Thursday, July 11, 2019

Tips dan Trik Untuk Menghindari Asap Rokok :


Kasus wafatnya Kepela Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB ) karena kanker paru yang dideritanya mengagetkan kita semua. Faktor risiko biasanya adalah perokok aktif, tetapi pada pak Sutopo -seperti dalam video yang beredar- bahwa beliau sebenarnya bukanlah seorang perokok, bahkan keluarganya sekalipun. Namun diakui oleh Pak Sutopo bahwa memang di kantornya banyak sekali yang merokok. Hal ini berarti beliau adalah sebagai perokok pasif ( second hand smoker), yang berarti beliau menghirup udara dengan asap rokok dari perokok aktif.
Memang faktor risiko dari kanker paru bukan hanya menjadi perokok aktif ataupun pasif tetapi juga ada faktor seperti polusi udara. Dalam hal kasus Pak Sutopo, menurut Penulis perokok pasif-lah tertuduh utamanya, walaupun memang dalam setiap kasus kanker penyebabnya bersifat multifaktor.
Sebelumnya ada kasus yang sempat viral di media massa yaitu : kematian anak balita yang berumur 1 tahun 10 hari-sesuai dengan pengakuan ayahnya di sebuah forum online- bahwa anaknya terkena residu rokok yang menempel pada bajunya (third hand smoker).
Kasus-kasus tersebut diatas adalah contoh betapa juga berbahayanya menjadi seorang perokok pasif (baik penerima asap langsung maupun residu rokok). Sehingga dibutuhkan tips dan trik untuk menghindari asap rokok alias menjadi perokok pasif. Memang istilah “menghindari” adalah sebuah kata kerja yang dilakukan oleh si subyek yang berarti tindakan aktif untuk menjauhi sumber-sumber asap rokok. Memang hal ini tampak ambigu, karena istilah perokok pasif sendiri berarti bahwa orang tersebut hanyalah menerima saja asap rokok yang dihembuskan dari si perokok aktif. Maksud penulis adalah perokok pasif sendiri –karena merupakan korban- masih memiliki “ celah” untuk meminimalkan kontak dengan asap dari para perokok.
Selama ini kondisi menjadi perokok pasif seringkali dianggap enteng oleh para perokok aktif maupun si korban sendiri. Seringkali mereka menganggap bahwa tidak ada hubungan antara para “penerima secara pasif” asap rokok dengan penyakit-penyakit yang diderita. Namun dengan data empiris yang ada –yang kita lihat dan buktikan sendiri- maka memang menjadi sesuatu yang sangat penting caranya menghindari asap rokok. Untuk itu kita harus memiliki tips dan trik untuk menghindari asap rokok sebagai berikut :
1. Bila mau mencari posisi yang nyaman untuk menunggu di pelayanan publik misalnya maka harus mempelejari situasi terlebih dahulu. Dengan mempelajari situasi maka kita tahu mana tempat yang paling nyaman untuk menunggu.
- Di bawah atau di dekat tanda : dilarang merokok , no smoking , atau gambar rokok yang disilang dan tanda-tanda lain
- Bila tidak menemukan tempat yang dekat dengan tanda-tanda tersebut maka mencari tempat duduk yang terjauh dari kelompok orang yang sedang merokok, minimal 10 meter.
- Bila ternyata di dalam ruangan tertutup tersebut semua sudah tercemar asap dan bau rokok maka pilihlah menunggu di luar ruangan tersebut tetu saja dengan tetap memantau antrian yang ada
2. Billa mau menginap di penginapan atau hotel maka pilihlah kamar yang “ no smoking.
Pada beberapa hotel sudah berlaku kamar no smoking dan kamar yang bisa untuk perokok mengisap rokok. Pada kamar yang disebut terakhir maka seringkali baunya masih “tertinggal” di sudut-sudut ruangan. Bahkan abu maupun residu rokok seringkali masih menempel di gorden maupun di beberapa furniture yang ada
3. Bila di tempat transportasi publik, maka sebetulnya memang seharusnya termasuk kawasan bebas asap rokok--maka bisa dengan menegur mereka yang masih merokok dengan sopan. Kadang-kadang bila tidak memungkinkan maka tunjukkan perasaan tidak suka dengan perilaku orang tersebut dengan cara menutup hidung. Semoga para perokok yang bandel itu akan merasa dan menghentikan kegiatannya. Bila perlu, temple stiker di halaman depan sebuah binder atau buku yang cara membawanya agak demonstratif dengan ditaruh di pangkuan saat di kendaraan umum.
4. Jangan sediakan asbak dan korek api di meja tamu rumah sendiri
5. Bila perlu khusus di rumah sendiri juga bisa melakukan secara aktif dengan cara memakai tanda-tanda (poster atau sticker yang isinya larangan merokok) yang ditempel di bagian yang memungkinkan. Tembok ruang tamu, pintu gerbang, meja teras dan lain-lain
6. Bila di tempat olahraga : seringkali di tempat olahraga /misalnya di tepi kolam renang maaka banyak yang merokok juga. Maka bila kita memungkinkan menjauh ya menjauh saja. Kalau perlu memberitahu pada pemilik/ pengelola tempat olahraga itu tentang larangan merokok di tempat olahraga
Begitu pula dilakukan saat di tempat yang sudah jelas ada tanda larangan tetapi biasanya tetap saja ada perokok bandel yang melanggarnya maka perlu juga untuk belajar sedikit tentang hal ihwal terkait rokok seprti :
a. Mengetahui tentang bahaya rokok secara umum
Rokok terbukti memiliki 4000-an zat berbahaya yang dapat menyebabkan faktor risiko berbagai penyakit mulai dari kanker serta berbagai penyakit kronisi lainnya seperti jantung, stroke, kencing manis dll
b. Mengetahui update kebijakan pemerintah maupun pemerintah daerah setempat terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Sesuai kebijakan KTR maka tempat berikut seharusnya bebas asap rokok yaitu di fasilitas kesehatan, tempat proses belajar mengajar (sekolah), tempat ibadah, anak bermain, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum.
Dengan mengatahui tempat-tempat yang harus tanpa rokok maka akan lebih mempermudah saat mau dialog, ngobrol atau bahkan saat mau menegur dengan para perokok atau orang yang merokok di tempat-tempat terlarang.
c. Mengetahui beberapa contoh maupun kisah yang sempat viral tentang penyakit yang diderita oleh para perokok pasif. Hal ini sebagai “alat” untuk meyakinkan saat kita berargumen atau bisa juga sebagai pembuka saat mau mengobrol masalah merokok dan bahayanya.
Semoga dengan semua hal ini menjadikan kita seminimal mungkin berhubungan dengan asap dan residu rokok dari para perokok aktif di sekitar kita. (Tri Astuti Sugiyatmi, 11/7/2019)
Suka
Komentari

No comments: