Tanya jawab antara saksi ahli dengan jaksa penuntut umum,
penasihat hukum dan hakim dalam sebuah persidangan yang disiarkan secara
langsung oleh sebuah stasiun televisi membuat keingintahuanku tentang berbagai
istilah teknis maupn hukum menjadi makin besar. Apalagi dalam peristiwa sebuah
persidangan yang sejak awal kasusnya memang menarik banyak orang termasuk saya.
Ya tidak terasa dalam 1 hari persidangan kita bisa mengikuti baik yang serius maupun
sambil mengerjakan sesuatu selama minimal 1-2 jam. Sementara apa yang ada di
balik persidangan yang tidak kelihatan di layar kaca dalam kasus tersebut masih
juga dicari-cari dari berbagai berita on line, Koran serta media sosial lain. Belum lagi saat tidak di depan layar kaca/ ponsel pintar atau
laptop/computer pun seringkali masih membicarakan masalah yang cukup
menarik. Bahkan walaupun sama2 melihat
peristiwa yang sama, seringkali kita masih menceritakan hal tersebut dengan
teman dengan persepsi yang bisa jadi berbeda tergantung sudut pandang kita
terhadap peristiwa itu. Jadi bisa
dibayangkan berapa banyak waktu kita yang
dihabiskan untuk mencermati
peristiwa / berita itu. Kekuatan
peristiwa ini adalah rumitnya kasus yang menyebabkan banyaknya
informasi baru dunia kedokteran,hukum, IT, psikologi, perilaku dsb. Apalagi
beberapa ahli punya angle yang berbeda
untuk 1 jenis PERISTIWA yang sama. Itulah juga yang menyebabkan
hampir semua media menjadikannya kepala berita selama berhari-hari, berminggu
minggu bahkan berbulan-bulan. Tentu saja semua dengan sudut pandang
masing-masing . Khusus bagi citizen journalism maka setiap berita sudah ada
opini atau tanggapan dari si ‘wartawan’.
Itu baru 1 berita. Sementara dalam hari yang sama ternyata
muncul berita yang lain yang tidak kalah menariknya. Pertarungan antara ayah
dan Bapak tentang status yang
sebenarnya diantara keduanya, peristiwa operasi tangkap tangan
korupsi, berita cuaca buruk di banyak
tempat, kecelakaaan transportasi, berita perpecahan partai-partai, berita
pelambatan ekonomi Negara kita, persaingan para calon kepala daerah, berita
tentang skandal para pejabat, kasus-kasus yang melibatkan penggandaan uang oleh
DKTP, ‘blunder cagub DKI dll. Rumah
tangga para artis secara silih berganti
menghiasi media kita. Itu baru di level nasional. Belum lagi banyak berita di
regional dan internasional yang juga menarik perhatian . Isu-isu
local juga kerapkali banyak yang
menarik karena factor kedekatan dengan
kita sebagai penikmat berita. Bahkan bisa jadi kita sendiri menjadi
sumber berita di kalangan sendii.
Akhirnya waktu kita
pun habis untuk “menanggapi” berita di luaran. Belum lagi dengan sosial media (FB,
twitter, line, WA dll) serta munculnya berbagai group mulai teman sekolah /kuliah
dulu, teman kerja, berbagai kelompok group di tempat kerja, komunitas serta yang lain. Saya mau mengatakan bahwa
betapa manusia modern itu seringkali “
repot” dengan berbagai berita dan
mengharuskan dirinya sendiri untuk
selalu update apapun berita yang ada.
Kita menjadi terbiasa dengan munculnya jutaan informasi yang
berseliweran di depan mata. Belum lagi berita dari manca Negara pun dapat
terupdate dalam real time dalam berbagai siaran live.
Saat berita sudah
tersedia di depan mata dan hanya tergantung pada besar kecilnya kuota, maka
kepala berita yang berganti-ganti setiap,
setiap jam atau bahkan setiap
menit dan detik menjadikan kita makhluk
“haus berita”. Berita atau gossip yang
tersedia bisa mengalahkan apa saja. Prioritas, quality time dengan orang-orang
tercinta, me time bahkan urusan2 domestik lain. Ya saat mencermati berita baik penting maupun
nggak penting kadang menjadi lebih utama dari segalanya. Astaghfirullah…….
Pemaknaan
Menghindar dari sesuatu yang sedang update kayaknya memang
tidak mungkin dalam era digital seperti ini.
Namun memilih-milih konten berita
/ informasi menurutku harus lah…. Karena tidak semua berita penting dan
dibutuhkan oleh kita. Kalo ada gradasi bahwa sesuatu itu harus tahu
(must know); should know (semestinya
tahu) and nice to know (baik untuk tahu) maka untuk yang sebaliknya bisa jadi
berguna saat era seperti sekarang ini.
Ini menjadi saringan awal saja apakah memang berita dan informasi itu harus
kita ketahui, semestinya kita tahu atauakah hanya di level baik saja kita tahu.
Menurutku sih ada banyak informasi dan berita yang
bisa jadi lebih baik untuk
tidak usah kita ketahui. Ya sesuatu yang sudah negative sejak awal. Tapi sebenarnya terkadang kita baru tahu bahwa sesuatu tidak berguna untuk
kita justru setelah kita mempelajarinya.
Artinya butuh waktu juga untuk membaca dan mempelajarinya.
Sehingga
skrining berita dan informasi
dengan cara tadi bisa jadi masih lolos.
Masih banyak konten yang tidak
terlalu penting tapi masih kita buka lamannya
atau link nya hanya sekedar
pengin tahu.
Satu hal bila sudah begini maka pemaknaan sebuah informasi/
peristiwa/ berita menjadi satu hal yang
wajib hukumnya. Apapun yang
terlihat, terdengar serta terbaca harus punya makna dalam pribadi kita.
Minimal kita harus mendapatkan
apakah ada sesuatu yang baru yang akan menginspirasi kita (something new);
sebuah pembelajaran yang baik dari
sebuah kegiatan (lesson learn); sebuah
prinsip hidup yang layak diteladani; sebuah ilmu
dan pengetahuna baru, sebuah ‘cermin’ bagi kita atau apapun bentuknya tetapi yang jelas membuat kita makin wise , makin dewasa dalam
proses berpikir dan bertindak.
Penyikapan Terbaik
Saat sebuah berita/ informasi masih menjadi kontroversi yang menjadikan pro di satu sisi dan kontra
di sisi yang lain, maka mempelajarinya saampai detail adalah satu-satunnya pilihan.
Supaya kita dapat mendapat
informasi yang utuh yang akan membantu kita dalam menentuka serta memberikan penyikapan yang
terbaik. Memang seringkali angle dari si pembuat berita /informasi juga akan berpengaruh. Itulah bahwa kita harus
melihatnya dari semua sisi baik atas,
bawah, kanan, kiri , depan dan belakang.
Atau bisa juga kita berusaha untuk netral pada prosesnya
tetapi tentu saja pada akhirnya sesuatu
yang pro kontra juga harus kita
sikapi dengan penyikapan terbaik yang
kita pilih atau semacam
keberpihakan. Walaupun kadang-kadang
bahwa keberpihakan kepada sebuah kebenaran yang hanya di dalam hati tanpa
menyuarakannya memang menjadi selemah-lemahnya iman.
Ya hidup harus berpihak ! Karena kita punya nilai serta
karakter serta apa-apa yang
selama ini sudah terinternalisasi di
dalam pribadi kita yang akan muncul pada saat ada hal-hal yang membuat kita
harus menentukan keputusan yang akan diambil.
Menurutku di sinilah semua akan bermuara. Knowledge dan attitude akan berpadu dan akan menghasilkan pola tindak
di ruang nyata. Dalam hal ini
maka perilaku sabar dan ikhlas atas perilaku
pihak lain yang jelas-jelas merugikannya
pun akan mendapat pemaknaan dan
penyikapan terbaiknya yang pada gilirannya akan membuahkan hasil pada saatnya nanti. Menyikapi kejadian terupdate yaitu pada kasus salah satu calon pemimpin
tertinggi di sebuah provinsi sebagai sebuah pernyataan yang melukai hati para komunitas maka respon dari banyak orang akan menjadi sangat beragam. Tentu saja dibutuhkan
kedewasaan dan kebijaksanaan secara komunal untuk sebuah penyikapan terbaik. Sikap tegas berani menyuarakan ketidaksetujuan terhadap
pola pandang ‘lawan’ yang dilakukan dengan santun akan menjadi
poin tersendiri. Tentu saja penyikapan terbaik akan memenangkan “pertarungan” ini pada saatnya nanti. Acungan jempol buat para tokoh yang secara tegas menyatakan
ketidaksetujuan namun dengan balutan
bahasa dan diksi yang terukur dan terkendali. Apalagi bila ditambah untaian doa untuk kebaikan
bersama.
Pada kasus yang
menimpa secara pribadi memang menjadi lebih ‘berat’ karena artinya keberpihakan dan
penyikapan terbaik ada pada kita secara
pribadi. ada seorang rekan
yang menceritakan bahwa suatu ketika pernah ditunjuk-tunjuk dengan seorang jari telunjuk seorang pejabat
public yang merasa dilayani disebuah
tempat pelayanann public dengan kurang baik serta dikata-katai dengan “ kamu
tidak tahu siapa saya ? “ . Menurutnya
dengan penyikapan yang dia pilih yaitu dengan tidak melayani marah-marahnya
Sang Bos tetapi tetap memilih
melayani bertahun-tahun baik di
dalam instansinya itu maupun di luar
membuahkan hasil yang sangat baik. Suatu ketika
saat Sang BOs datang ke
tempat teman tsb yang membuka pelayanan konsultasinya maka Sang Bos yang terlihat sangat jumawa beberapa waktu sebelumnya menjadi terlihat tidak berdaya saat itu. Justru disitulah
keikhlasan itu pun diuji. Dan dia berhasil memenangkan ‘pertarungan’
dengan dirinya sendiri. Dia mencoba
memberi yang terbaik, di saat yang sama dia ingat bahwa betapa malunya saat
ditunjuk-tunjuk oleh Si Bos kala itu di depan orang banyak. Yang jelas
si Bos itu bila bertemu kemudian kelihatannya masih suka malu. Entah benar atau
tidak karena tidak pernah ada konfirmasi. Dan
ajaibnya maka si BOs yang dulu
sangat garang, maka setelah sekian tahun bertransformasi menjadi seorang
yang sangat khusyu dalam
ibadahnya bahkan memilih mengabdikan diri menjadi seorang pelayan di rumah Allah. Memang hanya Allah sajalah pembolak balik hati
dan semoga menjadi ketetapannya kita untuk selalu dalam kedaan hati yang baik.
Banyak cerita yang kudengar dari banyak orang tentang banyak hal.
Yang jelas bahwa membaca
(iqro) peristiwa baik yang tersurat dalam sebuah berita /informasi di
berbagai media maupun yang tersirat
adalah penting.
Input-input itu bila
dimaknai dengan baik dan benar akan membuat kita akan semakin ‘kaya’.
Penyikapan terbaik (baca: keberpihakan pada sebuah kebenaran) aku yakini akan menjadi pohon yang terus
tumbuh dan akan menghasilkan
buahnya kelak pada saatnya. Wallahualam. (by. Tri Astuti Sugiyatmi)
No comments:
Post a Comment