Sunday, March 29, 2020

Badai Corona Pasti Berlalu


Corona hari-hari ini sudah mengharu biru. Angka kesakitan Covid-19 terus naik khususnya di negara kita. Juga angka kematiannya. Jumlah kasus yang sembuh masih jauh lebih rendah daripada yang meninggal.
Grafiknya diperkirakan masih menanjak terus dan belum ada tanda- tanda stabil atau menurun. Namun sesungguhnya segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi. Maka sesuatu pasti akan berubah dan atau berganti. Pada titik tertentu nanti Corona akan berlalu. Turun dan menghilang. Pada saat itulah - mengutip judul lagu dari penyanyi.legendaris Chrisye- maka badai corona pasti akan berlalu.
Ya ini sebagaimana dulu penyakit- penyakit menular yangnpada akhirnya tinggal cerita saja di masa kini. Cacar misalnya.
Yang sering jadi pertanyaaan: when ? Kapankah itu terjadi. Apakah jelang Ramadhan ? Jelang Idul Fitri, 3 bulan, 6 bulan , 9 bulan atau lebih lama lagi?. Tidak ada yang tahu wallahu a'lam bi shawab.
Namun secara pengetahuan bahwa pandemi akan berakhir saat masyarakat sudah memiliki imunitas terhadap penyakit tersebut. Alias ada kekebalan komunitas atau kekebalan kawanan (herd immunity). Kekebalan terhadap penyakit secara umum bisa didapatkan dari 2 cara. Baik alami ( uncontrolled herd immunity) dan buatan ( controlled herd immunity). Alami berarti mendapat kekebalan setelah mengalami sakit. Walaupun ini juga dipelajari lagi khusus covid-19 ini. Karena ternyata 14 % an ternyata bisa mengalami reinfeksi. Sementara vaksin menjadi salah satu cara pemberian kekebalan buatan (virusnya sudah dilemahkan) sehingga dapat menjadi upaya ke arah herd immunity yang bisa terkontrol. Namun sayangnya untuk vaksin covid-19 belum.ditemukan maka secara logika masih akan lama pandemi untuk sampai pada tahap tersebut.
Sebenarnya sudah banyak upaya pencegahan yang dilakukan. Mulai upaya PHBS ( perilaku hidup bersih sehat) seperti melakukan cuci tangan pakai sabun ( CTPS) atau pakai hand sanitizer saat sulit menjumpai air. Pemakaian masker juga cukup penting karena covid -19 ditularkan melalui droplet (percikan ludah).
Upaya social distancing/ physical distancing atau work from home (WfH) sebenarnya upaya yang cukup efektif karena virus yang ditularkan sudah human to human. Namun memang hal yang tidak mudah untuk melakukan hal tersebut khususnya terkait masalah sosial ekonomi masyarakat kebanyakan.
Memang ada opsi paling efektif terkait hal tersebut yaitu karantina wilayah atau lockdown yang sekarang masih dikaji. Karena inilah yang paling bagus untuk memutus rantai penularan.
Dalam hal berperang terhadap virus maka yang tidak boleh dilupakan adalah saat si virus sudah kadung datang dan mampir ke tubuh. Maka pertahanan terakhir adalah imunitas tubuh sendiri.
Memang sudah banyak juga studi tentang hal ini. Makanan gizi seimbang, aktifitas fisik serta no rokok dan minuman keras menjadi cara- cara untuk meningkatkan imunitas.
Ada satu hal yang beberapa hari terakhir cukup mengemuka di medsos. Permintaan untuk berkata positif atau afirmasi positif. Memang dalam hal ini tidak ada yang salah. Membangun harapan yang positif diyakini akan meningkatkan imunitas tubuh.
Namun catatanku tentang hal ini adalah bahwa boleh saja kita rileks dengan "melupakan " sejenak permasalahan Corona dengan hal lain. Namun tetap bahwa bersiap- terhadap apapun yang akan terjadi -dalam suasana kerileksan adalah tetap lebih baik.
Sikap denial atau menyangkal kenyataan dengan maksud melindungi diri sendiri pada akhirnya tidak terlalu baik. Karena ini justru menjadi terkesan menipu diri sendiri.
Membanjiri dengan hal positif adalah sangat baik supaya tidak terlalu stress dan pada akhirnya akan meningkatkan imunitas. Namun mengharapkan pandemi hilang dalam sekejap adalah hal yang kelihatan agak sulit. Tentu saja secara perhitungan manusia.
Bila kita terlalu santuy ( ada 'terlalu' nya ya) dalam menghadapi hal ini, maka bisa jadi akan kehilangan kewaspadaan dalam menghadapi pandemi.
Cukuplah sudah pembelajaran di awal -awal bahwa meremehkan bahkan terkesan sombong bahwa kita adalah bangsa yang kebal terhadap penyakit baru ini menjadikan akhirnya lengah dan pada ujungnya kedodoran. Alias bersenang- senang dulu dan bersakit- sakit kemudian. Berkebalikan dengan arti dari pepatah pepatah berakit - rakit ke hulu dan berenang- renang ke tepian.
Intinya tetap alert ya dengan isu-isu tentang Corona ya dan berusaha tetap kelola stress dengan berbagai cara supaya imunitas tetap terjaga.
Stay safe and keep praying for us...
Bismillah

No comments: