Saturday, July 30, 2016

Pasca Ramadhan, Pertahankan untuk Tidak merokok !


Ramadhan sudah usai dan hari Raya Idul Fitri menjadi puncak pencapaian seorang muslim setelah menjalankan puasa. Pada hari kemenangan itu seorang muslim akan membatalkan puasa yang sudah dijalankannya selama 1 bulan penuh. Sejak itu sampai Ramadhan tahun depan maka kehidupan akan berjalan "normal" kembali.
Bagi sebagian orang yang selama ini menganggap bahwa puasa Ramadhan "mengekang" dari makan minum pada siang hari maka setelah lebaran, larangan tersebut otomatis sudah tidak ada lagi. Begitu juga untuk para perokok maka momentum Idul Ftri justru menjadi tantangan terberatnya dalam penentuan 11 bulan se benda sudahnya. Apakah akan tetap memepertahankan konsumsi rokoknya yang sudah berkurang pada saat Ramadhan dan lambat laun akan menghentikannya atau justru sebaliknya akan kembali ke pola semula seperti sebelum Ramadhan tahun ini.
Beberapa dari mereka berpandangan bahwa untuk berhenti merokok bisa saja sewaktu-waktu dan membutuhkan momentum seperti Ramadhan. Bila pada suatu saat nanti muncul keinginann berhenti merokok maka akan dengan mudah mengehentikan untuk menghisap barang yang rata-rata ukurannya 9 cm itu. Yang berpandangan seperti ini merasa sah-sah saja bila pasca Ramadhan akan kembali pada pola merokok seperti saat sebelum Ramadhan. Bahkan bisa jadi berpikiran bahwa inilah saatnya balas dendam akibat berkurangnya merokok pada siang hari bulan Ramadhan.
Ramadhan sebagai Latihan Berhenti Merokok
Dalam sebuah survey kecil yang penulis lakukan pada 8 responden perokok aktif di lingkungan terbatas sebuah instansi -yang dilakukan saat Ramadhan lalu-ditemukan fakta bahwa ada antara menjalankan bulan Ramadhan dengan turunnya konsumsi rokok.
Hal ini sangat masuk akal karenakesempatan merokok yang ada menjadi sangat terbatas yaitu hanya pada saat malam hari saja. Praktis hanya tersisa waktu yang sangat sempit untuk bisa menikmati asap rokoknya yaitu pada saat buka puasa sampai waktu sahur saja. Tentu saja minus waktu waktu beribadah shalat tarawih serta tidur. Pada beberapa orang membatasi hanya setelah buka dan saat sahur saja. Sehingga tidak heran bila konsumsi rokok menjadi menurun drastis. Bisa menjadi setengah, 1/3 atau bahkan 1/4 saja dari hari biasanya. Tentu saja ini juga bermakna penghematan yang sungguh luar biasa.
Ramadhan sudah berhasil menanamkan minimal 1 cara untuk berhenti merokok, yaitu mengurangi jumlah rokok yang dihisapnya setiap harinya seperti pada seluruh responden survey tersebut. Bagi orang yang mempunyai niat leih kuat untuk berhenti merokok maka Ramadhan memperkayanya dengan cara kedua untuk berhenti merokok yaitu menunda waktu merokok perama kali dalam setiap harinya. Minimal mengundur jam atau bahkan menit merokok pertama kalinya.
Bagi yang belum terlalu jauh kecanduan utamanya pada anak muda dan remaja, Ramadhan sebenarnya menjadi saranan latihan nyata sebagai usaha untuk berhenti merokok. Ramadhan mengajarkan bertahap dengan pembiasaan yang baik. Bulan Ramadhan telah berhasil membentuk kebiasaan baik yang musti dipertahankan. kalau saja keinginann menurunkan konsiumsi rokoknya dikerjakan secara konsisten maka dapat diyakini dalam waktu yang tidak terlalu lama akan bisa menghentikan kebiasaan buruknyaitu. Tentu saja dengan catatan bahwa niat baiknya juga selalu terjaga seperti saat Ramadhan. Memang tantangan terberatnya dalam mempertahankan kebiasaan baiknya adalah godaan dari lingkungan sekitarnya
Lingkungan Harus Kondusif
Dari para perokok yang disurvey menyatakan bahwa hampir semua menyatakan tantangan terberat adalah lingkungan yang tidak steril dari perokok yang akan menariknya kembali menjadi perokok kambuhan ataupun perokok berat kembali. 87,5% menyatakan bahwa bergaul dengan perokok lain menjadi godaan berat yang seringkali sulit untuk ditolak. Saat sedang rehat dari pekerjaan juga menjadi salah satu godaan lain karena rehat lebih identik kongkow dengan perokok lain.
Iklan rokok yang dengan mudah ditemui di hampir semua tempat juga menjadi salah satu kondisi lingkungan yang tidak kondusif untuk berhenti merokok. Pemberian rokok murah atau rokok gratis pada saat event promosi seperti live music atau acara olahraga/ seni yang digagas oleh industri rokok ataupun disponsori oleh industri rokok - sebagai cara industri rokok untuk mempertahankan konsumennya- juga menjadi faktor pengganggu lain.
Banyaknya iklan outdoor di hampir sepanjang jalan di sebuah wilayah menunjukkan betapa sangat besarnya dan masifnya upaya untuk menjangkau para perokok dan calon perokok ini. Belum lagi memang tampilan iklan yang menarik yang mengesankan para perokok sebagai laki-laki tangguh,pemberani suka pada tantangan, baik hati dan disukai para wanita di sekitarnya menjadi magnet terbesar bagi para anak muda dan remaja untuk mencobanya maupun untuk tetap setia dengan rokok di tangan dan bibirnya.
Satu Metode lain
Bila 2 metode di atas yang dilatih dengan momentum Ramadhan tidak menunjukkan hasilnya, maka para perokok berat bisa mencoba metode yang ke-3. Metode berhenti merokok yang serta merta, tanpa persiapan ataupun tanpa ancang-ancang. Metode cold turkey memang sangatlah bagus tetapi juga cukup berat. Menurut hemat penulis sangatlah jarang orang yang tiba -tiba punya niat untuk berhenti merokok tanpa sebuah alasan yang jelas. Karena zat nikotin dalam sebatang rokok menjadikan perokok selalu ketagihan untuk terus menerus mengkonsumsinya. Pada saat rokok mulai dibakar dan diisap maka nikotin akan dilepaskan dan akan mencapai otak dalam hitungan detik. Dalam ilmu kedokteran dikenal Sebuah nicotinic cholinergic receptors (nAChRs) akan aktif dan melepaskan dopamin yang dikenal sebagai penstimulasi rasa rasa senang dan nikmat. Maka menjadi sangatlah wajar bila berhenti dengan tiba-tiba dengan niat yang biasa- biasa seringkali akan menjadikannya kembali menjadi perokok saat bergaul dengan perokok lain, saat merasa sendiri, saat merasa ada waktu senggang tanpa pekerjaan dan berbagai alasan lain.
Pada orang muda dan sehat metode ini kemungkinann akan menjadi pilihan terakhir setelah memlalui " pertarungan" pemikiran dan nurani dengan dirinya sendiri. Kegiatan menimbang-nimbang secara logika dan ilmiah untung ruginya merokok ini yang menjadi asupan bagi kecenderungan hati yang akan dipilihnya. Sampai pada sebuah kesimpulan bila sudah ada yang memenangkan pertarungan dengan dirinya sendiri itu. Langkah selanjutnya memilih tanggal atau momentum untuk berhentinya. Apakah memilih tanggal 17 Agustus 2016 supaya mudah diingat sebagai peringatan kemerdekaan negara kita juga sebagai penanda sebagai peringatan kemerdekaan dirinya terhadap asap rokok. Atau misalnya berhenti pada saat hari ulang tahun dengan pertimbangan supaya tetap akan teringat sepanjang waktu juga cukup baik. Walaupun pada prinsipnya makin cepat memutuskan berhenti adalah lebih baik.
Bagi orang yang sudah mengidap penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok seperti penyakit pernapasan, penyakit jantung, kencing manis, kanker, gagal, darah tinggi biasanya mau tidak mau dan suka maupun tidak suka maka akan menjadikan metode ini menjadikan satu-satunya pilihan untuk melanjutkan hidup dengan berkualitas. Bila penyakit sudah menghampiri maka sebenarnya berhenti merokok menjadi sangat terlambat. Sudah banyak biaya dan waktu yang terlanjur keluar dan terbuang. Tapi untuk sisa hidupnya maka pilihan berhenti merokok itu menjadi sebuah keharusan yang harus diambil. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, walaupun di sisi lain ini juga menjadi pilihan sulit bagi seorang perokok berat.
Berhenti merokok secepatnya juga menjadi pilihan rasional untuk orang terdekat yaitu pasangan dan anak-anaknya dari bahaya menjadi passive smoker. Pertimbangan ekonomi juga bisa memperkuat alasan untuk berhenti merokok yang secara jelas akan menghabiskan pendapatan yang kita terima. Uang untuk beli rokok lebih baik dialihkan untuk beli obat-obatan (bila tidak ikut skema jaminann kesehatan/asuransi kesehatan) atau makanan yang bergizi ataupun hal -hal lain yang bermanfaat.
Bagi remaja yang mau coba-coba maka setidaknya harus ingat bahwa rokok menjadi salah pintu masuk untk berlanjut pada ketergantungan zat adiktif lain yang lebih berat sampai pada kenakalan remaja lainnya sebagai konsekuensi sebuah kecanduan. Rokok dikenal sebagai zat adiktif yang teringan sebelum masuk ke alkohol dna narkoba. Tapi perkara menghentikannya bukanlah mudah. Yang terjadi adalah diawali dengan kebiasaan merokok maka alih-alih berhenti malah justru meningkat kepada kebiasaan yang lebih parah. Pada remaja / orang dewasa yang belum atau tidak matang pola pikirnya maka inilah para calon-calon pecandu dalam arti sebenarnya.
Jadi walaupun Ramadhan sudah usai namun bila merasa masih belum cukup untuk membiasakan untuk tidak merokok maka masih ada beberapa momentum puasa lain seperiti puasa Syawal, puasa sunnah lainnya untuk melatih muslim mengurangi konsumsi rokoknya. Pertahankan semangat Ramadhan dalam mengurangi rokok sampai benar-benar berhenti dan tidak menginginkannya lagi.
(Tri Astuti Sugiyatmi)
LikeShow more reactions
Comment
Comments
Tri Astuti Sugiyatmi

No comments: