Dalam sebuah acara di masjid al Akbar Surabaya aku melihat foto ini. Betapa dalam pengelolaan
sebuah masjid pun membutuhkan system manajemen mutu (SMM) dalam hal ini ISO
2015. Wow sungguh luar biasa, karena setahuku biasanya hanya lembaga tertentu
saja yang menerapkannya seperti dinas-dinas yan mengurusi dan membawahi kantor urusan public atau
pabrikan-pabrikan yang punya kepentingan mau ekspor produk ke beberapa Negara industry
maju.
Masjid sebagai tempat
ibadah memakai SMM adalah sesuatu yang sungguh baru buatku. Dulu
di tempat yang sama sebenarnya aku sudah pernah memfotonya, tapi foto itu entah
kemana. Dan sekarang aku melihatnya kembali, tentu saja ini menjadi sesuatu yang sangat kunanti.
Aku sebenarnya juga tidak terlalu paham apa yang
dilaksanakan dalam SMM di masjid ini dan
yang diatih. Tapi melihat tempat kerjaku
di puskesmas dan dinas kesehatan selama
bertahun –tahun juga menerapkan system ini maka akau hanya menebak-nebak apa, bagaimana SMM dilakukan di lembaga keagamaan ini
Sebenarnya yang aku
sering jumpai masjid atau mushola banyak yang dari tanah wakaf. Sehingga
pengelolaan masjid memang biasanya dari
keluarga yang mewakafkan. Sesuatu yang sangat lumrah. Rasanya
memeng kalau hal demikian maka pengelola masjid
hapir tidak mungkin menerapkan system manajemen mutu yang biasanya
cukup rumit, detail dan memakan energy
yang cukup besar.
SMM akan mengatur secara detail bagaiamana manajemen mulai
dari inputnya serta prosesnya serta hal-hal yang terkait dengan semuanya itu
bahkan terkait dengan outputnya.
Aku membayangkan bahwa mungkin (karena aku
hanya menebak-nebak) masjid2
ini dituntut untuk memberikan
pelayanan keagamaan yang sesuai
fungsinya dengan sangat baik. Kalau
masalah visi, misi dan tujuan masjid aku rasa semuanya mirip. Memang sih ada
masjid yang sudah lebih banyak variasi pelayanannya. Untuk yang kecil bisa jadi
bagaimana mempersiapkan tempat ibadah
yang nyaman dan bersih. Bagaimana
manajemen air supaya tetap bisa mengalir lancer, bagaimana supaya
baju untuk ibadah tetap bersih dan
wangi. Bagaimana tata suara (sound system) di dalam masjid agar terdengar ke
seluruh sudutnya dengan jelas dll.
Pendek kata bagaimana ibadah bisa
berjalan dengan sebaik mungkin. Karena
di beberapa yang pengelolaannya katakan yang
masih tradisional maka tempat wudhu dan
WC dibiarkan berlumut dan kotor, mukena sampai berbau asem, dll ,
Nah dalam banyak kesempatan aku melihat trend itu sudah
banyak berubah. Sudah ada lembaga yang mau turun tangan untuk membersihkan
masjid dan lingkungannya. Ini aku lihat di acara TV di Jogja. Anak-anak mudalah
yang jadi penggeraknya. Luar biasa. Aku juga melihat di masjid Al-Falah,
pencucian mukena dilaksanakan di tempat dan kelihatannya hampir setiap hari ada
yang mencuci. Jadi semua mukena setiap hari terasa harum dan bersih.
walaupun aku tahu pengunjung masjid ini
tidak pernah surut. Artinya pemakaian mukena ini terjadi secara terus menerus.
Di beberapa masjid lain ada pemisahan untuk mukena yang bersih dan sudah dirasa
kotor oleh pengunjung. Ini juga sangat
baik jadi pengurus akan langsung tahu mana mukena yang harus dicuci duluan. Di beberapa masjid aku melihat ada lembaga
yang membantu membuat mukena menjadi bersih dan wangi lagi. Ini
juga aktivitas yang luar biasa.
Satu hal yang sering terjadi adalah bak air di kamar mandi / WC di masjid
rata-rata cukup besar. Ini memang yang masih sering kelewat. Karena serigkali
bila lupa tidak mengurasnya maka akan enjadi sumber perindukan nyamuk. Nah
mungkin seperi rumah-rumah modern yang sudah menggeser bak mandi besar
permanenn dengan bak air kecil saja / eber yang meudahkan untuk dikuras/
dibershkan.
Belum lagi pada kegiatan yang rutin tahunan menyelenggarakan
dan mengorganisasikan zakat, infak dan sedekah
dan hari-hari raya keagamaan serta peringatan hari besar islam lainnya.
Nah untuk masjid –masjid yang besar maka bisa
jadi menyewakan ruangan untuk pertemuan, gedung untuk resepsi, atau ruangan
untuk kelas belajar mengajar PAUD, mengaji, TPA dan yang lain-lain menjadi ruang lingkupnya
juga.
Jadi menurutku untuk
masjid-masjid besar dan yang lebih kompleks ruang lingkupnya, maka SMM memang menjadi
sebuah keniscayaan. Juga kebutuhan. Satu
hal bahwa ke depan akan diperketat hal-hal yang terkait misalnya IMB untuk rumah ibadah, maka memang inilah
saatnya berbenah juga. Kejadian di
banyak tempat menjadi pelajaran. Sudah saatnya masjid yang besar akan berjejaring dengan binaannya, sehingga
pengetahuan praktis dan banyak hal penting lainnya akan ditularkan sehingga akan menjadi baik semuanya. CMIIW
Jika William A. Foster mengatakan bahwa dalam membangun mutu
tidak ada yang kebetulan, dan di niati dengan tekad kuat, usaha yang tulus
serta melibatkan pengarahan yang cerdas dan sebuah eksekusi yang trampil. Maka
saatnya membangun kesadaran sebuah mutu dari sebuah masjid. Semoga dengan
begini yang namanya paham-paham komunis dan atheis yang jelas-jelas menganggap agama
sebagai candu akan semakin jauh dari
kehidupan kita. Wallahu’alam .
No comments:
Post a Comment