Sunday, July 16, 2017

Sukses Para Ibu Sepuh

 
Seorang ibu sepuh membukakan pintu menyambutku di depan pintu. Mempersilahkanku masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu yang sangat nyaman. Menemuiku dengan menanyakan siapa dan darimana aku. Aku berkata apa adanya dan menyampaikan apa maksudku datang kali yang kesekian. Tak kusangka beliau masih ingat walaupun samar-samar denganku. Masya allah. Setelah beliau masuk memanggil putrinya, dan aku menunggu maka tak berapa lama beliau keluar kembali untuk ‘menemaniku’. 
Setelah putrinya datang menemuiku maka beliau pun masuk kembali ke dalam dan tak berapa lama beliau membawakan minuman hangat serta kue-kue. Aku jadi malu, aku yang bukan siapa-siapa dihargai sedemikian rupa oleh ibu seorang yang sangat aku hormati dan kagumi. Terakhir karena sangat berkesan aku dengan malu-malu meminta gambar dengan beliau. Dan akhirnya kami selfi bertiga. (he..he jadi ingat suka selfi dari dulu...narsis banget ya). Niatku memang mengabadikan kenangan karena kebetulan saya dan beliau (teman sekaligus guru ku tadi) juga memang beberapakali bersama2 sekaligus bekerjasama. Beliaunya juga sangat suka fotografi jadi cucok lah....
Pada beberapa tahun sebelumnya, saat kami perjalanan dari luar kota berdua maka aku diajak mampirdan nginap ke rumah ibu mertua beliau di bilangan Jakarta. Lagi-lagi aku mendapatkan “penyambutan yang sangat istimewa”. Bahkan pulangnya pun aku diberikan kenang-kenangan tas hand made – dengan bantuan mesin jahit sih alias bukan pabrikan-beliau yang selama ini sudah masyhur di kalangan teman-teman beliau sebagai oleh-oleh yang hanya diberikan kepada teman-teman baik beliau saja. Wow, tentu saja sangat bangga terpilih sebagai salah satu yang mendapatkannya. Mertua beliau demikian juga sudah sangat sepuh namun dengan semangat yang sangat luar biasa menemani teman-teman bahkan murid putra putrinya dan menghormati layaknya tamu yag lain yang setara dengan kehebatan putra-putrinya. Masya allah ! Dan tas itupun berkali-kali menemaniku sampai kemana-mana. Bisa jadi tidak akan menggantikan tas bermerk sekalipun. Apalagi tas channel, Gucci atau LV yang memang tidak aku miliki satupun...........wk...wk. . Penampakan tas tersebut sederhana tapi bagi saya sangat mewah. Maksud saya barang pemberian yang diberikan tulus, dengan kehormatan bahkan dengan susah payah dijahit oleh seorang sepuh yang tidak pernah menjual tasnya produksinya adalah merupakan rejeki tersendiri.
Banyak lagi kesempatan saya bertemu dengan para orangtua terutama ibu dari orang-orang yang saya pandang sukses ilmunya, ternyata memang memberikan saya pembelajaran yang luar biasa. Ibu seorang associate professor di sebuah universitas di Malaysia yang lulusan dari Jogja juga ibu yang sangat hebat. Aku bersinggungan beberapa kali dengan beliau dan ternyata memang sangat luar biasa bahkan bisa dikatakan sangat “profesional” sebagai seorang ibu. Sesuatu yang aku masih sangat kedodoran dan masih kucari-cari sampai sekarang. Aku bisa berkata demikian karena memang beliau sempat beberapa kali menceritakan flashback saat beliau masih di kota minyak di Kaltim sebagai sebagai seorang petinggi sebuah BUMN minyak itu, saat putra-putrinya masih kecil sampai sekarang. Berapa kali aku pun diajak ataupun berkunjung ke rumah beliau dan seolah ikut merasakan aroma seorang ibu yang ‘ sangat profesional’ bagiku.
Dalam sebuah kesempatan yang lain saat aku bertamu ke rumah guruku yang lain maka saat itu juga seorang ibu sepuh yang masih memakai mukena saat jam 9 pagian itu ikut menemuiku. Saat aku memperkenalkan diri maka ibu sepuh itu sangat aktif dan antusias mendengarkan. Di usianya yang –menurut bahasa beliau sendiri- lebih dari 12 tahun lebih dari usia rasul alias 75 tahun, maka beliau juga sangat istimewa dan mandiri. Beliau menceritakan bagaimana putranya yang seorang pejabat tinggi di kementrian itu sangat menyayanginya. Lagi-lagi aku dihadapkan dengan seorang ibu yang yang sangat profesional dimataku.
Saat putranya –alias guruku muncul Beliau baru pamit ke belakang. Yang membuatku agak terperanjat bahwa di usia sepuhnya beliau, maka masih aktif bermedia sosialan. Face book tepatnya, “tapi isinya hanya doa-doa untuk anak dan cucu” begitu saat beliau menyampaikan bahwa akunnya adalah X. masya allah ! 
Eyang sepuh tadi bahkan sempat bercerita pernah karena tidak mau merepotkan sopir dan ajudan sang putra, maka pernah keliling Jakarta dengan naik busway dengan harga yang sangat murah. Mungkin sekitar 2500-3.000 perak saja (atau sekarang sudah naik ya?). Busway alias transjakarta bo! Aku jadi malu hati. Kadang-kadang kita yang muda-muda aja males banget lihat antriannya yang sangat panjang pada jam kerja. ...penginnya naik mobil sendiri atau paling taksi lah yang menurut kita lebih nyaman aja. Sementara yang sepuh masih sangat lincah, sangat ceria dan mandiri tapi yang muda-muda terkesan lelet, manja dan tidak mau repot. Kembali ke cerita, tentu saja semuanya kebingungan saat Eyang sepuh tidak ada dan tentu saja Pak Satpam juga “dimarahi” kenapa Nenek dibiarkan berjalan-jalan sendiri di belantara ibukota.... Aku menanggapinya sih sangat luar biasa cerita itu. Wujud sayang dari seorang ibu ke putranya dan kemandirian (tidak mau merepotkan putranya) dan wujud hormat dan sayang putra kepada ibunya. Masya allah!
Kesimpulanku diantara banyak ibu-ibu hebat itu aku merasakan dan membayangkan ada aroma dan aura lain dibanding para ibu kebanyakan di saat mudanya. Jika ibu-ibu muda rata-rata hanya fokus pada hal-hal yang sifatnya kasat mata saja, maka saya meyakininya bahwa para ibu sepuh ini sangatlah seimbang antara yang kasat mata dan yang sebaliknya. Jika mahmud sekarang hanya banyak fokus pada jasmani, maka aku yakin dulu beliau-beliau seimbang mendudukan kebutuhan perut dan tubuh dengan akal dan hati keluarganya. 
Dari sekian banyak interaksiku dengan ibu2 sepuh ini memang ada banyak “rumus” dan “formula” yang perlu dianalisa dan didalami lagi untuk mencari apa sebenarnya rahasia mereka semua. Bisa jadi mau repot, mau ribet dan mau lelah - sesuatu yang sering dihindari ibu jaman sekarang termasuk aku- adalah salah satu kunci rumus keberhasilan mereka mendidik anak. 
Banyak hal yang aku pikir istimewa ini membuatku tanpa malu-malu selalu meminta doa juga dari orang-orang baik ini. Tentu saja masih banyak sekali orang baik di sekitar kita yang sudah berhasil melahirkan para generasi lanjutan yang sangat luar biasa. Namun kisah-kisah diatas karena aku menemukannya di” rantau” maka menjadikan sangat berkesan. 
Oh ya dari tadi aku sebut-sebut profesionalitas seorang ibu di atas. Menurutku Profesional bagi seorang ibu bisa jadi adalah “rasa ikhlas” yang sangaaat. Bagaimana seorang ibu rela dan ikhlas mengandung’ melahirkan serta mendidiknya bahkan melayani putra-putrinya bahkan sampai saat anak itupun menjadi dewasa dan sukses. Di dalam rasa ikhlas tadi karena mendasarkan hanya kepada ridha allah swt maka tentu saja sudah muncul banyak dimensi kebaikan-kebaikan lainnya di dalamnya. Kegigihan, kesabaran, ketekunan, kesederhanaannya, keuletannya, kemandiriannya semua hanya karena Tuhan pencipta si Anak tadi. Bahkan lelahnya,’ bawelnya, galaknya, nyinyirnya, ngomelnya pun hanya karena Allah. 
Tiada standar yang lain selain hanya karena untuk kebaikan dan kebenaran semata. Waduuh inilah yang kayaknya sangat berat. Baru tahap memantaskan diri dan butuh proses yang tiada henti sampai kapan pun.

No comments: