Friday, July 29, 2016

Ayo Anak Muda, Tolak Jadi Target Industri Rokok!

Catatan di hari anak …

Saat itu saya sedang antri di sebuah toko swalayan untuk membayar beberapa belanjaan saya. Antrian di belakang saya ada beberapa orang. Belakang saya persis kelihatan agak marah mempertanyakan kenapa antriannya panjang. Pasti kurang kasir dll. Sekilas saya dengar begitu gerutuannya. Saya tidak terlalu memperhatikan lagi karena ternyata dari arah depan yang berlawanan arah ke kasir -jelas datang lebih lambat - ternyata dilayani duluan. Bila arah kami -4-5 orang- mengarah ke pintu keluar –pintu normal ; maka ibu dan seorang anak kecil menghadap ke dalam, artinya memang bukan di jalur antrian yang benar. Seorang ibu dengan permintaan dua bungkus rokoknya. Langsung dilayani oleh pelayan dengan tangan yang langsung mengambil 2 bungkus rokok di atas kepalanya. Selesai si ibu ternyata si anak kecil juga beli rokok dengan mengulurkan uang 50 ribuan. Kurang satu lagi, katanya. Lalu si kasir juga mendahulukan pelayanan itu sementara yang 5 orang lain menunggu transaksi itu. Sekilas itulah gambaran pemasaran rokok yang menempati prime place. Di depan atau di atas kasir persis, sehingga dengan gerakan sedikit maka si Kasir langsung bisa melayani.
Begitu juga suatu ketika penulis terheran-heran karena di seberang jalan depan sebuah toko kelontong ada sebuah kesibukan yang penulis tidak pernah melihat sebelumnya. Beberapa orang dengan sigap membuka mobil box di sisi samping mobil yang diparkir sejajar jalan itu. JIka selama ini saya tahunya mobil box itu bukaan belakang, itulah kenapa saya jadi tertarik memperhatikan apakah kiranya yang terjadi. Ternyata beberapa orang yang lain kemudian memasang umbul-umbul dan spanduk di sisi samping mobil. Tidak butuh waktu lama maka spanduk tentang iklan rokok sudah terpasang!. Ternyata setelah diperhatikan baik-baik maka sisi mobil samping yang terbuka rupanya menjadi semacam panggung. Rupanya mobil tadi adalah panggung berjalan yang sudah didesain sedemikian rupa menjadi sebuah panggung hiburan yang selalu siap dalam waktu cepat.
Dengan space yang tersedia pas dengan lebar panggung alias lebar mobil maka bagian depan panggung hanya sedikit sekali sisanya karena satu meter di depannya adalah jalan raya yang cukup padat dengan kendaraan. Saat lewat jalan ini kembali pada malam harinya rasa penasaran ini sedikit terjawab. Sempitnya tempat dan lalu lalang motor dan mobil tidak menghalangi acara sore dan malam yang tetap meriah dengan diiringi dengan musik live yang cukup menarik. Penonton memadati seberang jalan karena jalan itu adalah jalan yang tetap dibuka pada saat acara hiburan dimulai. Penonton juga tetap enjoy saja apalagi saat itu para SPG (Sales Promotion Girl) berkeliling membawa contoh produk rokok yang ditawarkan secara murah atau bahkan gratis (?).
Begitulah upaya-upaya pabrik rokok menggaet targetnya. Banyaknya iklan outdoor di hampir sepanjang jalan di sebuah tempat/wilayah menunjukkan betapa sangat besar dan masif upaya menjangkau para perokok dan calon perokok ini. Belum lagi memang tampilan iklan yang sangat menarik, yang mengesankan para perokok adalah laki-laki tangguh, pemberani, suka tantangan serta disukai para wanita di sekitarnya menjadikan “tantangan” bagi siapapun yang melihatnya.
Apa yang salah ?
Untuk sebuah peluang usaha dan bisnis memang tidak ada yang salah dengan hal ini. Bagaimana produsen memasarkan produknya untuk menggaet konsumen loyalnya. Hal yang sangat biasa tetapi khusus untuk pemasaran rokok ini menjadi bermasalah, karena memang rokok dengan menjadi satu-satunya barang tidak normal yang legal. Rokok menjadi barang tidak normal karena mengandung zat adiktif (nikotin) disamping ribuan zat lain yang bersifat racun di dalamnya. Namun pada kenyataannya rokok memang barang yang tidak dilarang sehingga peredarannya bisa bebas.
Permasalahannya memang cukup rumit karena seringkali hal ini dikaitkan dengan kepentingan negara dalam hubungannya dengan pemasukkan negara dari sector ini. Sebenarnya dalam hal ini memang ada inkonsistensi pemerintah sendiri dalam pengendalian tembakau. Mulai dari lahirnya peta jalan produksi rokok oleh kementrian perindustrian sampai dengan tahun 2019 yang akan memproduksi rokok berkali-kali lipat dari jumlah pertambahan penduduk negara kita sampai dengan belum ditandatanganinya serta diratiifkasi FCTC ( framework convention of tobacco control).
Siapa Sasaran Industri Rokok ?
Bila melihat bahwa efek dari rokok baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif sudah jelas-jelas menyebabkan kesakitan dan kematian, maka sebenarnya industri rokok akan menargetkan munculnya konsumen baru akibat ‘habisnya’ konsumen lama. Konsumen baru jelas adalah para perokok pemula yang biasanya adalah anak-anak, remaja maupun pemuda untuk mengganti para perokok yang sudah menjadi sakit-sakitan yang akhirnya berhenti merokok karenanya maupun yang sudah meninggal karena penyakit akibat rokok.
Jika jumlah remaja Indonesia mencapai sekitar 65 juta atau 30 persen dari jumlah penduduk Indonesia, bahkan data sensus penduduk tahun 2010 jumlah bayi s.d 19 tahun berjumlah 89 juta maka menjadi pasar paling potensial bagi para industri rokok untuk menjeratnya.
Apalagi remaja memang masih berproses mencari jati diri dan selalu penasaran untuk hal-hal baru. Maka munculnya iklan dan promosi rokok yang sangat menggoda menyebabkan remaja berkeinginan untuk mencoba. Tidak heran bila negara kita juga kondang di dunia internasional dengan perokok balitanya serta jumlah perokok pemulanya yang paling tinggi di dunia. Rokok menjadi “pintu masuk” untuk berlanjut kepada kenakalan remaja lain yang lebih berat. Karena memang rokok menjadi salah satu yang mengandung zat adiktif yang dianggap paling ringan efeknya, yang seringkali menjadi tantangan pertama sebelum kecanduan bahan adiktitif lain yang efeknya langsung kelihatan dalam waktu yang lebih cepat seperti alcohol dan narkoba. Diawali dengan kebiasaan merokok, akhirnya para remaja yang belum matang pola pikirnya itu juga seringkali jatuh dalam kebiasaan minum alkohol serta penyalahgunaan narkoba.
Bisa jadi mereka bukan perokok aktif tetapi perokok pasif ( the secondhand smoker maupun The 3rd smoker ) yang hanya mendapat asapnya saja maupun residu di baju dari para perokok aktif di sekitar mereka. Korban –korban asap rokok terus berjatuhan, makin muda dan makin banyak.
Penasaran dengan si anak yang mungkin masih umur 7 tahunan beli rokok 2 bungkus diatas maka saya sempat Tanya “….buat siapa dik? “ tapi dijawab adik kecil polos itu dengan senyum saja. Aku yakinsi anak tadi mesti suruhan orang dewasa di sekitarnya. Mungkin orang dewasa di sekitarnya tidak pernah berpikir bahwa itu adalah pembiasaan anak dengan rokok. Duuh si kecil sudah diajari secara langsung dan tidak langsung; diberikan pemikiran bahwa merokok adalah sesuatu yang fine-fine saja, Normal. Belum lagi nanti di rumah akan diasapin sama bapaknya/om nya/kakaknya/ kakeknya. Kasihan…kasihan..
Bila Bung Karno sebagai salah satu pendiri bangsa ini mengatakan “ berikan padaku 10 pemuda maka akan aku ubah dunia” maka itu berarti anak muda yang kreatif, penuh semangat untuk melakukan berbagai perubahan. Betapa perjalanan bangsa ini dipenuhi dengan heroism anak muda yang berani mengadakan perubahan di lingkungannya itu sudah menjadi catatan sejarah yang tidak terbantahkan. Di masa sekarang tentu saja peluang untuk menjadi “hero”sangat terbuka. Tentu saja syaratnya bahwa pemuda itu haruslah sehat dan tidak sakit-sakitan untuk tetap bisa bersaing secara kualitas dengan SDM muda bangsa lain. Bila negara kita sangat lemah dalam pengendalian tembakau seperti sekarang ini , maka ancaman terbesarnya adalah anak muda kita akan loyo, tidak bersemangat, cenderung sakit-sakitan bahkan mati muda. Maka satu-satunya jalan supaya kita tetap bisa bersaing di berbagai level maka ayo bagi anak muda semua, untuk berani berkata “tidak” untuk menjadi target industri rokok dan pada gilirannya alkohol dan narkoba.
(Oleh : Tri Astuti Sugiyatmi 

No comments: