Wednesday, May 29, 2019

Membaca (Menulis) Sebuah Buku


Aku pandangi fotokopian atau tepatnya kliping yang sudah dijilid oleh almarhum Bapakku dengan nama beliau ada di depan laiknya pengarang buku. Ada 2 buah. Saat aku buka satunya lagi aku kaget karena ternyata Bapakku mengumpulkan tulisanku yang selama ini ada di internet (website – lama sebuah pusat kajian di sebuah Universitas paling terkenal). Aku sebenarnya sangat penasaran. Bagaimana almarhum Bapak tahu tentang internet karena beliau aslinya orang lapangan –mantan Brimob yang dulu pernah bertugas saat menumpas beberapa pemberontakan pasca kemerdekaan.
Saat itu Bapak tidak kenal computer. Di kantor jaman dulu memang ada mesin ketik manual. Ada beberapa foto Bapak yang didepannya ada mesin tik itu. Seingatku belum ada computer. Mungkin ada tapi bukan bagian bapakku.
Namun saat diakhir hidupnya memang sudah musim warnet. Tebakanku Bapak ke warnet. Cuma juga masih penasaran, kok bisa browsing dll itu juga aku masih bingung. Bagaimana bisa menemukan tulisanku dan akhirnya mengeprintnya dan menjilidnya layaknya sebuah buku. Aku menterjemahan mungkin salah satu yang diinginkan oleh Bapak suatu ketika aku bisa membuat atau menyusun buku itu… Aamiin. Aku teringat hal ini karena hari ini buku sedunia…….Ingat buku dan ingatanku melayang pada “pesan tersirat” dari Bapakku itu yang samapai kini masih aku simpan klipingnya.
Yang dulu paling sering dibaca oleh Bapakku adalah majalah bahasa Jawa “Panjebar Semangat = PS” yang terbit dari Surabaya. Setahuku beliau mewarisi majalah PS itu dari kakekku yang dulu juga hobinya membaca mjalah itu. Ada banyak rubric yang aku juga ikut senang… opo tumon (kejadian unik-unik ); alaming lelembut (cerita horror : jumat Kliwon dll); kawruh boso Jawi dll.
Bapakku selain mewarisi langganan majalah PS juga akhirnya menjilidnya dlam 10-20 majalah menjadi 1 bendel. Banyak sekali bendelan PS yang masih ada di rumah. Untuk buku mungkin Bapak baru suka membaca buku agama yang ringan. Cara shalat, cara puasa dll.
Saat kecil aku suka baca buku cerita. Malah aku selalu menulis buku apa yang aku baca dalam sebuah buku tebal. Saat SMP aku suka berlomba sama teman sebangkuku: Titin Sumarni tentang buku2 apa yang sudah dibaca dan bagaimana isinya. Juga Lasmiyati, teanku SMP juga sangat senang dengan kegiatan ini. Jadi saat itu aku dan teman2 ku selalu menulis judul buku dan tahun terbitnya yang sudah pernah dibaca. Buku karya2 pujangga kita dan buku yang ada di Perpustakaan SD atau SMP itulah yang menjadi bagian yang menjadi bagian tebak-tebakanku. Pengalaman Masa kecil, robohnya surau kami, dan beberapa karya Hamka yang lain, juga saat itu trilogy atau tertralogi ronggeg dukuh paruk, Jantera Bianglala (karena kedekatan dengan tempat yang diceritakan) -karya Ahmad Tohari. Juga 5 sekawan karya Enid Blyton dll
Waktu berjalan dan hari berganti makin kesini ternyata daya baca semakin menurun. Saat kuliah praktis yang banyak dibaca mahasiswa FK adalah diktat, modul ataupun atlas maupun Buku2 textbook .
Makin kesini yang diminati buku sastra pembangun jiwa: laskar pelangi, Sang pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov dll. Belum lagi ketika cinta bertasbih dll. Ayat-ayat cinta aku baca sejak belum jadi buku masih berupa cerita bersambung di harian Republika. Sesekali buku managemen (disruption, Change, Self Driving, dll)… Tips and Triks , Biografi hanya sesekali dll.
Tentu saja buku resep masakan juga mengkoleksi beberapa walaupun dipraktikkan sesekali thok…he..he
Yang jelas daya baca (endurance) bisa jadi mengecil. Ada beberapa buku2 yang dibeli masih rapi nangkring di rak buku belum tersentuh.
Saat era digital datang… Ya adanya artikel pendek2di WAG, FB kadang2 seringkali lebih menarik daripada buku. e-book juga yang didownload… Tapi kadangkala hanya lihat2 yang dimaui untuk dibaca, jadi tidak membaca secara sempurna.
Saat hari buku ini, mengingatkan bahwa buku sebagai sumber ilmu -walaupun bisa jadi tergeser oleh Youtube atau yang lain – tetaplah istimewa. Karena sebetulnya membaca buku menjadi sebuah kebutuhan dan input bagi jiwa –jiwa yang ada.
Membaca sebagai pemenuhan kebutuhan akan informasi mempunyai kontribusi yang terbesar dalam pembentukan sebuah karakter…Membaca menjadi cara untuk berkontemplasi dan menjatuhkan keberpihakan… Membaca dengan mata dan hatimu akan kondisi sekitar…itulah yang akan tetap menjadi penerang jiwa… Maka membacalah …. Iqra…
Memang menulis menjadi sebuah output setelahnya. Lebih sulit dan berat. Apalagi untuk menulis sebuah buku….Lagi2 teringat “pesan tersirat” Bapak… Semoga suatu ketika nanti bisa mewujudkannya. Aamiin YRA
Selamat Hari Buku Sedunia…(TAS-Surabaya, 23 April 2019)

No comments: