Tuesday, April 14, 2020

Efisiensi di Saat Pandemi


Kelangkaan masker di masyarakat menjadikan kreatifitas muncul. Apalagi menyusul gerakan masker for all karena dianggap yang sakit dan yang sehat sama -sama perlu memakai masker untuk menurunkan kemungkinan penularan.
Sejak awal Februari ( tanggal 2) dalam status yang aku buat, menyikapi kelangkaan masker maka aku juga sudah menuliskan untuk membuat masker sendiri dari kain khususnya bagi para penjahit. Saat itu aku mikir bahwa secara logika aja bahwa akan mengurangi kemungkinan droplet yang keluar dan loncat saat bicara.
Namun karena merasa tidak memiliki mesin jahit, maka aku pun tetap mencari alias membeli masker kain juga. Sempat menghubungi penjual namun karena mungkin tingginya pesanan akhirnya terlewatkan oleh penjualnya.
Saat itu masker bedah sudah tidak terjangkau lagi. Pernah ditawari dengan harga yang setengah mahal, saat mengiyakan untuk pesen ternyata ujung- ujungnya dibatalkan sendiri oleh penjualnya. Kejadiannya tidak sekali.
Akhirnya jatuhnya ke masker kain juga. Apalagi setelah melihat bagaimana pengujian efektivitas masker dengan menaruh api di depan mulit dan ditiup saat memakai masker maka aku merasa masker kain juga ada yang mencapai " level" seperti itu. Api tidak mati saat ditiup menandakan bahwa masker itu mempunyai fungsi yang cukup baik.
Sampailah pada beberapa hari yang lalu. Muncul tugas dari sekolah si kecil untuk membuat masker menjadikan kami berpikir keras bagaimana bisa menyelesaikan tanpa banyak keluar untuk mencari bahan dan alatnya. Status #stayathome menjadikan aku "mager" .
Maka jalan keluarnya adalah mencari cara termasuk tutorial buat masker yang memungkinkan dari bahan yang ada saja.
Kain itu adalah sisa bajuku dan entah mengapa sisa kainnya sama penjahitnya dikasihkan aku lagi. Mungkin si penjahit berpikir masih cukup panjang sisa kainnya dan masih bisa dimanfaatkan. Bagiku pemikiran si penjahit agak aneh aja. Aku lama tidak pernah menjumpai hal begini.
Jadi teringat dengan kain yang sama motifnya- oleh penjahit berbeda- sedianya sesuai permintaan baju pria lengan panjang pria dewasa, namun ujungnya si penjahit pria bilang bahwa kainnya hanya bisa untuk lengan pendek saja. Akhirnya dengan berat hati kain seragam itu menjadi 2 baju lengan pendek, karena memang menjahitkan untuk 2 orang. Tanpa sisa kain sama sekali.
Hari itu, aku baru kepikiran untuk memanfaatkan siaa kain itu saat anakku dapat tugas itu. Akhirnya dia menggunting untuk pelapisnya dari kain yang lebih halus yang diambil dari bajunya yang sudah tidak layak pakai menurut anakku -.setelah mencari handuk yang tipis tapi tidak ketemu.
Untuk jahitnya ? Tenang masih punya jarum jahit dan benang di rumah kan ? Sementara untuk talinya dipotongkan dari masker lama yang tali karetnya panjang sekali.
Setelah melewati kesulitan dan hari ini taraaa ! Masker cantik dari kain batik pun jadi.
Maksud aku menceritakan ini adalah bahwa ternyata di saat pandemi ada hal- hal yang bisa diakali. Bukan dalam nuansa negatif tapi lebih ke sesuatu yang mengarah penghematan. Lebih jelasnya : berhemat.
Saat pandemi seperti ini dimana belum jelas ujung dan batas waktunya kapan "selesai" menyebabkan kita harus mulai menghitung kekuatan sumber daya.
Dimana-mana yang namanya sumber daya pasti terbatas. Sehingga berhemat menjadi salah satu pilihan rasional dalam situasi serba terbatas yang bisa jadi mengarah ke krisis ekonomi.
Emak- emak pasti sudah jagoan dalam hal ini. Namun tidak ada salahnya bila menghemat dalam masa ini bisa dengan berbagai cara , minimal dengan 2 hal ini
1. Tetap upayakan tidak membeli barang yang tidak punya arti apa- apa seperti rokok, rokok elektrik ataupun minuman keras. Hitungvaja berapa uang yang bisa dihemat saat tidak membeli barang- barang itu.
2. Memaksimalkan peran kulkas dan isinya. Memasak dengan asas memnfaatkan yang ada. Sebisa mungkin jangan terbuang. Ini memang berat karena harua terpenuhi gizinya juga kan.
Yang lain masih banyak tips dan triknya. Tapi 2 hal ini aja dikerjakan sudah cukup bagus.
Tetap aja walaupun judulnya efisiensi, ini berlaku untuk diri sendiri aja. Saat melihat kanan kiri maka efek dari efisiensi ini bisa diubah menjadi energi di tempat lain.
Efisiensi pada diri bukan berarti menutup hati bagi yang papa di luar sana.

No comments: