Saturday, June 13, 2020

Bukan Kompetensi Kami

Bukan Kompetensi Kami
Siang ini sulungku mencoba menyalakan motor matic nya yang lama tidak pernah dipakai -sekitar 3 bulanan- ternyata didapatkan kalau motor itu tidak bisa dinyalakan. Berkali-kali dia tekan starter tetap tidak bisa nyala.
Akhirnya lari ke google dan youtube untuk melihat kasus serupa. Di youtube banyak sekali postingan yang nampak serupa. Akhirnya gambling aja membuka satu dua. Salah satu postingan bilang bahwa harus dilakukan starter manual. Akhirnya berbekal ilmu itu nyoba diengkol. Ternyata tetap tidak bisa. Diengkol sambil didorong ternyata tetap nggak bisa.
Terakhir "menyerah". Telpon service terdekat untuk mendapat pertolongan. Motor tidak bisa jalan. Satu - satunya alternatif adalah service panggilan. Ternyata tidak mudah untuk mencari pelayanan service panggilan. Ada yang mengangkat telpon tetapi ternyata tidak melayani panggilan service di rumah . Ada yang tidak mengangkat. Baru panggilan yang kesekian pada nomor telpon lain diangkat dan direapon dengan baik. Saat itu seorang petugas care line bertanya "problem motornya apa ya pak ?"
Setelah diterangkan kronologisnya maka petugas tersebut bilang "baik pak, nanti akan kami hubungi lagi" .
Sekitar jam 2 siang ada telpon masuk. Ternyata dari service mau datang. Alhamdulillah....
Petugas berseragam sebuah merk motor datang membawa peralatan lengkap. Setelah menanyakan problem dan kronologisnya maka petugas mencoba starter dengan menekan tombol otomatis. Ternyata nggak bisa. Tapi tunggu masih ada lampu yang menyala. Petugas menyingkirkan kemungkinan kerusakan pada accu. Aku jadi ingat beberapa kali mobil nggak bisa dinyalakan ternyata biasanya problemnya pada aki. Tapi dalam kasus ini beda.
Petugas memeriksa businya ternyata masih bagus juga. Setelah 2 kemungkinan yang tersering dapat disingkirkan maka petugas bilang bahwa kemungkinan yang juga sering terjadi adalah kabel rusak karena tikus. Petugas tampak sangat PD saat bilang begitu. Akhirnya dibongkarlah bagian yang dianggap mencurigakan.
Dan taraaĆ  ...ternyata kecurigaan petugas terbukti dengan tepat. Ada bagian kabel yang putus sebagian terlihat koyak. Kecurigaan semakin mengarah. Tikus menjadi tersangkanya. Akhirnya dilakukan proses penyambungan. Akhirnya motor nyala kembali.
Dalam hal ini aku hanya mau bilang bahwa kompetensi seorang montir motor yang didapat dari pendidikan dan pengalaman menyebabkan proses perbaikan memakan waktu yang cukup singkat. Mungkin hanya sekitar 10 s.d 15 menit saja. Lebih lama menunggu untuk datang sejak dihubungi pertama kalinya.
Aku melihat pembelajaran bahwa kami yang sudah mencoba belajar kilat -sekitar 30- 40 m2nitan- dari youtube dan menerapkan beberapa rekomendasi ternyata gagal total karena kami tidak punya pengalaman dan skill di bidang itu.
Basis ilmu pengetahuan dan skill yang didapat dari practice serta pengalaman menjadikan siapapun dihargai. Tindakan dari pihak atau katakan person yang memiliki kompetensi komplit seperti itu tentu saja lebih terukur, siatematis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tentu akan sangat berbeda saat ada orang bicara berbasis pengetahuan mumpuni atau tidak. Demikian juga skill atau ketrampilan yang bisa didapat dari pelatihan serta pengalaman.
Ibarat dokter pada manusia maka petugas tadi juga telah melakuan anamnesa - wawancara awal untuk menjadi panduan pemeriksaan selanjutnya - saat bertanya pada si pemilik tentang problem dan kronologisnya.
Petugas juga melakukan pemeriksaan fisik pqda motor saat mencoba menstater motor, membuka kap motor dan lainnya.
Petugas mempunyai perkiraan juga sebelum melakukan tindakan ini berarti si petugas sudah melakukan analisis bahwa bila A tidak ketemu, maka kemungkinan lain adalab B dst.
Akhirnya petugas melakuan terapi dengan mengganti kabel yang rusak itu dan ujungnya motor sukses " sembuh " kembali.
Ya ada pembelajaran bagiku bahwa keputusan berbasis ilmu pengetahuan adalah tetap terbaik dibandingkan blind tanpa pertimbangan ilmiah apapun.
Science - yang berbasis pada sebuah bukti- sangatlah masuk akal jika dijadikan dasar dalam sebuah keputusan. Tanpa basis ini maka keputusan akan ada kecenderungan ke arah "sembarangan". Namun dalam banyak kasus science banyak ditinggalkan karena dengan alasan dan pertimbangan tertentu.
Belajar pada kasus tadi maka dalam hal Covid 19 banyak orang - mohon maaf - tanpa dasar yang cukup tapi mencoba untuk melakuan rangkaian proses panjang anamnesa, diagnosa bahkan menyatakan prognosis ( ramalan) dan melakuan terapi.
Mungkin ini serupa dengan aku dan anakku yang mencoba melakuakn seauatu di luar kompetensi kami. Sebenarnya tidak masalah saat ada orang lain yang belajar ilmu baru dan mencoba kompetensi baru - Sesuatu yang positif saja. Dengan catatan tidak akan membahayakan dan merugikan orang lain.
Saat Corona ini, karena merasa lebih maka ada orang yang berkoar mau "nyucup" mulut penderita Corona dan jika tidak sakit maka semua ahli medis dan Faskes bearti kalah dan sebaliknya.
Ada juga yang menganggap bahwa Covid 19 hanya rekaan media dan tidak berbahaya sama sekali. Seperti flu biasa dan tidak menimbulkan kematian pada orang tanpa penyakit penyerta.
Sebenarnya bila mau maka banyak bacaan yang membantah hal itu. Bahwa ada 14 % pasien meninggal tanpa co- morbid. Bahwa penularan itu nyata dan korbannya sudah cukup banyak.
Namun kembali pada sifat berita bahwa yang heboh- heboh walaupun salah, walaupun jelas hoaxnya tapi tetap banyak dilike dan dishare. Bahakan banyak yang menambah dengan caption hujatan pada petugas medis dan nakes pada umumnya.
Sangat mengkhawatirkan saat keputusan didasarkan pada sesuatu yang tidak jelas basis ilmunya maka akan diikuti dengan tindakan yang ngawur dan absurd. Ujungnya banyak yang menjadi tersesat karena hal- hal itu dilakukan dengan demonstratif dan mencari pengikut.
Dalam masa pandemi ternyata banyak sekali pembelajaran di dalamnya. Pandemi memberi ruang untuk makin meningkatnya kompetensi seseorang dengan banyaknya materi yang bisa diakses dengan bebas. Open source. Namun kembali aku kepikir bahwa ada batasan- batasan yang mesti dipatuhi. Hal manakah yang sifatnya positif dan "produk" pikiran yang hanya bisa untuk konsumsi pribadi dan manakah yang bisa dikonsumsi orang banyak.
Bukan apa- apa, aku hanya mikir jangan sampai membuat masyarakat makin kebingungan dengan kegaduhan yang tidak perlu.
Bila hal ini hanya dilakukan oleh perorangan maka tidak akan terlalu besar efeknya paling hanya gaduh dan heboh aja di level masyarakat akar rumput. Tapi bila ini dilakukan dengan lebih terstruktur, masif dan rapi maka justru disinilah akan lebih fatal efeknya.
Wallahu'alam bishawab

No comments: