Pagi tadi setelah
subuh aku bersepeda mengelilingi tempat sekitar yang biasa aku jelajahi
sendiri. Jalan-jalan di sekitar Islamic
centre menjadi pilihanku. Ada 2 gedung
di sana yang kabarnya direncanakan sebagai museum Perang Dunia ke -2. Juga
museum minyak atau pertambangan. Ada
juga gedung perpustakaan dan gedung pemuda di sampingnya. Di seberang jalan ada gedung yang cukup bagus juga. Gedung Pengadilan
Agama.
Jika semalam saat pembukaan STQ (Seleksi Tilawatil
Quran) XXIV di Islamic Center di Kota Tarakan, maka jalan-jalan ini dipenuhi mobil dan
pengunjung yang sangat banyak. Ribuan
massa ikut menghadiri dan memeriahkan acara
itu. Aku pun hanya bisa masuk di pelataran masjid yang masih cukup jauh
dari panggung. Maka pagi ni aku bebas keluar masuk arena yang
memang masih kosong....he...he. Hanya
ketemu dan berbincang dengan Bapak pemulung yang aku kenal serta dengan beberapa petugas keamanan.
Sambil mengingat syair lagu...yang dulu aku cukup hafal,
Tapi sekarang aku ingat-ingat lupa, aku mengelilingi arena ini
Gema
musabaqah tilawatil Quran....
Pancaran
ilahi.....
Cinta
pada Allah, nabi dan negara..........
Wajib
bagi kita....
Limpah
ruah bumi Indonesia...........
Adil
makmur sentosa .......
Baldatun
Tayyibatun warrabun ghafur...........
Pasti
terlaksana...
Musabaqah
tilawatil Quran agung ......
Wahyu
Kalam Tuhan ......
Pancasila
sakti dasar Indonesia.......
Pujaan
bangsaku.......
Gemah
Ripah tanah air kita......
Aman
damai sentosa.........
Baldatun
tayyibatun warrabun ghafur......
Cita-cita
kita....
Betapa lagu
ini sangat menentramkan, walaupun tadi malam aku tidak mendengarnya di setel di
arena. Mungkin karena aku datang lambat
dan pulang cepat maka wajar saja tidak mendengar. Atau jangan-jangan sudah
ganti lagunya. Karena ini pelaksanaan
yang ke sekian kalinya pastinya pastinya juga sudah banyak perkembangan.
Kembali ke
lagu bahwa ternyata ada”sesuatu’ di sana.
Nilai –nilai dan cita cita bangsa ini.
aku tidak terlalu paham bahasa arab. Tapi dariyang aku baca maka arti
dari Baldatun Tayyibatun wa rrabun
Ghafur adalah sebuah negeri yang subur,
makmur, adil dan aman. Disebutkan juga
bahwa semua kan proporsional. Yang punya
hak akan mendapatkannya dan yang berkewajiban akan melaksanakannya. Yang
berbuat baik akan mendpat anugrah sebesar kebaikannya. Tidak ada kezaliman....
Itu semua
adalah sebuah cita-cita luhur.
Namun sampai
sekarang samai dimanakah perjalanan
bangsa ini ? Apakah makin mendekat dengan cita-cita itu atau kah justru
makin menjauh ?
Jika
sekarang rakyat hidupnya makin sulit,
ekonomi menurun, Tarif Dasar Listrik naik mencekik, harga-harga
kebutuhan makin meninggi maka kita diharapkan untuk semakin hemat dan
kreatif. Hemat dalam memakai air, listrik dan semua suber daya yang ada....
Kreatif
menciptakan peluang-peluang sendiri yang dapat
mendatangkan rupiah yang ternyata disadari makin lama makin
melemah......
Aku melihat
sendiri betapa teman-teman dekatku,
tetanggaku dan keluargaku sendiri bahwa mereka sudah sangat irit, mengetatkan ikat pinggang. Tapi
ternyata bahwa memang tetap ada kebutuhan minimal bagi orang yang masih diberi
hidup. Bukan hanya primer saja sebatas papan, pangan dan sandang tapi juga kebutuhan pendidikan, kesehatan bahkan listrik
yang juga bisa menjadi kebutuhan penting lainnya setelah kebutuhan
primer terpenuhi. Jika di sekitarku
-alhamdulillah kebutuhan-kebutuhan tadi
masih relatif tercukupi maka ternyata
melebar ke tempat lain dan di banyak berita masih banyak orang
fakir miskin dan anak-anak
terlantar yang masih butuh peran negara
dan pemerintah untuk memperbaikinya.
Tantangan terbesar bagi siapapun
yang memimpin kota, wilayah dan negara sekalipun.
Bisa jadi
memang pembangunan infrastruktur ( pembangunan jalan, gedungdll) memang
menjadi salah satu hal untuk menjawab
tantangan itu. Tetapi keseimbangan dalam membangun sesuatu antara yang terlihat
(tangible) seperti infrastruktur dan yang tidak terlihat intagible (integritas, moral, agama,
derajat kesehatan dan pendidikan dll) menurutku sih menjadi sesuatu yang niscaya.
Lagu mars MTQ tadi
sudah menyuratkan dan sekaligus
menyiratkannya. Tilawatil Quran atau membaca Quran menjadi kegiatan baik yang harus dilestarikan (seperti pean Menag) bahkan lebih jauh dari pada itu. Maka negara gemah ripah loh jinawi atau masyarakat
madani menjadi sesuatu yang akan dapat –
minimal- semakin mendekat lah. Harapannya sih begitu...
Namun di
luar sana banyak sekali perkembangan yang
kelihatannya justru sebaliknya. Minimal bagi sebagian pihak. Bahwa umat Islam dibenturkan dengan sesamanya, ada cap
dan stigma yang dibangun bahwa Islam adalah teroris, radikal dan anti
kebinekaan, ada hukum yang pilih kasih
pada pihak tertentu. Ada pernyataan yang
kontraproduktif bagi umat Islam aeperti terhadap rohis (kerohanian Islam) sebagai persemaian bibit-bibit radikalisme dan ada
pernyataan bahwa para ulama adalah para peramal masa depan (akhirat) yang tidak
pernah di lihatnya dan dikunjunginya.
Ada banyak sekali opini yang dibangun-entah oleh siapa- yang menyudutkan dan
membuat luka bagi umat.
Astaghfirullah....
Mencermati keadaan
dan perkembangan sosial keagamaan yang ada di level lebih luas,
maka STQ
dan atau MTQ ( aku pun tidak
paham beda seleksi dan musabaqah) semoga
bukan yang terakhir buat STQ-seperti isu
yang berhembus.
STQ mempunyai nilai-nilai positif yang sangat
banyak, khususnya dalam bidang
implementasi dan membumikan
alquran. Tentu saja juga dalam
peningkatan partisispasi umat dan memperkokoh persatuan dan persaudaraan umat. Apalagi peserta datang dari 33 provinsi lainnya. Bahkan
event pelaksanaan STQ aku yakini
mampu menggerakkan perekonomian
rakyat yang punya efek domino di tengah
lesunya ekonomi makro secara nasional.
Menurutku,
STQ atau MTQ sekarang ibarat sebuah
oase di tengah padang pasir yang
maha luas. Semoga dengan pelaksanaannya
keberkahan menaungi kita semua sebagai sebuah bangsa.
Aku jadi
ingat Sabtu kemarin (15/7/2017) hujan
gerimis turun terus mulai Subuh. Lanjut pagi –siang dan sore nya. Beberapa saat menjelang Isya-saat STQ mau
dibuka- maka hujan pun berhenti total.
Semoga ini pertanda baik. Bahwa setelah
kesulitan ada kemudahan. Bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Optimis saja. Bahwa setelah pintu yangtertutup maka ada jalan. Bahwa selalu ada jawaban pada setiap masalah. Bahwa
ada hal-hal pembelajaran pada setiap hal.
Ya
Rabb...penguasa segalanya di jagat raya ini.
Entah
bagaimana nasib dan jalan yang akan ditempuh bangsa ini.
Kami hanya
bisa mengharapkan bangsa ini akan menjadi semakin baik dan semakin kokoh.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment