Tuesday, December 11, 2018

Sebuah Tiket Buta


Dalam hari-hari ini secara berturut-turut datang berita wafatnya saudara, teman, kerabat dekatku. Keluargaku di Cilacap yang memang sudah agak lama sakit, teman SMA ku yang tiba-tiba sakit juga putra temanku yang sakit juga. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun….. Semua dating dari Allah dan akan kembali ke Allah. Semua yang berjiwa pasti akan mati…. Untuk semuanya kebetulan dipanggil dalam 3 Jumat yang berurutan ini, Jumat 2 pekan lalu, Jumat 1 pekan lalu dan Jumat hari ini. Insyaallah semuanya diberikan husnul khotimah. Semoga diberikan tempat terbaik di sisi Allah swt ….Aamiin YRA
Berita tentang kematian memang setiap hari ada saja. Baru-baru ada seorang ibu yang tertimpa pohon tumbang di Bogor akibat angina putting beliung. Beberapa waktu lalu ada kabar korban meninggal pesawat Lion Air penerbangan JT 610 Jakarta – Pangkal Pinang yang berjumlah 189 orang walaupun sebagian tidak ditemukan. Ada juga 31 orang pekerja yang sedang mengerjakan ruas jalan di Kabupaten Nduga oleh kelompok teroris OPM (organisasi Papua Merdeka). Belum lagi waktu-waktu Agustus dan September ada korban akibat gempa Lombok dan Palu sebelumnya. 
Ya semua itu seringkali berita kematian berlalu begitu saja. Karena biasanya “jauh “ dari kita secara pribadi. Intinya orang lain atau orang jauh……Jadi kita biasanya hanya ingat ‘mati’ atau ‘ajal’ dalam waktu sebentar habis itu larut lagi dalam riuh rendahnya berita tentang peristiwa hilangnya pesawat, dahsyatnya puting beliung, hiruk pikuknya peristiwa apapun yang melingkupinya. 
Ada yang cukup menarik. Beberapa artikel tentang ‘tiket kematian manusia’ beredar bahwa kita sebagai manusia ibarat melakukan perjalanan panjang mulai alam dunia sampai akhirat, dimana transitnya adalah alam kubur. Terminal kedatangannya padang Mahsyar dan tujuan akhirnya adalah surga dan neraka. 
Dalam peristiwa jatuhnya Lion Air ada beberapa artikel yang beredar. Bagaimana para penumpang pesawat itu saat antri check in seolah adalah memang antri untuk menjemput kematiannya. Tidak ada yang tertukar ajalnya. Memang itulah yang terjadi dan beberaa orang yang memang belum saatnya ajalnya maka ndilalah ….kebetulan atau qodarallah terlambat check in atau digantikan oleh orang lain tiketnya. 
Ya aku berpikir bahwa sebenarnya kita semua sudah pegang tiket kematian itu. Cuma memang waktunya, tempatnya dan caranya semuanya masih tidak diketahui. Sebuah tiket buta. Ya ibaratnya harus selalu siap kapan saja. Tapi sejujurnya, bekal ini belum cukup sampai sekarang. Masih banyak sekali PR yang belum terkerjakan…. Tapi hidup toh harus tetap harus berjalan…
Yang penting kelihatannya bagaimana memadukan kesiapan menjemput kematian disaat masih hidup…….artinya harus hidup mulia supaya sewaktu-waktu diambil mudah-mudahan husnul khotimah. Aamiin YRA. 
Hidup mulia itu seperti apa ?. Ya ini PR yang tidak ada ujungnya……….Harus mencari2 ilmunya dan mendefinisikan secara operasional supaya bisa membumi dan bisa dilaksanakan secara riil. Ayo…ah

No comments: