“Ini biasanya agak asem bu “ jawab ibu pedagang buah di sebuah pasar saat aku menanyakan mangga yang menurutku warnanya unik dan cantik sekali. Semburat kemerahan dengan dasar kehijauan. Seperti apel malang.
“Biasanya untuk rujakan bu” beliau menambahkan keterangannya.
“Mungkin kalau sudah matang manis ya bu? “ aku nanya lagi
“Kayaknya tetap asem bu” beliau berterus terang saat aku tetap nanya manga itu…. Wah ibu ini agak aneh. Biasanya pedagang akan menutup-nutupi kondisi dagangannya yang tidak menguntungkan si pedagang. Biar aja pembeli “kecelik” akibat beli barang yang tidak sesuai harapannnya. Begitu rata2 para pedagang. Sementara ibu ini menyampaikan “kelemahan” barang dagangannya. Aku hanya membatin bahwa beliau berdagang dengan sangat jujur.
Akhirnya aku membeli mangga jenis lain.
Lalu aku memilih buah pear. Saat aku mengangsurkan pear maka ibunya bilang “wah ini jelek ibu”, sambil menunkjukkan ada bagian pear yang nggak terlihat olehku bagian yang sudah menghitam. Padahal andaikan beliau diam aja, paling aku akan maklum toh aku yang sudah memilihnya.
“Ibu cari yang lain saja” Kembali aku mengaguminya. Pedagang ini tidak mau merugikan pembelinya.
Setelah kira2 cukup aku menyerahkan untuk ditimbang
“ satu kilo aja bu”
“Cari yang agak besar, bu. Ini terlalu kecil”. Beliau mengangsurkan pear yang harus aku cari gantinya,karena timbangannya belum pas. Lagi-lagi, ini praktik ketiga dalam waktu yang pendek yang aku kagumi.
Tadinya aku merasa cukup…tapi kemudian terbersit beli jeruk peras ah… kesukaan anak di rumah.
Untuk kesekian kalinya, beliau melebihkan timbangannya.
Hari ini aku menerima pelajaran langsung tentang cara berdagang yang sangat indah. Cara berdagang ala Rasul…. Masya allah..
Aku jadi teringat saat suami kapan hari cerita (setelah sekian lama dari kejadian aslinya) bahwa membeli sebuah alat kesehatan di seminar yang ternyata tidak dikirim barangnya, padahal sudah lunas. Entahlah, aku enggan mendesak juga tentang informasi itu. Sampai aku enteng saja berkomentar.
“Ya bukan rejeki kali”. Aku pikir karena sudah lama juga ngapain dipikir panjang-panjang. He..he
Tapi saat aku sendiri yang kena “ tipu” maka baru terasa sekali… Di tengah derasnya iklan –iklan barang dagangan di media sosial memang aku membaca sebuah pola. Bila ada satu produk inovasi baru maka akan diikuti dengan munculnya produk serupa dengan variasi merek dan harga.
Bisa jadi kita sebagai konsumen akan kesulitan memilih dan memilah mana produk yang benar –benar bagus atau produk yang hanya ikut-ikutan beriklan.
Karena dalam kenyataannya produk yang kegunaannya serupa maka akan muncul iklannya yang sangat mirip pula, walaupun tidak sama persis. Konsumen akan kesulitan mengidentifikasi. Saat menjatuhkan pilihan berdasarkan iklan tersebut ternyata barang yang datang bisa jadi berbeda dengan yang dijanjikan.
Beberapa waktu lalu, karena tergiur dengan iklan obat pembersih keramik atau kamar mandi/closet maka aku membelinya secara on line. Iklan yang berupa video itu, dengan meyakinkan membuat penonton pasti akan percaya, karena seolah nyata.
Bila iklannya bilang pembersih ini 100 X lipat dari pembersih biasa tentu saja dengan harganya bisa jadi sekitar 10 X harga pembersih pasaran. Tapi apa yang terjadi saat barang datang ? kenyataannya : sangat mengecewakan .
Saat mengikuti perintah yang tertera maka nggak ada efek apapun sast dituangkan di atas keramik. Pemakaian pembersih biasa kadang ada yang menimbulkan efek berbuih yang menunjukkan ada reaksi secara langsung zat pembersih dengan keramik yang kotor. Tapi pada produk ini setelah dituang, didiamkan, disikat dan dibilas pun ternyata tidak ada efek membersihkan sama sekali.
Begitupun dengan pembersih mesin cuci yang aku beli. Sama saja.
Saat itu aku kesal dan menanyakan sama penjual, apakah nggak keliru yang dikirimkan, maka tidak ada respon sama sekali.
Begitu pun saat aku beli lagi dengan ganti toko dan merek, mirip juga walaupun ada efeknya namun tidak sedahsyat yang diiklankan. Akhirnya kembali sama pembersih yang biasa saja di toko.
Hari ini aku mendapat pelajaran penting bahwa ternyata memang kejujuran dalam berdagang hanya milik orang-orang hebat dan kuat saja saja. Hebat dan kuat berarti siapapun yang berkomitmen memegang prinsip kejujuran dalam berdagang.
Banyak sekali kasus justru pedagang atau pengusaha besar dengan modal yang sudah susah menghitung digit rupiahnya menjadi pelaku -pelaku tidak jujur dalam bertransaksi dan cenderung menghalalkan segala cara.
Kejujuran menjadi hal yang sangat mahal. Terus terang, aku memang belum berbincang sejauh itu dengan pedagang buah di pasar itu.
Namun aku yakin tidak mudah untuk menjadi pedagang yang jujur itu. Karena sekilas kejujurannya akan merugikan pedagang. Tapi aku yakin ada keberkahan di dalamnya yang tidak bisa diukur hanya dengan rupiah semata.
Semoga berkah dan lancar usahanya ibu……
Mudah-mudahan suatu ketika aku bisa kembali berbincang dengan Beliaunya………(TAS-Surabaya, 14 Desember 2019)
Hari ini aku menerima pelajaran langsung tentang cara berdagang yang sangat indah. Cara berdagang ala Rasul…. Masya allah..
Aku jadi teringat saat suami kapan hari cerita (setelah sekian lama dari kejadian aslinya) bahwa membeli sebuah alat kesehatan di seminar yang ternyata tidak dikirim barangnya, padahal sudah lunas. Entahlah, aku enggan mendesak juga tentang informasi itu. Sampai aku enteng saja berkomentar.
“Ya bukan rejeki kali”. Aku pikir karena sudah lama juga ngapain dipikir panjang-panjang. He..he
Tapi saat aku sendiri yang kena “ tipu” maka baru terasa sekali… Di tengah derasnya iklan –iklan barang dagangan di media sosial memang aku membaca sebuah pola. Bila ada satu produk inovasi baru maka akan diikuti dengan munculnya produk serupa dengan variasi merek dan harga.
Bisa jadi kita sebagai konsumen akan kesulitan memilih dan memilah mana produk yang benar –benar bagus atau produk yang hanya ikut-ikutan beriklan.
Karena dalam kenyataannya produk yang kegunaannya serupa maka akan muncul iklannya yang sangat mirip pula, walaupun tidak sama persis. Konsumen akan kesulitan mengidentifikasi. Saat menjatuhkan pilihan berdasarkan iklan tersebut ternyata barang yang datang bisa jadi berbeda dengan yang dijanjikan.
Beberapa waktu lalu, karena tergiur dengan iklan obat pembersih keramik atau kamar mandi/closet maka aku membelinya secara on line. Iklan yang berupa video itu, dengan meyakinkan membuat penonton pasti akan percaya, karena seolah nyata.
Bila iklannya bilang pembersih ini 100 X lipat dari pembersih biasa tentu saja dengan harganya bisa jadi sekitar 10 X harga pembersih pasaran. Tapi apa yang terjadi saat barang datang ? kenyataannya : sangat mengecewakan .
Saat mengikuti perintah yang tertera maka nggak ada efek apapun sast dituangkan di atas keramik. Pemakaian pembersih biasa kadang ada yang menimbulkan efek berbuih yang menunjukkan ada reaksi secara langsung zat pembersih dengan keramik yang kotor. Tapi pada produk ini setelah dituang, didiamkan, disikat dan dibilas pun ternyata tidak ada efek membersihkan sama sekali.
Begitupun dengan pembersih mesin cuci yang aku beli. Sama saja.
Saat itu aku kesal dan menanyakan sama penjual, apakah nggak keliru yang dikirimkan, maka tidak ada respon sama sekali.
Begitu pun saat aku beli lagi dengan ganti toko dan merek, mirip juga walaupun ada efeknya namun tidak sedahsyat yang diiklankan. Akhirnya kembali sama pembersih yang biasa saja di toko.
Hari ini aku mendapat pelajaran penting bahwa ternyata memang kejujuran dalam berdagang hanya milik orang-orang hebat dan kuat saja saja. Hebat dan kuat berarti siapapun yang berkomitmen memegang prinsip kejujuran dalam berdagang.
Banyak sekali kasus justru pedagang atau pengusaha besar dengan modal yang sudah susah menghitung digit rupiahnya menjadi pelaku -pelaku tidak jujur dalam bertransaksi dan cenderung menghalalkan segala cara.
Kejujuran menjadi hal yang sangat mahal. Terus terang, aku memang belum berbincang sejauh itu dengan pedagang buah di pasar itu.
Namun aku yakin tidak mudah untuk menjadi pedagang yang jujur itu. Karena sekilas kejujurannya akan merugikan pedagang. Tapi aku yakin ada keberkahan di dalamnya yang tidak bisa diukur hanya dengan rupiah semata.
Semoga berkah dan lancar usahanya ibu……
Mudah-mudahan suatu ketika aku bisa kembali berbincang dengan Beliaunya………(TAS-Surabaya, 14 Desember 2019)
No comments:
Post a Comment