Sunday, December 18, 2011

Ketika Seorang Ibu Butuh Teman Curhat

Pada sebuah siang datang seorang ibu muda yang sebelumnya ku kenal karena telah menolong ibu mertua saat membawa belanja yang banyak sekali. sementara jalan ke perumahan masih cukup jauh. Pada saat itulah datang pertolongan seorang ibu muda yang mau mengantar anaknya ke sekolah... yang kemudian berbalik lagi dengan motornya mengantar mertua ke rumah. Alhamdulillah.
Siang itu dia menawarkan batiknya untuk ku beli karena untuk membayar SPP anaknya yang memang saat itu pas dengan penerimaan rapor dll. Aku sebelumnya yang mendengar bahwa dia menawarkan jasa yang lain, cukup terkejut. Aku berusaha menggali apa saja problemnya sehingga dia harus menjual batik tersebut. Maka mengalirkan cerita tentang kondisinya. Ya Allah kuat sekali ibu ini membesarkan 4 anak-anaknya yang sedang butuh keuangan yang sangat banyak karena semua sekolah. Sementara dia membanting tulang sendirian. Bagaimana kondisi hari-hari yang sulit dilalui dengan seorang yang dia harapkan menjadi pemberi nafkah, tetapi justru sedang mengalami masalah.... selalu kembali ke masa lalu. Seakan2 partnernya itu hidup dalam bayang-bayang masa lalu saat kejayaannya. sekarang ada tapi seolah tiada.   Ketahanan seorang ibu hampir runtuh karenanya, setelah bertahun-tahun tidak ada perkembangan yang berarti.... Namun aku yang baru dikenalnya tidak lebih dari 1 kali ketemu saat dia mengantar mertua,  dibuatnya takjub.  Dengan naluri keibuan yang sangat kuat, visi yang jelas beliau masih berusaha untuk bertahan. Namun siang itu dia sudah bilang akan menyerah karena pas desember ini terhitung sudah 8 kali dia melewatinya.
Dan pada saat itu dia sedang mencari seorang sahabatnya yang psikolog yang selalu menyarankan untuk bertahan 1 tahun lagi pada setiap desember. Dan siang itu aku  berusaha jadi pendengar yang baik saat dia tumpahkan semua uneg-unegnya. Tapi dalam situasi demikian ada ketegaran seorang Ibu yang akan selalu menempatkan anak-anaknya menjadi pertimbangan yang utama. Syukurlah.  Aku berusaha menjadi seorang ahli yang berusaha untuk mengurai permasalahan. Aku berikan saran sebisaku... Aku tidak tahu itu ilmiah atau tidak.  karena si psikolog dan dia sudah menetapkan desember ini adalah deadlinenya setelah tertunda dalam sekian tahun. Karena aku berpikir dalam kondisi seperti ini  yang bermain adalah harus dari banyak sisi. Alhamdulillah ada secercah harapan di matanya saat aku memberi saran yang menurutku yang terbaik. mata yang tadinya sudah menumpahkan air mata kembali berbinar, sesaat aku mulai actionnya.  Ada pihak ketiga yang aku yakini bisa mengatasinya.  Mudah-mudahan rencana ini akan lancar dan bisa membangunkan sebuah potensi hebat yang terpendam dalam partnernya itu. Mudah-mudahan akan datang kemudahan setelah kesulitan. Mudah-mudahan akan terbangun pola pikir positif  dan optimis yang sudah sangat lama dianggap menguap dari partnernya... Semoga...

No comments: