Saturday, June 13, 2015

13 dari 15


 Saat itu Sabtu, 30 mei , beberapa minggu yang lalu tiba-tiba ada telepon masuk. Baru saya ambil dari kantong telepon itu sudah mati…. Jadi akhirnya hanya saya lihat sekilas. Tapi ada nomor yang agak berbeda dibanding biasanya kita menerima miscall. Lebih pendek dari nomor yang biasanya ada… ooh..ternyata juga nomor depan nya bukan +62 kode dari dalam negeri. Tapi +65……….oke. aku tunggu lagi, mungkin salah sambung tadi.
Berbeda dengan biasanya , dengan pertimbangan efisiensi maka aku tdk balik telpon begitu tahu nomor ini kemungkinan dari luar. Juga saat itu kami sedang di jalan tol sehingga pertimbangan itu makin kuat. Ternyata beberapa waktu kemudian telpon ini masuk lagi. Tapi putus lagi. Akhirnya aku sms saja nomor yang masuk : ada yang bisa dibantu?
Tidak berapa lama masuk lagi nomor yang tadi. Saya angkat… assalamualaikum …. Ada jawaban dari seberang. Saya jawab. Saya D ibu yang ketemu ibu pas di Jogja. Ya ..ya saya mencoba memutar otak mengingat siapa D yang dimaksud….
Akhirnya dia bercerita: saya yang pasien ca nasofaring bu ….yang dulu pernah ketemu ibu di RS di Jogja. Saya dari M…menyebut sebuah kota di Jawa Tengah bagian barat …. Aku langsung ingat beberapa tahun yang lalu saat masih di Jogja mungkin sekitar 3-5 tahun yang lalu pernah bertemu dengannya bersama putra kecilnya dan suaminya. Saat itu beliau dirujuk dari RS di Jawa tengah ke Jogja untuk berobat kanker nasofaring yang dideritanya. Karena tempatnya jauh dari asal tempat tinggalnya maka beliau kost di Jogja. Dan beberapa kali pernah bertemu dengan saya dalam keadaan mau di kemoterapi dan radioterapi. Saat itu kondisinya sungguh memprihatinkan. Kurus, dengan suara yang sudah lemah. Tetapi memang saya ingat betul tekad kuatnya beliau bersama keluarganya itulah yang membawanya sampai ke Jogja.
Tetapi setelah sekian tahun terpisah tidak pernah berhubungan saya pun sudah lupa kalau tidak diingatkan kembali dengan telponnya malam ini sepulang perjalanan dari rumah saudara di Jakarta. Saya Tanya darimana posisi telponnya kok nomornya kayaknya bukan dari Indonesia…. Lantas dia menceritakan mulai terapinya dulu di Jogja sampai sembuh di Subhanallah… dia juga menceritakan “ saya adalah 1 diantara 2 yang masih sisa dari 15 orang yang “seangkatan” saat di kemoterapi di RS Sarjito yang masih hidup. Semuanya sudah berpulang…suara di seberang telpon seperti tercekat.
“Hanya saya dan teman di Solo saja yang tersisa. Sebuah ucapan yang membuat saya juga menjadi tidak bisa berbicara apa-apa. Haru. Saat saya Tanya kabar anaknya dan suaminya maka pernyataannya membuat kami yang mendengar menjadi sangat terharu. “ Sekarang saya di Singapura untuk bekerja menjadi asisten rumah tangga untuk membayar hutang-hutangnya saat dulu terapi”.
Dia melanjutkan: “itulah saya berusaha menghubungi ibu dan beberapa yang lain karena diingatkan suami untuk menelpon Ibu saat sudah di Singapura”. Dari kemarin saya sudah mau telpon tapi takut ibu sibuk makanya baru malam ini saya coba-coba lagi. Saya masih menyimpan nomor ibu dan untung tidak ganti ya bu….”. Ya survivor kanker itu begitu memperhatikan tali silaturahim yang sudah dijalin walaupun setelah sekian lama terpisah waktu dan tempat.
Sebenarnya sangat banyak yang ingin saya gali lewat telpon ini tapi kelihatannya tidak bijak karena pasti telpon langsung sangat mahal. Khususnya tentang hubungannya dengan paparan tembakau atau rokok pada kasusnya. Apalagi saat itu baru saja ikut 2nd ICTOH (Indonesia conference on Tobacco or Helath) dan besoknya 31 Mei adalah hari tanpa tembakau sedunia. Ya dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya urung menanyakan pada kesempatan telpon itu.
Saya hanya ingat iklan di TV yang kehilangan suara, akibat kanker juga ( sebagai perokok pasif) yang saya rasa sangat mirip dengan kasus yang saya temui 5 tahun yang lalu di Jogja yang sekarang sedang menelpon saya.
Akhirnya setelah cerita banyak hal khususnya kegiatan di Singapura maka dia pun berpamitan. Sesaat kemudian : Ting…! Hp ku bunyi tanda sms masuk lagi: “Ibu, terimakasih atas waktunya buat saya. Saya sangat bersyukur masih bisa bersilaturahim dengan ibu. Wlo hanya lewat tlp saja.Semoga keluarga ibu selalu sehat. Dan selalu dalam lindungan Allahswt. Amin.”
Sebuah doa tulus dari seorang survivor kanker. Semoga hal yang sama juga untuk mba di Singapur dan keluarga mba di Indonesia… amin ya Robb.
Oya ini saya tulis karena mumpung jelang Ramadhan, maka bagi para perokok marilah momentum Ramadhan ini untuk mulai juga memikirkan juga untuk mulai berhenti merokok. Awali dengan Ramadhan ini…. Karena rokok akan membunuh mimpi-mimpi orang di sekitarmu……
Yap, ayo bagi para perokok kuatkan niat kali ini diawali dengan Ramadhan tanpa Rokok (RTR) dan seterusnya keren tanpa rokok……………….

No comments: