Kesehatan - dari kata dasar sehat- merupakan salah satu
kebutuhan dari manusia. Sementara sehat itu sendiri menurut badan kesehatan dunia (WHO) , sehat
adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang merupakan satu
kesatuan, bukan hanya terbebas dari penyakit maupun cacat.
Mengacu definisi dari
WHO tersebut maka permasalahan kesehatan dan hal-hal yang berkaitan di dalamnya
sesungguhnya sangatlah luas. Hampir
semua urusan akan terkait dengan kesehatan. karea kesehatan merupakan hilir
dari semua hal. Mulai dari urusan
transportasi, pendidikan, keuangan, lingkungan dll. Pendek kata semua hal, ujung-ujungnya akan berpengaruh pada kesehatan manusia. Bahkan teknologi –pun juga
demikian. Pemakaian produk teknologi
yang sesungguhya akan membantu dan
memperingan kita dalam bekerja, maka
dalam titik dimana teknologi menjadikan
kita “jatuh” pada gaya hidup sedentary
living alias mager (males gerak) maka hal itu akan memperbesar kemungkinann
seeorang untuk terkena berbagai penyakit tidak menular.
Bila kita
membicarakan tentang transportasi alias pengangkutan barang atau orang dari satu
tempat ke tempat lain, ujung-ujungnya juga ke masalah kesehatan. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor misalnya ternyata
menyebabkan angka kecacatan yang pada akhirnya
membutuhkan pelayanan rehabilitasi,
misalnya.
Permasalahan lingkungan juga sudah sangatlah jelas
pengaruhnya terhadap permasalahan
kesehatan. Tidak adanya daya dukung
lingkungan yang baik, secara jelas
berpengaruh pada kemunculan berbagai penyakit. Polusi udara yang tinggi akan mengarah pada
kemunculan penyakit saluran pernafasan
dan penyakit kulit misalnya.
Pencemaran air juga akan
sangat membahayakan khususnya bila air tersebut menjadi salah satu sumber untuk dikonsumsi. Fenomena
perubahan iklim (climate change) juga
sudah nyata-nyata mempengaruhi bidang
kesehatan. Banyaknya genangan air mengakibatkan penyakit demam berdarah,
misalnya menjadi lebih besar
kemungkinannya.
Melihat contoh-contoh tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa berbicara masalah manusia apapun ujungnya akan lari ke permasalahan
kesehatan. Bahkan bukan hanya itu tapi juga berbicara tentang hewan juga ada
banyak hewan yang dapat menularkan
penyakit kepada manusia yang dikenal
sebagai zoonosis. Contohnya Penyakit
rabies yang bisa ditularkan oleh anjing atau
flu burung yang bisa ditularkan oleh unggas misalnya.
Jadi sangatlah beralasan bahwa pola pikir berwawasan kesehatan (paradigma sehat) semestinya menjadi suatu kebutuhan bagi semua pihak termasuk di dalamnya
adalah para pengambil kebijakan di semua level serta para
teknokrat. Dari sinilah semua
akan bermula. Apakah memilih kebijakan
yang pro tehadap isu-isu
kesehatan atau sebaliknya?
Lingkungan /
Pemukiman Kota
Isu kesehatan di perkotaan memang sangatlah menarik untuk
diperhatikan. Jika kota menurut kamus
Umum Bahasa Indonesia berarti daerah
permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat
tinggal dari berbagai lapisan masyarakat,
maka isu kesehatan biasanya memang tidak jauh-jauh dari ciri-ciri kota itu sendiri.
Untuk permasalahan fasilitas pelayanan kesehatan beserta
semua sumber daya yang diperlukan dalam pemberian pelayanan kesehatan biasanya
sudah sangat memadai. Keberadaan
Puskesmas, RS sebagai fasilitas rujukan , dokter ahli, laboratorium penunjang,
apotik, bahan, alat dan obat semuanya
lengkap tidak ada masalah.
Secara umum maka permasalahan kesehatan perkotaan biasanya akan banyak berhubungan dengan
permasalahan lingkungan dan perilaku masyarakat sebagai faktor utama dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Bertambahnya penduduk akibat
urbanisasi menyebabkan kepadatan pemukiman perkotaan menjadi tidak terelakkan. Satu rumah kadangkala dihuni oleh terlalu banyak jiwa atau bahkan keluarga. Dengan kondisi rumah yang biasanya kurang baik dalam hal ventilasinya serta
sempit (karena banyaknya penghuni di dalamnya) menjadikan penyakit seperti
TBC (batuk menahun karena kuman Mycobacterium tuberculosa) mudah sekali
menular. Belum lagi penyakit akibat kontak erat yang dalam waktu lama
seperti kusta yang kumannya juga “bersaudara” dengan penyebab Tb, yaitu berjenis Mycobacterium
leprae. Disamping ancaman
penyakit menular akut lainnya seperti ISPA (Infeksi saluran pernafasan akut),
penyakit kulit menular lainnya seperti karena jamur dan parasite (panu dan
gudig/scabies)
Kondisi lingkungan sekitarpemukiman juga acapkali menjadi
sangat kumuh. Air limbah rumah tangga
dan sampah kering dan basah seringkali bercampur menjadi satu. Pada pemukiman pantai maka sampah akan
menumpuk di bawah tiang-tiang rumah.
sampah yang mungkin sudah tahunan tidak dibersihkan akan menjadi sarang berbagai kuman penyakit. Lalat, kecoak dan tikus menjadi perantara
berbagai penyakit akibat
lingkungan juga.
Di beberapa pemukiman pantai yang suplai air bersihnya
kurang baik maka seringkali masyarakat akan menampung air hujan dengan berbagai macam penampungan air seperti drum, ember, bak mandi atau profil tank. Air hujan tersebut akan
dialirkan secara langsung melalui talang
air di atap rumah mereka. Air yang adadipakai untuk kebutuhan sehari-hari mulai
utuk bersih-bersih diri, untuk mencuci kendaraan atau kaki saat akan masuk ke
rumah. tempat-tempat tersebut jarang
untuk dibersihkan dan dikuras dengan alasan “ saying airnya”. Akibatnya adalah tempat perindukan nyamuk akan semakin
banyak, karena naymuk akan bertelur dan menetas di dalam air tersebut. Dalam hal ini maka nyamuk Aedes aegypti –vektor tular penyakit demam berdarah - juga akan semakin banyak. Makanya
tidaklah mengherankan bila ada guyon
bahwa sebuah tempat diindikasikan sebagai sebuah kota atau perkotaan jika
penyakit DBD nya sudah tinggi.
Perilaku Masyarakat Kota
Orang yang hidup kota mempunyai ritme dan dinamika yang
sangat berbeda dengan orang di daerah perdesaan. Orang kota akan cenderung mempunyai tingkat
stress yang tinggi, karena sejaka bangun pagi sudah dihadapkan dengan ketatnya
jadwal rutinitasnya. Tuntutan untuk
masuk kantor / tempat kerja pada pagi
hari sementara transportasi
biasanya sangatlah padat. sehingga orang
kota akan mulai beraktifitas kadang-kadang sebelum matahari terbit dan
pulangnya saat matahari sudah tenggelam.
Aktifitas fisik orang kota juga seringkali akhirnya menjadi
sangat terbatas, karena dibantu dengan
berbagai kemudahan teknologi seperti memakai lift atau escalator saat naik ke
lantai atas sebuah gedung atau dengan motor atau mobil saat mobilisasi ke
berbagai tempat. Demikian juga hampir
semua peralatan rumah tangga sudah elektrik dan otomatis, yang untuk bekerjanya
hanya tinggal menekan tombol on saja.
Sementara itu untuk mengurangi rasa stress maka orang
kota akan lari ke hal-hal seperti rokok,
alcohol, bahkan sebagian menjadi kecanduan
narkoba. Tempat hiburan malam yang menyediakan kesenangan lain
seperti wanita (pria) penghibur juga menjadi marak, akibatnya penyakit kelamin atau penyakit yag ditularkan akibat
hubungan seksual menjadi lebih tinggi. Kantong-kantong HIV/ AIDS rata-rata ada di daerah /kawasan perkotaan.
Belum lagi masalah
asupan makanan maka orang kota cenderung memakan sesuatu yang sudah siap saji. Biasanya makanan siap saji yang praktis
rata-rata ada tambahan bahan
pengawetnya. Di samping itu jenis zat gizi yang adadi dalamnya biasanya juga tidak seimbang. Rata-rata tinggi gula, karbohidrat dan garam.
Kurang adanya sayuran dan buah-buahan.
Dengan paduan yang sangat ‘pas’ yaitu kurangnya aktifitas
fisik/ olahraga, yang ditambah dengan
stress, konsumsi rokok dan alcohol serta kurang makan sayur dan buah maka
jadilah permasalahan ancaman penyakit
tidak menular menjadi sangat tinggi. Maka tidak heran bila penyakit kanker,
darah tinggi, kencing manis, stroke, penyakit jantung, gagal ginjal menjadi
penyakit yang mulai merangkak ke atas melebihi angka-angka penyakit menular lainnya.
Penutup
Jika faktor risiko terjadinya kesakitan, kematian dan
kecacatan akibat berbagai hal / bidang
yang terkait dengan kesehatan diabaikan maka angka-angka itu akan semakin
meningkat. Akibat jangka pendek bahwa derajat kesehatan masyarakat akan
menurun. Konsekuensinya adalah
produktifitas juga akan menurun dan daya saing kita sebaga bangsa akan menurun
juga. Belum lagi akan keluar dana yang
sangat banyak untuk menanggulanginya.
Sehingga berpikir sehat menjadi suatu
kebutuhan bagi semua stake holder di
berbagai tingkatan untuk mewujudkannya dalam sebuah kerangka konseptual yang
dijabarkan dalam sebuah kerangka yang siap operasional. Untuk itu memang
dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dalam mengawal semuanya. Semoga
· Oleh : Tri Astuti Sugiyatmi *
(MenyambutApeksi di Kota Tarakan Juli 2018)
No comments:
Post a Comment