Tuesday, May 26, 2020

Jipe Jinggo Saat Pandemi


"Males bu, ambil baju lain, itu aja. Yang lain kan masih tertata, sayang aja rusak susunannya.". Itu komentar anakku, saat aku lihat dan tanya baju yang dicuci dan dipakai ya sekitar beberapa baju favoritnya.
Beberapa sarung dan kaos rumahan yang itu - itu aja. Ibaratnya siji di dipepe ( jipe) dan siji dienggo ( jinggo). Satu dijemur dan satu dipakai, begitu ekstrimnya. Begitu berulang- ulang. Ya memang dalam kenyataannya tidak begitu juga sih. Karena untuk efisiensi pemakaian mesin cuci maka jadwal mencuci ditunggu agak banyak baju kotornya. Jadi memang bukan 1 pasang dijemur dan 1 pasang dipakai dalam arti sebenarnya. Tapi yang jelas hanya baju- baju tertentu saja yang dipakai. Satu dua kali ada terselip baju koko putihnya.
Ada kecenderungan karena SFH maka bajunya yang lain nganggur aja di lemari. Satu kali aku lihat ada baju sekolah masuk mesin cuci. Setelah ditanyakan ternyata katanya, "habis rapat OSIS". Ooh...
Ternyata hal ini juga mirip dengan kakakya yang besar Paling hanya satu dua baju - baju koko saja yang "resmi" dipakai saat di rumah selain baju rumah yang kembali itu - itu aja. Celana training, sarung dan kaos.
Pemakaian baju- baju "resmi" saat WFH atau SFH biasanya saat tertentu saja yang mengharuskan pertemuan with video. Kadang dalam webinaran sering juga memilih without video supaya bisa ' sembarang' dalam memakai baju. Atau juga pakai baju atasan tapi bawahannya sembarang karena toh nggak kelihatan.
Saat aku tanya kalau webinar bagaimana, "ya aku without video", jawabnya.
Apalagi rambutnya tambah gondrong aja mungkin.malu kalau dengan menyertakan gambar.
Dari hal-hal ini maka pandemi "mengarahkan" kita untuk tampil apa adanya saja. Tanpa berlebih. Bukan tak menghormati Idul Fitri sebagai hari kemenangan, tapi kayaknya baju baru untuk lebaran kali ini tidak dibeli. Sebenarnya kepikiran juga sih, tapi karena situasi maka aku juga diam- diam aja. Anak- anak juga tidak ada yang menanyakan.
Idul fitri kali ini, tanpa baju baru. Untuk kue- kue sebenarnya juga tidak secara khusus beli, namun alhamdulillah, banyak sekali kiriman dari adik, bumer, kerabat dan saudara. Terima kasih semuanya. Hanya Allah Swt yang akan membalas dengan sebaik- baik balasan. Aamiin.
Pandemi sudah mengajarkan bahwa dalam segala keterbatasan, maka yang seadanya dan secukupnya bisa menjadi sesuatu yang biasa- biasa saja bahkan luar biasa.
Membiasakan diri dengan yang tidak berlebihan kayaknya bagus untuk bisa dipertahankan terus. Bukan hanya saat kekurangan seperti saat ini, tapi saat suasana sudah normal kembali. Tentu tetap dalam kerangka kepantasan dan tidak bernuansa keburukan.
Rika Ismayati, Julie Rumaisha Rostina and 19 others
13 Comments
Like
Comment
Share

No comments: