Saturday, July 25, 2015

Heritage


 Bruuuuuuk, suara yang mengirirngi saat bangunan tua roboh di depan mataku di kawasan belakang pasar turi Surabaya saat aku jalan pagi. Mungkin karena saking tuanya bangunan –terlihat dari kayunya yang sudah tampak lapuk dan seng yang menghitam- maka tidak ada kegaduhan yang berarti sebagai pertanda mungkin orang sudah maklum. Hanya beberapa orang-orang yang langsung sigap menolong beberapa orang yang ada di bawahnya untuk keluar darinya. Ya kejadian itu cepat berlalu begitu saja di bagian pasar yang belakang yang menjual barang loak dan bekas itu.
Insiden tadi merupakan salah satu rangkaian peristiwa ketika sedang berjalan pagi di sekitaran Jembatan merah di pagi hari buta. Sepanjang jalan ini dan di sekitarnya memang membuat mata dimanjakan dan terpaku pada bangunan yang terlihat bangunan kokoh yang sudah berumur. Heritage. Banyak yang sudah dialihfungsikan menjadi bangunan yang bermanfaat tanpa mengubah bangunan luarnya. Ada yang jadi hotel, bank, museum, gedung perkantoran dll.
Beberapa waktu yang lalu, saya pernah diajak menginap di sebuah hotel yang dulu pernah menjadi bagian sejarah. Ya insiden perobekan bendera belanda ada di atas hotel ini. Sebuah hotel dengan bangunan yang tertata dan terjaga. Dan menjadi salah satu hotel yang terkemuka di Surabaya dengan rate yang cukup tinggi- tentu saja ukurannya bagi kantung pribadiku-
Saya sangat salut dengan usaha yang terkait untuk tetap mempertahankan ini semua. Karena dengan masuk ke sana kita akan dibawa ke jaman baheula – bangunan sisa penjajahan dan sepenggal sejarah. Tanpa itu maka sejarah hanya akan dimaknai sebagai dongeng. Maka menurut hemat saya ‘bukti fisik’ diperlukan sebagai bukti nyata.
PR nya adalah mengubah sesuatu menjadi baru dan dicari dari peninggalan lama termasuk pekerjaan yang sangat sulit. Dibutuhkan orang kreatif yang tentu saja mempunyai pola pikir yangmenghargai perjalanan bangsanya. Menurut saya mungkin para investor masih pikir-pikir mau dijadikan apa yang menghasilkan tetapi dengan tidak mengubah desain klasiknya terutama yang di luar. Itulah yang kukira-kira sebagai jawaban mengapa sebagian masih mangkrak.
Saya merasa sebagian pemodal justru mempunyai pemikiran kenapa nggak dirobohkan diganti menjadi yang baru saja. Karena dari sisi lokasi itu adalah lokasi yang premium. Pasti akan laku bila dijadikan tempat usaha baru yang akan mendtangkan penghaslan yang cukup tinggi dari sector pajaknya ke daerah dst, dst… Ya bagi para pemodal maka kemungkinan itulah yang diangankan. Bahkan seringkali bukan hanya bisnis “baik-baik” yang dicarinya. Seringkali yang abu-abu bahkan hitampun dilakoninya. Fenomena yang jamak, saat uang menjadi segalanya. Dan saya yakin, saat ini ‘mereka’ sedang mengincar dan menunggu lengahnya para pengambil kebijakan di kota yang terbesar ke 2 di republic ini. Saya berharap semoga pemkot Surabaya atau pihak terkait tetap mempertahankan hal ini sebagai warisan budaya bangsa.
Di saat bangsa ini hampir kehilangan jatidiri dan panutannya maka sejarahlah yang dapat menjadi “pembimbingnya”. Bagaimana Belanda sang penjajah bangsa kita ratusan tahun, maka kita sebagai bangsa dan individu semestinya menjauhi penjajahan terhadap bangsa lain, sesamanya dan dirinya sendiri.
Bagaima perihnya kita dijajah oleh banyak bangsa maka kita tidak perlu mengulangnya dengan mendukung penjajahan seperti Israel kepada Palestine.
Di sisi lain penjajahan terhadap diri sendiri bila kita sendiri terbelenggu oleh ‘sesuatu’ yang kita ciptakan sendiri, yang mengakibatkan tidak merasa merdeka saat berbuat sesuatu. Ada belenggu yang mengikat kuat hati.
Museum pun bisa berbicara banyak tentang banyak hal. Kekejaman sebuah partai masa lalu , tidaklah perlu diulangi dengan membuka kran kebijakan ke arah sana seperti akhir-akhir ini yang terjadi. Di saat yang sama persoalan yang tidak terlalu prinsip seperti ‘speaker’ pun menjadi kambing hitam, yang membuat wacana agama Islam menjadi sesuatu yang dikesankan menakutkan bagi yang lain. Astaghfirullah…
Sejarah (history)/herstory -bagi para feminis menjadi pemandu jalan bagi bangsa ini maupun bangsa lain di dunia. Bahkan Al-Quran pun memuat sejarah umat-umat dahulu supaya bisa menjadi sebuah pelajaran bagi umat sesudahnya. Mungkin juga kitab=kitab yang sebelumnya.
Sejarah memang ditulis oleh pihak yang menang. Tentu saja berbeda dengan kitab suci. Tapi saya yakin juga bahwa banyak sejarahwan yang jujur dan berintegritas. Sehingga bila sejarah yang benar sebagai pembimbing dan pemandu sudah dicampakkan maka kegelapan yang akan datang.
Bangunan tua yang sudah lapuk terkena usia, tidak bisa dipertahankan memang saatnya direvitalisasi – seperti bangunan kayu di pasar loak tadi. Bila dipertahankan maka akan membahayakan sekitarnya. Sedangkan bangunan tua yang mengandung nilai tinggi sejarah dan warisan budaya, yang masih kokoh, membutuhkan manusia yang arif dan kreatif untuk memaknainya. Dan dari situlah kearifan local bahkan bangsa akan terbangun.
Jangan sampai kita mengulang penjajahan yang sama maupun mendukung bangsa penjajah dalam bentuk yang baru………
Wallahualam…..

No comments: