, Khong Guan. Hampir semua rumah akan diketuk, tidak ada yang terlewat. Dekat sawah sebelah belakang rumah, dekat papringan alias sebelah pohon bamboo, dekat lapangan bola, dekat kali cabang Serayu di daerahku, dekat pasar dll. 
Beberapa kali kami datang ke rumah orang kaya di pertokoan yang mengadakan open house (bahasa keren sekarang). Saat itu kita datang, bersalaman, duduk sejenak atau kadang langsung lanjut jalan lagi. Kita akan salami semua orang yang kita temui. Rasanya tidak afdhal saat ada rumah atau orang yang terlewat. Biasanya pada lebaran hari kedua akan kita kunjungi ulang yang tidak ketemu saat kunjungan pertama. Seingatku tidak ada orang yang bagi-bagi uang di tempatku untuk para pengunjung open house lebaran. Jadi aku kecil and the gank saat berkeliling memang hanya karena “pengin aja”. Rasanya puas kalau kita bisa kearah selatan, barat, timur dan utara untuk diceritakan pada teman-teman lain saat sesudahnya. Senang bisa bersalaman atau menginjak rumah dari tokoh-tokoh masyarakat tertentu. 
Oh ya saat itu untuk kerabat jauh maka kartu lebaran atau melalui telpon sudah sangat memadai. maka setiap mau lebaran, sudah ada daftar-daftar orang yang mau dikirmi kartu lebaran. Maka memilih kartu lebaran juga menjadi keasyikan sendiri. Pernah bikin sendiri, beli kartu dari hasil foto-fto cantik yang dijual di toko buku atau kantor pos, pernah nyetak juga, ngeprint juga. 
Waktu berputar, tahun berganti………….kebiasaan itu masih tetap ada namun skup nya menjadi lebih… mengecil . Kalo dulu sebelumnya hampir semua orang dikunjungi , maka lama-lama hanya orang tertentu saja. Alasannya macam2. Acara sungkeman tetap ada khususnya sama orang tua. Kalo sama tetangga dan kerabat juga sudah banyak modifikasi. Yang sungkem juga seringkali sama-sama duduk di kursi Cuma posisi badan tetap membungkuk. 
untuk ucapan bisa dengan bahasa Jawa seperti tadi. tak jarang juga sekarang bisa dengan kata-kata : “kosong-kosong ya” artinya semuanya kembali ke ttik nol… (biasanya sama teman sebaya); atau maaf lahir batin…ini yang tersering.dulu juga sering dengan kata minal aidzinwal faidzin …. dan sekarang bergeser Taqobbalallhi minna waminkum taqobal yaa kariim…..
Sampai lah pada hari ini…. Sekarang yang kartu lebaran cetakan/print biasanya hanya untuk instatnsi resmi saja. Dulu yang berbentuk fisik kartu pernah aku buat semua : buat, beli, nyetak dan ngeprint. artinya yang ada fisiknya begini juga untuk pribadi juga. Sekarang untuk yang bersifat pribadi lebih tidak formil sifatnya kearah surel (surat elektronik), atau email atau WA group, facebook, instagram dll. Tidak butuh kertas, amplop, perangko lagi. Hanya tinggal menuliskan atau hanya memodifikasi kiriman teman lain yang masuk HP kita dan dipilih menurut kita yang paling cocok akan di forward lagi ke yang lain. Tentu saja setelah diganti nama kita. 
Semua hal ada 2 sisinya. positifnya adalah sudah tidak butuh kertas lagi ( dari berapa ribu atau ratusan ribu pohon), tidak pakai tinta lagi juga ada penghematan sumber daya alam. Bahwa teknologi akan terkirim akan silaturrahim secara real time. bahkan saat video call, siaran langsung, live dll. Namun jeleknya bahwa hal ini sringkali menyebabkan silaturrahim secara fisik menjadi sangat turun kejadiannya. Ya teknologi menggantikan semua hal itu. Mungkin itu akan sangat bermanfaat saat posisi memang sangat berjauhan yang tidakmemungkinkan datang dengan berbagai alasan.
Namun mungkin tetap lebih baik saat silaturrahim bertemu secara langsung supaya ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh teknologi… apa ya ?. rasanya facebook pun bisa mengingat memori dengan baik, apa yang terjadi 1 tahun lalu, 4 tahun lalu , 6 tahun lalu. Mungkin keberkahan saat bertemu dan menjabat tangan itulah yang tidak ada di dunia maya. Silaturrahim memnag memakan biaya, tenaga, waktu dan effort dibandingkan hanya dengan bantuan teknologi yang hanya butuh pulsa dan kuota serta sedikit waktu. 
Tapi aku yakin bahwa banyak hal yang lebih bisa diselesaikan dengan bertemu muka….alias kopi darat. Bukan berarti anti teknologi. Justru teknologi aku tetap rekomendasikan….saat memang tidak memungkinkan untuk kopi darat karena banyak hal. Selamat bersilaturrahmi, baik via online maupun offline …..semoga berkah semuanya, apapun sarana dan bahasanya …..
oh ya maaf lahir batin semua ya, walaupun sebenarnya ucapan ini bisa dilakukan kapan saja tanpa menunggu moment Idul Fitri . Terimakasih…(late post, Tri Astuti Sugiyatmi)

No comments: