Sunday, October 9, 2016

KEPALA BERITA, PEMAKNAAN dan PENYIKAPAN TERBAIK


Tanya jawab antara saksi ahli dengan jaksa penuntut umum, penasihat hukum dan hakim dalam sebuah persidangan yang disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun televisi membuat keingintahuanku tentang berbagai istilah teknis maupn hukum menjadi makin besar. Apalagi dalam peristiwa sebuah persidangan yang sejak awal kasusnya memang menarik banyak orang termasuk saya. Ya tidak terasa dalam 1 hari  persidangan  kita bisa mengikuti baik yang serius maupun sambil mengerjakan sesuatu selama minimal 1-2 jam. Sementara apa yang ada di balik persidangan yang tidak kelihatan di layar kaca dalam kasus tersebut masih juga dicari-cari dari berbagai berita on line, Koran serta  media sosial lain. Belum lagi saat  tidak di depan  layar kaca/ ponsel pintar atau laptop/computer  pun seringkali  masih membicarakan masalah yang cukup menarik. Bahkan  walaupun sama2 melihat peristiwa yang sama, seringkali kita masih menceritakan hal tersebut dengan teman dengan persepsi yang bisa jadi berbeda tergantung sudut pandang kita terhadap peristiwa itu.  Jadi bisa dibayangkan berapa banyak waktu kita yang  dihabiskan untuk  mencermati peristiwa / berita itu.  Kekuatan peristiwa  ini adalah  rumitnya kasus yang menyebabkan banyaknya informasi baru dunia kedokteran,hukum, IT, psikologi, perilaku dsb. Apalagi beberapa ahli punya angle yang berbeda untuk 1 jenis  PERISTIWA  yang sama. Itulah juga yang menyebabkan hampir semua media menjadikannya kepala berita selama berhari-hari, berminggu minggu bahkan berbulan-bulan. Tentu saja semua dengan sudut pandang masing-masing . Khusus bagi citizen journalism maka setiap berita sudah ada opini atau tanggapan dari si  ‘wartawan’.
Itu baru 1 berita. Sementara dalam hari yang sama ternyata muncul berita yang lain yang tidak kalah menariknya. Pertarungan antara ayah dan Bapak  tentang  status yang  sebenarnya diantara keduanya, peristiwa operasi tangkap tangan korupsi,  berita cuaca buruk di banyak tempat, kecelakaaan transportasi, berita perpecahan partai-partai, berita pelambatan ekonomi Negara kita, persaingan para calon kepala daerah, berita tentang skandal para pejabat, kasus-kasus yang melibatkan penggandaan uang oleh DKTP, ‘blunder cagub  DKI dll. Rumah tangga para artis  secara silih berganti menghiasi media kita. Itu baru di level nasional. Belum lagi banyak berita di regional dan internasional yang juga menarik perhatian .  Isu-isu  local  juga kerapkali banyak yang menarik karena factor kedekatan dengan  kita sebagai penikmat berita. Bahkan bisa jadi kita sendiri menjadi sumber berita di kalangan sendii.
Akhirnya  waktu kita pun habis untuk “menanggapi” berita di luaran. Belum lagi dengan sosial media (FB, twitter, line, WA dll)  serta munculnya  berbagai group mulai teman sekolah /kuliah dulu, teman kerja, berbagai kelompok group di tempat kerja, komunitas  serta yang lain. Saya mau mengatakan bahwa betapa manusia modern itu seringkali  “ repot” dengan  berbagai berita dan mengharuskan dirinya sendiri  untuk selalu update apapun berita yang ada.
Kita menjadi terbiasa dengan munculnya jutaan informasi yang berseliweran di depan mata. Belum lagi berita dari manca Negara pun dapat terupdate dalam real time dalam berbagai siaran live.
Saat berita  sudah tersedia di depan mata dan hanya tergantung pada besar kecilnya kuota, maka kepala berita yang berganti-ganti setiap,  setiap jam  atau bahkan setiap menit dan detik  menjadikan kita makhluk “haus berita”.  Berita atau gossip yang tersedia bisa mengalahkan  apa saja.  Prioritas, quality time dengan orang-orang tercinta, me time bahkan urusan2 domestik lain.  Ya saat mencermati berita baik penting maupun nggak penting kadang menjadi lebih utama dari segalanya.  Astaghfirullah…….

Pemaknaan  
Menghindar dari sesuatu yang sedang update kayaknya memang tidak mungkin dalam era digital seperti ini.  Namun memilih-milih konten  berita / informasi menurutku harus lah…. Karena tidak semua berita penting dan dibutuhkan  oleh kita.   Kalo ada gradasi bahwa sesuatu itu harus tahu (must know); should know  (semestinya tahu) and nice to know (baik untuk tahu) maka untuk yang sebaliknya  bisa jadi  berguna saat era seperti sekarang ini.  Ini menjadi saringan awal saja apakah memang berita dan informasi itu harus kita ketahui, semestinya kita tahu atauakah hanya di level  baik saja kita tahu. 
Menurutku sih ada banyak informasi dan berita  yang  bisa jadi  lebih baik untuk tidak  usah kita ketahui. Ya  sesuatu yang sudah  negative sejak awal.  Tapi sebenarnya  terkadang kita  baru tahu bahwa sesuatu tidak berguna untuk kita justru setelah kita  mempelajarinya. Artinya butuh waktu juga untuk membaca dan mempelajarinya.
Sehingga  skrining  berita dan informasi dengan cara tadi bisa jadi masih lolos.  Masih banyak konten  yang tidak terlalu penting tapi masih kita buka lamannya  atau link nya  hanya sekedar pengin tahu.
Satu hal bila sudah begini maka pemaknaan sebuah informasi/ peristiwa/ berita menjadi  satu hal yang wajib  hukumnya.  Apapun yang  terlihat, terdengar serta terbaca harus punya makna dalam  pribadi kita.  Minimal  kita harus mendapatkan apakah ada sesuatu yang baru yang akan menginspirasi kita (something new); sebuah pembelajaran yang baik  dari sebuah kegiatan (lesson learn);  sebuah prinsip hidup yang layak diteladani;  sebuah ilmu  dan pengetahuna baru, sebuah ‘cermin’ bagi kita atau  apapun bentuknya tetapi yang jelas  membuat kita makin wise , makin dewasa dalam proses berpikir  dan bertindak.
Penyikapan Terbaik
Saat sebuah berita/ informasi  masih menjadi kontroversi  yang menjadikan pro di satu sisi dan kontra di sisi yang lain,  maka  mempelajarinya  saampai detail adalah satu-satunnya pilihan. Supaya  kita dapat mendapat informasi  yang utuh  yang akan membantu kita dalam  menentuka serta memberikan penyikapan yang terbaik. Memang seringkali angle dari si pembuat berita /informasi juga  akan berpengaruh. Itulah bahwa kita harus melihatnya dari  semua sisi baik atas, bawah, kanan, kiri , depan dan belakang. 
Atau bisa juga kita berusaha untuk netral pada prosesnya tetapi tentu saja  pada akhirnya sesuatu yang pro kontra juga  harus kita sikapi  dengan penyikapan terbaik  yang  kita pilih atau  semacam keberpihakan.  Walaupun  kadang-kadang  bahwa keberpihakan kepada sebuah kebenaran  yang hanya di dalam hati tanpa menyuarakannya  memang menjadi  selemah-lemahnya iman. 
Ya hidup harus berpihak ! Karena kita punya nilai  serta  karakter  serta apa-apa yang selama ini sudah terinternalisasi  di dalam pribadi kita yang akan muncul pada saat ada hal-hal yang membuat kita harus menentukan keputusan yang akan diambil.
Menurutku di sinilah semua akan bermuara.  Knowledge dan attitude akan berpadu  dan akan menghasilkan  pola tindak  di ruang nyata.  Dalam hal ini maka perilaku  sabar dan ikhlas atas perilaku pihak lain  yang jelas-jelas merugikannya pun  akan mendapat pemaknaan dan penyikapan terbaiknya yang pada gilirannya akan membuahkan  hasil pada saatnya nanti.  Menyikapi kejadian terupdate  yaitu pada kasus  salah satu calon  pemimpin  tertinggi  di sebuah provinsi  sebagai sebuah  pernyataan yang melukai hati  para komunitas  maka respon dari banyak orang akan  menjadi sangat beragam. Tentu saja  dibutuhkan   kedewasaan dan kebijaksanaan secara komunal untuk  sebuah penyikapan terbaik. Sikap  tegas berani menyuarakan ketidaksetujuan  terhadap  pola pandang ‘lawan’ yang dilakukan dengan santun akan  menjadi  poin tersendiri. Tentu saja penyikapan terbaik  akan memenangkan “pertarungan”  ini pada saatnya nanti. Acungan jempol  buat para tokoh yang secara tegas menyatakan ketidaksetujuan  namun dengan balutan bahasa dan diksi  yang  terukur dan terkendali. Apalagi  bila ditambah untaian doa untuk kebaikan bersama.
Pada kasus yang  menimpa  secara pribadi  memang menjadi lebih  ‘berat’ karena artinya keberpihakan dan penyikapan terbaik  ada pada kita secara pribadi.  ada  seorang  rekan  yang menceritakan  bahwa  suatu ketika pernah ditunjuk-tunjuk  dengan seorang jari telunjuk seorang pejabat public yang merasa dilayani  disebuah tempat pelayanann public dengan kurang baik serta dikata-katai dengan “ kamu tidak tahu siapa saya ? “ .  Menurutnya dengan penyikapan yang dia pilih yaitu dengan tidak melayani marah-marahnya Sang Bos  tetapi tetap memilih melayani  bertahun-tahun baik di dalam  instansinya itu maupun di luar membuahkan hasil yang sangat  baik.  Suatu ketika  saat  Sang BOs datang  ke  tempat teman tsb yang membuka pelayanan konsultasinya maka  Sang Bos yang terlihat sangat jumawa  beberapa waktu sebelumnya menjadi  terlihat tidak berdaya  saat itu. Justru  disitulah  keikhlasan itu pun diuji. Dan dia berhasil memenangkan ‘pertarungan’ dengan dirinya sendiri. Dia  mencoba memberi yang terbaik, di saat yang sama dia ingat bahwa betapa malunya saat ditunjuk-tunjuk oleh Si Bos kala itu di depan orang banyak.  Yang jelas  si  Bos itu bila bertemu  kemudian  kelihatannya masih suka malu. Entah benar atau tidak karena tidak pernah ada konfirmasi. Dan  ajaibnya  maka si BOs yang dulu sangat garang, maka setelah sekian tahun bertransformasi menjadi  seorang  yang sangat  khusyu dalam ibadahnya bahkan memilih mengabdikan diri menjadi seorang  pelayan di rumah Allah.  Memang hanya Allah sajalah pembolak balik hati dan semoga menjadi ketetapannya kita untuk selalu dalam kedaan hati yang baik.
Banyak cerita yang kudengar dari banyak orang tentang  banyak hal.  Yang jelas  bahwa   membaca  (iqro) peristiwa baik yang tersurat dalam sebuah berita /informasi di berbagai media maupun yang tersirat   adalah penting.

Input-input  itu bila dimaknai dengan baik dan benar akan membuat kita akan semakin ‘kaya’. Penyikapan terbaik (baca: keberpihakan pada sebuah kebenaran)  aku yakini akan menjadi pohon yang terus tumbuh dan akan  menghasilkan buahnya  kelak pada saatnya. Wallahualam.  (by. Tri Astuti Sugiyatmi) 

No comments: