Wednesday, August 1, 2018

Isu dan Tantangan Kesehatan di Wilayah Perkotaan



Kesehatan - dari kata dasar sehat- merupakan  salah satu  kebutuhan  dari manusia.   Sementara sehat itu sendiri  menurut badan kesehatan dunia (WHO) , sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terbebas dari penyakit maupun cacat.
Mengacu definisi  dari WHO tersebut maka permasalahan kesehatan dan hal-hal yang berkaitan di dalamnya  sesungguhnya sangatlah luas. Hampir semua urusan akan terkait dengan kesehatan. karea kesehatan merupakan hilir dari semua hal.  Mulai dari urusan transportasi, pendidikan, keuangan, lingkungan dll. Pendek kata semua hal,   ujung-ujungnya  akan berpengaruh pada kesehatan  manusia. Bahkan teknologi –pun juga demikian.  Pemakaian produk teknologi yang sesungguhya akan membantu  dan memperingan  kita dalam bekerja, maka dalam  titik dimana teknologi menjadikan kita “jatuh” pada gaya hidup sedentary living  alias mager (males gerak) maka hal itu akan memperbesar kemungkinann seeorang untuk terkena berbagai penyakit tidak menular.
 Bila kita membicarakan  tentang transportasi  alias pengangkutan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain, ujung-ujungnya juga ke masalah kesehatan. Tingginya  angka kecelakaan lalu lintas pada   pengendara sepeda motor misalnya ternyata menyebabkan angka  kecacatan yang  pada akhirnya  membutuhkan  pelayanan rehabilitasi, misalnya.  
Permasalahan lingkungan juga sudah sangatlah jelas pengaruhnya  terhadap permasalahan kesehatan.  Tidak adanya daya dukung lingkungan yang baik, secara  jelas berpengaruh pada kemunculan berbagai penyakit. Polusi  udara yang tinggi akan mengarah pada kemunculan penyakit saluran pernafasan   dan penyakit kulit misalnya.  Pencemaran air  juga akan sangat  membahayakan  khususnya bila air tersebut menjadi  salah satu sumber  untuk dikonsumsi.  Fenomena  perubahan iklim (climate change) juga sudah nyata-nyata mempengaruhi bidang kesehatan. Banyaknya genangan air mengakibatkan penyakit demam berdarah, misalnya  menjadi lebih besar kemungkinannya.
Melihat  contoh-contoh  tersebut  maka dapat disimpulkan  bahwa  berbicara masalah manusia  apapun ujungnya akan lari ke permasalahan kesehatan. Bahkan bukan hanya itu tapi juga berbicara tentang hewan juga ada banyak  hewan yang dapat menularkan penyakit kepada manusia  yang dikenal sebagai zoonosis.   Contohnya Penyakit rabies yang bisa ditularkan oleh anjing atau  flu burung  yang  bisa ditularkan oleh unggas misalnya.
Jadi sangatlah beralasan bahwa pola pikir  berwawasan kesehatan  (paradigma sehat) semestinya menjadi  suatu kebutuhan bagi semua pihak termasuk  di dalamnya  adalah para pengambil kebijakan di semua level serta  para  teknokrat. Dari  sinilah semua akan bermula. Apakah memilih kebijakan  yang pro tehadap   isu-isu kesehatan atau  sebaliknya?

Lingkungan / Pemukiman Kota
Isu kesehatan di perkotaan memang sangatlah menarik untuk diperhatikan. Jika  kota menurut kamus Umum Bahasa Indonesia berarti  daerah permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat,  maka isu kesehatan biasanya memang tidak jauh-jauh dari  ciri-ciri kota itu sendiri.
Untuk permasalahan fasilitas pelayanan kesehatan beserta semua sumber daya yang diperlukan dalam pemberian pelayanan kesehatan biasanya sudah sangat memadai.  Keberadaan Puskesmas, RS sebagai fasilitas rujukan , dokter ahli, laboratorium penunjang, apotik, bahan, alat dan obat  semuanya lengkap tidak ada masalah.
Secara umum maka permasalahan kesehatan perkotaan  biasanya akan banyak berhubungan dengan permasalahan lingkungan dan perilaku masyarakat sebagai faktor utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Bertambahnya penduduk akibat  urbanisasi menyebabkan  kepadatan  pemukiman perkotaan  menjadi tidak terelakkan.  Satu rumah kadangkala dihuni oleh terlalu  banyak jiwa atau bahkan keluarga.  Dengan kondisi rumah yang biasanya  kurang baik dalam hal ventilasinya serta sempit (karena banyaknya penghuni di dalamnya) menjadikan penyakit  seperti  TBC  (batuk menahun karena kuman Mycobacterium tuberculosa) mudah sekali menular. Belum lagi penyakit akibat kontak erat yang dalam waktu  lama  seperti kusta yang kumannya juga  “bersaudara” dengan penyebab Tb, yaitu   berjenis Mycobacterium leprae.  Disamping  ancaman  penyakit  menular  akut  lainnya seperti  ISPA (Infeksi saluran pernafasan akut), penyakit kulit menular lainnya seperti karena jamur dan parasite (panu dan gudig/scabies)
Kondisi lingkungan sekitarpemukiman juga acapkali menjadi sangat kumuh.  Air limbah rumah tangga dan sampah kering dan basah seringkali bercampur menjadi satu.   Pada pemukiman pantai maka sampah akan menumpuk di bawah  tiang-tiang rumah. sampah yang mungkin sudah tahunan tidak dibersihkan akan menjadi  sarang berbagai kuman penyakit.  Lalat, kecoak dan tikus menjadi  perantara  berbagai  penyakit akibat lingkungan juga.
Di beberapa pemukiman pantai yang suplai air bersihnya kurang baik maka seringkali masyarakat akan menampung air hujan  dengan berbagai macam penampungan air  seperti drum, ember, bak mandi  atau profil tank. Air hujan tersebut akan dialirkan  secara langsung melalui talang air di atap rumah mereka. Air yang adadipakai untuk kebutuhan sehari-hari mulai utuk bersih-bersih diri, untuk mencuci kendaraan atau kaki saat akan masuk ke rumah.  tempat-tempat tersebut jarang untuk dibersihkan dan dikuras dengan alasan “ saying airnya”. Akibatnya  adalah tempat perindukan nyamuk akan semakin banyak, karena naymuk akan bertelur dan menetas di dalam air tersebut.  Dalam hal ini    maka nyamuk Aedes aegypti –vektor tular penyakit demam berdarah - juga akan semakin banyak. Makanya tidaklah mengherankan bila ada  guyon bahwa sebuah tempat diindikasikan sebagai sebuah kota atau perkotaan jika penyakit DBD nya sudah  tinggi.

Perilaku  Masyarakat Kota
Orang yang hidup kota mempunyai ritme dan dinamika yang sangat berbeda dengan orang di daerah perdesaan.  Orang kota akan cenderung mempunyai tingkat stress yang tinggi, karena sejaka bangun pagi sudah dihadapkan dengan ketatnya jadwal rutinitasnya.  Tuntutan untuk masuk kantor / tempat kerja  pada pagi hari  sementara transportasi biasanya  sangatlah padat. sehingga orang kota akan mulai beraktifitas kadang-kadang sebelum matahari terbit dan pulangnya saat matahari  sudah tenggelam.
Aktifitas fisik orang kota juga seringkali akhirnya menjadi sangat  terbatas, karena dibantu dengan berbagai kemudahan teknologi seperti memakai lift atau escalator saat naik ke lantai atas sebuah gedung atau dengan motor atau mobil saat mobilisasi ke berbagai tempat.   Demikian juga hampir semua peralatan rumah tangga sudah elektrik dan otomatis, yang untuk bekerjanya hanya tinggal menekan tombol on saja.
Sementara itu untuk mengurangi rasa stress maka orang kota  akan lari ke hal-hal seperti rokok, alcohol, bahkan sebagian menjadi kecanduan  narkoba. Tempat hiburan malam yang menyediakan kesenangan lain seperti  wanita (pria) penghibur  juga menjadi marak, akibatnya penyakit  kelamin atau penyakit yag ditularkan akibat hubungan seksual menjadi lebih tinggi. Kantong-kantong HIV/ AIDS  rata-rata ada di daerah /kawasan perkotaan.
Belum lagi masalah  asupan makanan maka orang kota cenderung memakan sesuatu yang  sudah siap saji.  Biasanya makanan siap saji yang praktis rata-rata  ada tambahan bahan pengawetnya. Di samping itu jenis zat gizi yang adadi dalamnya  biasanya juga tidak seimbang.  Rata-rata tinggi gula, karbohidrat dan garam. Kurang adanya sayuran dan buah-buahan.
Dengan paduan yang sangat ‘pas’ yaitu kurangnya aktifitas fisik/ olahraga,  yang ditambah dengan stress, konsumsi rokok dan alcohol serta kurang makan sayur dan buah maka jadilah permasalahan  ancaman penyakit tidak menular menjadi sangat tinggi. Maka tidak heran bila penyakit kanker, darah tinggi, kencing manis, stroke, penyakit jantung, gagal ginjal menjadi penyakit yang mulai merangkak ke atas melebihi angka-angka penyakit menular lainnya.
Penutup
Jika faktor risiko terjadinya kesakitan, kematian dan kecacatan akibat berbagai hal  / bidang yang terkait dengan kesehatan diabaikan maka angka-angka itu akan semakin meningkat. Akibat jangka pendek bahwa derajat kesehatan masyarakat akan menurun.  Konsekuensinya adalah produktifitas juga akan menurun dan daya saing kita sebaga bangsa akan menurun juga.  Belum lagi akan keluar dana yang sangat banyak untuk menanggulanginya.  Sehingga berpikir  sehat menjadi suatu kebutuhan bagi semua stake holder di berbagai tingkatan untuk mewujudkannya dalam sebuah kerangka konseptual yang dijabarkan dalam  sebuah kerangka  yang siap operasional. Untuk itu memang dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dalam mengawal semuanya.  Semoga
·   Oleh : Tri Astuti Sugiyatmi *
(MenyambutApeksi di Kota Tarakan Juli 2018)

No comments: