Monday, May 21, 2012

Ayo ke Museum Indonesia !

Hari kebangkitan nasional baru saja ita peringati. Banyak hal yang bisa kita petik dari sejarah masa lalu. Walaupun masa lalu adalah tidak akan terulang, tapi masa lalu bisa menjadi cermin untuk masa kini dan yang akan datang. Membicarakan masa lalu maka ingatan kita tertuju pada museum. Yah seringkali kita tidak menganggap museum sebagai sesuatu yang pantas kita kunjungi. sebaagian malah menyatakan bahwa museum adalah sesuatu yang usang, maka akan sia-sia bila kita ke sana. Waduuh! Ternyata dalam sebuah acara kursus yang melibatkan 4 negara maka kunjungan ke museum adalah menjadi sebuah menu wajib. Tapi karena kursusnya di Manila maka tentu saja museum mereka. Bahakan museum yang besarnya satu pulau. Corrigedour. Museum bekas - bekas perang dunia. Pulau yang letaknya sekitar 2 jam dari Manila dapat ditempuh dengan sebuah kapal. Di sana disambut dengan bis tua yang masih sangat bagus kondisinya. Terus kita berkeliling sepanjang pulau tersebut yang pernah jadi markas Jepang dan Amerika. Bangunan barak yang tinggal puing2, bekas senjata, sebuah terowongan yang tempat bersembunyi/bungker, dll yang mereka jual sebagai sebuah destinasi wisata. Padahal jujur saja di Indonesia mungkin kita jarang sekali ke museum. Aku baru mengunjungi beberapa museum saja.Maka, ayolah kita mengenal bangsa sendiri melalui museum. saat kita disuruh berhenti mendengarkan kisah para pahlawan Philippine terutama : Jose Rizal; kapankah aku terakhir belajar sejarah Indonesia? Aku melihat sisi lain dari penataan taman kota di Philippina, sepanjang Manila Bay banyak sekali patung pejuang mereka. Hampir semua patung yang ada, adalah mempunyai kisah heroik maupun kisah yang baik2 sebagai sebuah bangsa, yang di negara kita malah justru seakan makin usang. Maka, Ayo ke museum Indonesia...Supaya kita lebih mengenal diri sendiri !

Contoh Baik

Tas yang sangat besar itu dijinjingnya sendirian tanpa meminta bantuan kepada seorang pun....Saat teman berinisiatif memeberi bantuan pun maka ditolaknya dengan halus. Apa isinya? ternyata : buku, seragam sekolah, pensil bahkan payung. Seorang yang sangat hebat di dunia internasional bahkan, memberikan sebuah contoh yang sangat baik. Memberikan beasiswa bagi masyarakat miskin...untuk dapat menikmati sekolah. Luar biasa !. Di saat banyak orang rela menghambur-hamburkan harta dan uangnya demi sebuah gengsi atau apapun namanya, maka tindakan seperti layak dicontoh. Subhanallah.... Saat ditanya bagaimana dulu memulianya maka mengalirlah cerita itu : "dulu dari orangtaku aku mencontohnya...banyak sekali yang disekolahkan beliau samapai ada yang lulus perguruan tinggi. Sangat menyenangkan bisa memebantu mengangkat hidup mereka... Dulu kami sempat mengumpulkan pensil dari hotel dan terkumpul ribua pensil... atau pernah pula mengumpulkan uang yang akhirnya dibelikan sesuatu yang bermanfaat untuk mereka.... saya dibantu suami... Lagi2 aku malu dengan diriku yang belum berpikir besar seperti itu. walaupun untuk hal2 kecil aku sudah berusaha untuk melakukannya. Mengumpulkan properti yang masih layak aakai: sepatu, baju, penssil, crayon dll. aku ingin suatu ketika aku bisa mmberikan hal yang sama bagi yang tidak mampu. amin.

Friday, May 11, 2012

Sebuah konsekuensi

Banyak hal yang menjadi konsekuensi dalam menjatuhkan sebuah pilihan. Memang manusia sebagai makhluk Allah sudah dikaruniai banyak hal terutama adalah akal budinya untuk menyaring sebuah informasi. Kala seorang memilih menjadi seorang "risk taker" dalam hal tertentu, tentulah hal itu sudah disadari akibat-akibatnya. Memang untuk memilih sesuatu yang hitam dan putih menjadi lebih mudah. Tetapi kala dihadapkan pada sebuah pilihan yang sama-sama sulit, maka dilema akan terjadi. Memilih satu maka yang lain akan mati atau sebaliknya. Jadi, kembali lagi hanya pada sebuah dorongan atau niat saja dimana tidak ada orang yang dapat menilainya. Kecuali hanya yang menciptakan Kita saja yang tahu. Bila karena sesuatu maka timbul ikutannya, maka itulah sebuah konsekuensi. Dalam hal ini bila sebuah pilihan menjadii terbaik di satu sisi maka tinggal pasrah saja, bila pihak lain menganggap itu adalah pilihan terburuk. Ya hanya niatlah yang menjadi dasar semuanya. Ya Allah, semoga niat hamba tulus untuk mencari ilmuMu, yang insyaallah nanti suatu ketika dapat saya abdikan untuk banyak hal...Bismillah...

Thursday, May 10, 2012

Pembantu Rumah Tangga dan Jaminan Kesehatan

Pembantu Rumah Tangga dan Jaminan Kesehatan Diposting oleh : Administrator Oleh : Tri Astuti Sugiyatmi (Peneliti Pusat KP-MAK) Semua penduduk akan masuk dalam skema penjaminan kesehatan atau universal coverage (UC)pada Tahun 2014. Situasi UC yang akan dihadapi masih menyisakan salah satu permasalahan yang cukup mengganjal. Permasalahan tersebut adalah masih belum jelasnya bagaimana mekanisme penjaminan kesehatan pada tenaga kerja informal , sementara bagi Kelompok masyarakat yang lain sudah jelas seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah terjamin dalam PT. Askes, tenaga kerja formal dalam PT Jamsostek, TNI/POLRI dan keluarganya masuk dalam PT. Asabri. Tenaga kerja infomal antara lain pedagang , pedagang kaki lima dan pembantu rumah tangga (PRT). Posisi PRT sebagai salah satu tenaga kerja sektor informal ini menjadi sangat pentingkarena bukan hanya sebagai warga negara dimana jaminan atas pelayanan kesehatan menjadi salah satu hak dasar, namun juga karena kelompok ini cukup besar jumlahnya dan sangat rentan dalam interaksi dengan lingkungan terdekatnya. Hal terakhir inilah yang sempat beberapa kali cukup mengemuka seperti perlakuan buruk dari majikan sehingga menimbulkan permasalahan sosial-kesehatan. PRT seringkali dipilih sebagai sebuah pekerjaan oleh banyak perempuan dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah. Bekal seadanya tersebut akhirnya membawa mereka menjadi seseorang yang bertugas melayani kebutuhan pribadi dan keluarga di sektor domestik si pemberi kerja (majikannya). Terkait dengan hal tersebut maka terlihat bahwa hubungan kerja antara pembantu dengan majikannya adalah hubungan yang saling menguntungkan, namun seringkali tanpa kontrak yang jelas. Akibatnya sudah jelas posisi PRT dalam mendapatkan hak-haknya menjadi sangat lemah, termasuk dalam hal ini adalah jaminan kesehatannya.Berdasarkan data yang ada maka diperkirakan jumlah PRT di seluruh Indonesia sampai 2,6juta, 90 % diantaranyaadalah wanita(studi ILO-IPEC Tahun 2001). Data lain menyebutkan bahwa terdapat 10-16 juta rumah tangga kelas menengah dan menengah ke atas mempekerjakan PRT.Sebagai tambahan data,kepemilikan jaminan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sebagian besar adalah PRT di Malaysia, baru mencapai sekitar 50 % saja, sehingga PRT menjadi sangat rentan dengan permasalahan pelayanan kesehatan yang ada. Posisi Tawar PRT Rendah Posisi tawar PRT dalam mendapatkan hak-haknya menjadi sangat lemah, termasuk dalam hal ini adalah jaminan kesehatannya. Perdebatan seringkali dimulai apakah PRT itu sebuah profesi ataukah bukan, karena hal inilah yang akan mendasari siapakah yang harus membayar premi asuransi sosial seperi ketentuan pada UU SJSN No 40 Tahun 2004. Terdapat anggapan bahwa pembantu rumah tangga bukanlah pekerja formal tetapi informal, sehingga kepemilikannya masih bersifat sukarela. Kebijakan pemerintah yang sudah berjalan seperti penjaminan kesehatan yang terangkum dalam program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat–khusus bagi si Miskin) juga seringkali tidak dapat menyentuh golongan ini karena beberapa alasan. Kepemilikan Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga kerja) sendiri saat ini masih belum ada aturan yang jelas sebgai akibat dari ketidakjelasan status jenis tenaga kerja formal dan informal. Terkait administrasi kependudukan seringkali tidak ada kesesuaian data antara di tempat asal dan tempat bekerja di tempat yang baru. Ada kemungkinan si PRT mempunyai Kartu Tanda Penduduk(KTP)dan Kartu Keluarga (KK) dari daerah asal, namun di tempat kerja yang cukup jauh dari tempat asalnya seringkali tidak memilikikartu identitas tersebut. Berdasarkan hal tersebut makasangat mungkin apabila sebenarnya si PRT mempunyai kartu Jamkesmas atau Jamkesda di daerah asalnya namun seringkalitidak dapat dipakai pada saat sakit di tempat kerja. Khusus di Pemerintah Provinsi DIY sudah mempunyai Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No 31 Tahun 2010 tentang Pekerja Rumah Tangga. Peraturan tersebut tidak mencantumkan secara eksplisit mengenai jaminan kesehatan/asuransi kesehatan/ bantuan sosial kesehatan, sehingga baik Jamkesos di level propinsi dan Jamkesda kabupaten/ kota juga secara tidak secara otomatis menjamin PRT yang sakit. Beberapa penyakit yang diderita oleh masyarakat akan menjadikan mereka jatuh miskin terutama apabila menderita penyakit kronis (lama dan berat) seperti penyakit jantung dan diabetes. Beban masyarakat semakin bertambah berat dengan situasi biaya pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dengan pemakaian teknologi kedokteran sehingga masyarakat tidak mampu membayar biaya pelayanan kesehatan tanpa bantuan sebuah jaminan kesehatan/asuransi kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dibayangkan apalah kekuatan seorang PRT yang memaksanya untuk tetap bekerja dalam memenuhi kebutuhannya sendiri dan seringkali beserta keluarganya untuk dapat menanggung biaya pengobatan jika menderita sakit. Dibaca: 11 kali

Tuesday, May 8, 2012

Human Resouces

Sumber daya manusia atau SDM memang bisa jadi segalanya. Apalagi dalam bidang kesehatan. Dm sangatlah bergam dan juga tenaga kesehatan memang mempunyai ciri khas. Karena yang dijual adalah jasa untuk orang sakit. Sehingga, memang sangat khusus. Di tingkat dunia juga mengalami hal yang sama. Banyak tenaga kesehatan yang mengalami "merasa kekurangan" sehingga banyak yang akhirnya pindah ke luar negeri karena merasa di dalam negeri kurang. Dan itulah antara moral dan "kebutuhan" menjadi sesuatu yang berhadap-hadapan. Bagaimana jalan tengahnya? Terkait dengannan hal tersebut hal ini menjadi masalah besar untuk negara kita yang akan menghadapi UHC. Bagaimana mengelola SDM ini untuk menghasilkan pelayanan yang terbaik. Bagaimana salary dan benefit yang menguntungkan untuk semua.

Saturday, May 5, 2012

Luruskan niat..

Bertemu dengan banyak orang -yang tentu saja membawa perspektif masing-masing- tentang apapun, memang sangat luar biasa. Terbiasa dengan perbedaan tanpa mengurangi kemerdekaan kita sendiri juga menjadi sesuatu yang penting. Di tengah2 sebuah pertemuan dengan banyak teman dari beberapa negara, ternyata hanya saya yang memakai jilbab, walaupun yang muslim sebetulnya juga cukup banyak. Pertanyaan dari teman2 negara Filipina yang kental dengan katoliknya, vietnam yang katanya dulu pernah di sebelah "kiri" ataupun dari cambodia yang sebagian warganya menganut Budhis, membuat aku lebih berhati2. Ya seolah2 semua jawaban tentang Islam selalu merujuk kepadaku... (GR... nich). Mereka heran melihat kita berenam kok selalu bolak-balik hotel-venue setiap waktu2 tertentu. Kita jelaskan dengan baik-baik. Oya satu teman vietnam dia pengin sekali foto denganku berdua. katanya baru sekali aku kenal gadis muslim. wow. apalagi dia bilang aneh saja soalnya di sana katanya 90 % tidak beragama. Kelihatannya bagi dia masih mencari2 yang sreg di hatinya. Lepas dari itu semua, semua membuat kami merasa diperhatikan. So, memang segalanya harus lebih baik, walaupun tidak untuk dibuat2. Yah kembali ke diri kita lagi pada akhirnya. Ada tunttan dari luar untuk saya terutama untuk lebih merepresentasikan yaang lebih baik tentang citra muslim. Ya bisa dengan lebih disiplin (lebih tepat waktu) yang paling mudah untuk dinilai orang. Ya kadang2 tuntutan peran menjadikan kita tidak menjadi diri sendiri. Tapi mudah2 an bukan hanya sekedar niat seperti itu. Mari luruskan niat...

Thursday, May 3, 2012

penyakit kronis dan ajal

Saat saya dengan 6 teman lainnya sedang ikut kursus tentang district health management maka berita itu datang. mantan menkes meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun..... hanya itu yang bisa kami ucapkan. aku ingat yah begitulah bila ajal sudah menjemput. tidak ada yang bisa memajukan atau mengundurkan barang sedetik pun....entah dengan lantaran apa saja. Dalam kasus bu Menkes ini maka sebenarnya penyakit kanker paru-pau yang din derita inilah yang membawa beliau pada sebuah kematian... Dulu waktu ibuku sakit kanker juga aku sering mendengar bahwa orang yang itu dikutuk oleh Tuhan. Waduh apa ya salah ibuku, begitu saat itu aku berpikir. Aku yakin ibuku orang yang sangat baik. Bahkan aku pun sampai sekarang belum bisa menirunya. Setiap akhir Minggu kami akan berkunjung ke rumah saudara. Dan beliau hampir patsi akan membawa oleh-oleh, walaupun kadang hanya sederhana saja. Bila bertemu dengan banyak orang kami, anak-anaknya disuruh bersalaman . Beliau bilang untuk meminta doa restu dariorang tua. Ya itu yang saya lihat. selebihnya hampir tidak pernah ibu konflik dengan orang lain. Bahkan beliau sangat aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan. Posyandu balita sampai lansia. Bahkan rumah kamipun sampai sekarang juga masih dipakai untuk kegiatan posyandu Lansia. Pendek kata, aku tidak melihat bahwa penyakit ibu adalah kutukan karena perbuatan ibu. sekarang aku sadar bahwa memang hal itu tidak ada hubungannya sama sekali. seperti kisah Nurkholis Madjid yang wajahnya menghitam saat meninggal sebagaimana dikiassahkan oleh Dahlan Iskan dalam bukunya Ganti Hati. jadi memang kita tidak perlu bersuudzan terhadap orang2 yang meninggal karena penyakit kanker. Dengan segala penderitaannya maka salah satu "keuntunga' kalau bisa disebut demikian adalah bahwa pasien tahu bahwa hidupnya hanya tinggal sebentar lagi. Sehingga justru akan berpikir untuk berbuat sebaik-baiknya...Aku merasa bahwa banyak tindakan Dahlan Isakn-menteri BUMN sekarang yang kadang diluar periraan orang, juga antara lain karena hal tersebut. Mungkin dulu pernah beliau berpikir sudah di ambang maut, tapi tidak jadi...sehingga akan berpikir bahwa waktu yang ada menjadi sangat sempit dan kepenginnya berbuat baik terus.... subhanallah. Sakit berat pada sebagian orang justru sebuah peluang untuk berbuat maksimal untuk banyak orang. Sungguh luar biasa. Pelajaran yang sangat berharga. Selamat jalan bu Endang... semoga ditempatkan di sisi Allah swt... Amin..