Saturday, June 13, 2020

Saat Pujian dan Makian Silih Berganti


Hari ini berita wafatnya seorang residen Penyakit Dalam FK unair begitu mengharukan. Seorang calon spesialis Penyakit Dalam gugur dalam menjalankan tugas menjadi salah satu garda depan dalam penanganan covid =19 ini.
Aku teringat beberapa tahun yang lalu dan bisa membayangkan bahwa seorang residen rata- rata tidak boleh berpraktik saat pendidikannya. Bahkan untuk kerja kerasnya - dalam urusan tugasnya mereka tidak mendapat bayaran. Malah membayar SPP untuk proses pendidikannya. Kabarnya ini yang berbeda dengan residen di LN.
Jika beliau yang sudah tinggal menunggu waktu untuk menjadi spesialis tetapi qadarullah dicukupkan usianya karena Covid -19 maka betapa sedihnya orang terdekatnya. Namun sebuah kebanggaan terselip bahwa beliau dikenang sebagai orang yang sangat baik. Semoga diberikan tempat terbaik di sisi Allah swt. Aamiin yra.
Sayangnya, wafatnya tenaga medis di banyak tempat tetap tidak mengendorkan orang - orang yang menuduh dan memfitnah dengan sadis dan kata - kata tak pantas bahwa justru tenaga medis masuk jadi bagian konspirasi virus itu.
Tidakkah terlihat bahwa tenaga medis juga manusia biasa yang justru sangat rawan tertular karena hari- harinya merawat dan berinteraksi dengan yang dalam pengawasan, suspek dan yang sudah positif.
Tentu saja para nakes - yang punya keluarga - itu juga melakukan yang terbaik yaitu mematuhi berbagai protokol covid sebelum berkumpul kembali dengan para anggota kekuarganya.
Namun dalam situasi sekarang posisi menjadi nakes sedang dalam kondisi yang paling tidak menyenangkan. "Dipaksa" keadaan untuk menerima pasien Covid 19 di satu sisi - yang berarti membuat kesehatannya terancam-
Tetapi di sisi lain dicaci maki dan dihujat sana sini.
Aku mengingat saat 22 Maret lalu saat nakes dielu- elukan sebagai "penjaga raga yang lain". Aku menulis saat itu bahwa pujian untuk tenaga medis dan semua yang bekerja di garis depan termasuk perawat, bidan, laboran dan bahkan cleaning service bisa suatu saat berubah. Jadi saat itu aku mengatakan bahwa tetaplah jangan terlena dan menjaga lurusnya niat. Karena ya mengingat hukum alam aja. Bahwa suatu saat ada pujian dan bisa jadi suatu ketika akan ada makian. Demikian sebaliknya.
Sejawat nakes, tetaplah dengan niat lurusmu, tetaplah dengan janji baktimu. Tidak akan tertukar balasan dari Allah swt Yang Maha Teliti. Aku sangat percaya itu.
Bahwa masyarakat berbuat yang terlalu jauh mungkin juga karena mereka tidak paham dengan apa yang kita maksud. Dibutuhkan ahli komunikasi handal yang bisa menerjemahkan bahasa medis ke bahasa awam sehari - hari. Misalnya bagaimana memaknai hasil pemeriksaan rapid serta PCR sebagai golden standard. Bahwa rapid test negatif baik Ig G dan Ig M sementara hasil PCR tidak ada maka hal itu belum menjamin bahwa dia sehat.
Bahwa masyarakat hanya percaya bahwa dengan rapid negatif maka pasti kondisinya sehat. Bisa jadi hal keliru ini sudah terkomunikasikan tetapi tidak dipahami oleh mereka masyarakat. Bahkan banyak yang sudah mengatai - ngatai nakes adalah bagian dari 'permainan' itu.
Bahkan masyarakat meyakini bahwa virus dan korban covid adalah abal- abal saja. Saat ujungnya -pada kasus ojol di Surabaya - bahwa hal itu dibuktikan dengan hasil PCR positif namun sudah terlambat. Beberapa kasus serupa juga terjadi di daerah lain.
Mestinya harus ada upaya merespon isu - isu yang beredar di masyarakat yang semakin berkembang liar.
Mestinya para jubir tidak hanya sekedar menyampaikan pentingnya masker, CTPS, jaga jarak - mengingatkan hal- hal yang relatif sudah dihafal sejak pengumuman kasus dilakukan secara rutin setiap harinya.
Jika hanya hal - hal rutin itu saja yang disampaikan maka akan semakin tidak terkendali isu- isunya dan itu akan berdampak kontraproduktif pada kinerja nakes. Bila itu terjadi maka tetaplah nakes juga yang akan disalahkan. Nakes sudah lelah di garis depan. Nakes seolah berjuang "sendirian". Berbagai kebijakan yang seolah tidak pro mereka dan berbagai tekanan dan ancaman dari masyarakat saat menjalankan tugasnya.
Sebuah situasi yang sangat sulit bagi nakes. Maju kena mundur kena. Hanya bisa berharap semoga situasi segera membaik. Entah kapan. Semoga para Nakes diberikan kesabaran yang berlipat ganda.
Tetaplah sehat, teman...
Negeri ini.membutuhkanmu...
Pujian & makian disenyumin aja, teman
Sebagian besar masyarakat tetap mengharapkan bantuanmu...
Biarlah dicaci di bumi
Tetapi dipuji dan dihargai di langit
Kebaikan yang telah ditanam akan berbuah pada saatnya nanti
Insyaallah..
Doa tulus buat para pejuang yang sudah mendahului kita. Al-fatihah

No comments: