Wednesday, May 29, 2019

Reading The Past & Writing The Future


Membaca sejarah untuk menuliskan masa depan bagiku menjadi sangat relevan akhir-akhir ini. Itulah kenapa dalam kesempatan kunjungan ke beberapa kota aku mencoba untuk melihat museum - sebagai tempat sesuatu yang sudah dilewati, sesuatu yang sudah dicapai, peristiwa yang sudah pernah terjadi - disimpan. Museum Perang Dunia II di Tarakan dan Philippina , Museum kerajaan di Kalsel (Banjarmasin, Kalbar (Pontianak), Kaltara (Tanjung Selor), Museum di Jogja, Lubang Buaya, Museum tematik : Geologi, perminyakan, kedokteran (di FK unair) dll. Walaupun sejarah bukan hanya benda-benda yang terlihat, terfoto/difoto, terabadikan. Banyak hal yang tidak tertulis, tergambar ternyata juga terjadi.
Bila sejarah diceritakan oleh orang perorang akan muncul berbagai cerita dari sudut pandang, angle dan persepsi yang bisa jadi berbeda bahkan berlawanan. Banyak buku yang disusun oleh orang yang berbeda untuk melihat peristiwa yang sama bisa jadi akan muncul beberapa versi. Dibutuhkan "orang" atau pihak mempunyai sudut pandang yang luas untuk melihat puzzle-puzzle yang sedemikian rumit itu. Helicopter view atau bird view menjadi bisa melihat dari atas apakah yang sebenarnya terjadi. Ibaratnya perangkat drone yang bisa merekam sesuatu dari ketinggian sehingga sudut kiri yang tadinya tidak terlihat dari sebelah kanan dan sebaliknya akan menjadi semakin jelas. Memang tetap dibutuhkan analisa karena bisa jadi hanya terlihat bentuk seutuhnya dari atas, tapi ada sisi dimana "tinggi" nya juga membutuhkan pengukuran dan hasilnya.
Memang sangat tidak mudah menemukan orang dan pihak yang mumpuni seperti itu. Bukan hanya keilmuannya tetapi juga kebersihan hatinya. Rasanya kita akan sangat kecewa saat mengharapkan si A atau si B jadi seperti itu ternyata kemudian di belakang hari kita melihat " cacatnya". Memang sesuatu yang sangat baik, pasti pun "dibuat" atau melalui dengan proses yang luar biasa. Jadi ingat bahwa sebuah batu mulia dibuat dengan proses penekanan, pembakaran dengan suhu yang sangat tinggi dan pembentukan. Untuk sesuatu yang luar biasa menjadi wajar jika saat ini menjadi barang langka. Bila ada pun maka sebaik-baik orang ada saja para hater-nya.
Tapi setidaknya dengan karunia akal sehat dan nurani yang ada maka aku pun merasa "berhak" menterjemahkan masa lalu itu dan mengambil ibrahnya untuk merajut dan menuliskannnya untuk diriku sendiri.
Bagiku, kebenaran akan memiliki jalannya. seiring dengan waktu. Bisa di dunia atau bahkan bisa jadi di akhirat kelak. Ya aku harus percaya itu bahwa ada hari pembalasan dimana sebagai sebuah konsekuensi logis bahwa kadang di dunia kita tidak mendapatinya. sebuah keadilan. Dan akhirat adalah tempat dimana semua akan mendapatkan balasan dengan seadil-adilnya.
Sama seperti kita "membaca" 20 Mei 1908 saat para dokter mendirikan Boedi Oetomo sebagai organisasi kebangsaan sebagai cikal bakal dan berkontribusi bagi kebangkitan dan kemerdekaan negara ini. Maka hari ini mulai pukul 00.01 tanggal 21 Mei itupun - bahkan satu detik sesudahnya sebentar akan menjadi the past. Suatu ketika kelak, maka akan menjadi sejarah bagi kita semua dengan tafsir masing-masing. Dibutuhkan para begawan dengan keilmuan, kearifan pikirnya, kebaikan budinya, kejernihan nuraninya untuk menafsirkan puzzle kemarin. kemarin lusa, 1 minggu lalu, 3 bulan lalu, 1 tahun lalu, 5 tahun lalu, 10 tahun lalu, 50 tahun lalu sampai 111 tahun yang lalu menjadi sebuah gambaran besar yang akan memperkaya apa yang akan kita tulis untuk masa depan bersama. Mungkin 1 minggu ke depan, 1 bulan ke depan, 1 tahun ke depan, 10 tahun ke depan atau 50 tahun ke depan.
Bila itu pun tidak kita jumpai maka yakinlah akan ada sang pencatat semua kejadian hari per hari dan tidak akan terlewat sedetik pun. Saat itulah sejarah kita terpampang jelas tanpa bisa ditutup-tutupi dan kemudian masa depan kita saat itu pula akan dapat tergambarkan dengan baik. Mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang kita tanam hari ini, sebelum hari ini, dulu & dulu sekali semenjak kita baligh sampai besok, besok lusa sampai detik kita dipanggil menghadap -Nya.
Hanya kepada Allah swt Sang Maha Segala-galanya kita berserah.
" Maka bersabarlah dengan kesabaran yang indah"... Wallahu alam bishawab....(Sby, TAS-21 Mei 2019)

No comments: