Thursday, September 21, 2017

Bicara Mutu dari Sebuah Masjid

Dalam sebuah acara di masjid al Akbar Surabaya  aku melihat foto ini. Betapa dalam pengelolaan sebuah masjid pun  membutuhkan  system manajemen mutu (SMM) dalam hal ini ISO 2015. Wow sungguh luar biasa, karena setahuku biasanya hanya lembaga tertentu saja yang menerapkannya seperti dinas-dinas yan mengurusi  dan membawahi kantor urusan public atau pabrikan-pabrikan yang punya kepentingan mau ekspor produk ke beberapa Negara industry maju.
Masjid  sebagai tempat ibadah memakai  SMM  adalah sesuatu yang sungguh baru buatku. Dulu di tempat yang sama sebenarnya aku sudah pernah memfotonya, tapi foto itu entah kemana. Dan sekarang aku melihatnya kembali, tentu saja ini menjadi  sesuatu yang sangat kunanti.
Aku sebenarnya juga tidak terlalu paham apa yang dilaksanakan dalam SMM  di masjid ini dan yang diatih. Tapi melihat  tempat kerjaku  di puskesmas dan dinas kesehatan selama bertahun –tahun juga menerapkan system ini maka akau hanya menebak-nebak  apa, bagaimana  SMM dilakukan di lembaga keagamaan ini
Sebenarnya yang aku  sering jumpai masjid atau mushola banyak yang dari tanah wakaf. Sehingga pengelolaan masjid memang biasanya dari  keluarga yang mewakafkan. Sesuatu yang sangat lumrah.   Rasanya memeng kalau hal demikian maka pengelola masjid  hapir tidak mungkin menerapkan system manajemen mutu yang  biasanya   cukup rumit, detail dan  memakan energy yang cukup besar.
SMM akan mengatur secara detail bagaiamana manajemen mulai dari inputnya serta prosesnya serta hal-hal yang terkait dengan semuanya itu bahkan terkait dengan outputnya.
Aku membayangkan bahwa mungkin  (karena aku  hanya menebak-nebak) masjid2  ini  dituntut untuk memberikan pelayanan keagamaan yang  sesuai fungsinya  dengan sangat baik. Kalau masalah visi, misi dan tujuan masjid aku rasa semuanya mirip. Memang sih ada masjid yang sudah lebih banyak variasi pelayanannya. Untuk yang kecil bisa jadi bagaimana mempersiapkan  tempat ibadah yang nyaman dan  bersih.   Bagaimana manajemen  air supaya  tetap bisa mengalir lancer, bagaimana supaya baju untuk ibadah  tetap bersih dan wangi. Bagaimana tata suara (sound system) di dalam masjid agar terdengar ke seluruh sudutnya dengan jelas dll.  Pendek kata  bagaimana ibadah bisa berjalan dengan sebaik mungkin.  Karena di beberapa yang pengelolaannya katakan  yang  masih tradisional maka tempat wudhu dan WC dibiarkan berlumut dan kotor, mukena sampai berbau asem, dll ,
Nah dalam banyak kesempatan aku melihat trend itu sudah banyak berubah. Sudah ada lembaga yang mau turun tangan untuk membersihkan masjid dan lingkungannya. Ini aku lihat di acara TV di Jogja. Anak-anak mudalah yang jadi penggeraknya. Luar biasa. Aku juga melihat di masjid Al-Falah, pencucian mukena dilaksanakan di tempat dan kelihatannya hampir setiap hari ada yang mencuci. Jadi semua mukena setiap hari terasa harum dan bersih. walaupun  aku tahu pengunjung masjid ini tidak pernah surut. Artinya pemakaian mukena ini terjadi secara terus menerus. Di beberapa masjid lain ada pemisahan untuk mukena yang bersih dan sudah dirasa kotor oleh pengunjung.  Ini juga sangat baik jadi pengurus akan langsung tahu mana mukena yang  harus dicuci duluan.  Di beberapa masjid aku melihat ada lembaga yang membantu membuat mukena menjadi bersih dan wangi lagi.   Ini juga aktivitas yang luar biasa.
Satu hal yang sering terjadi adalah  bak air di kamar mandi / WC di masjid rata-rata cukup besar. Ini memang yang masih sering kelewat. Karena serigkali bila lupa tidak mengurasnya maka akan enjadi sumber perindukan nyamuk. Nah mungkin seperi rumah-rumah modern yang sudah menggeser bak mandi besar permanenn dengan bak air kecil saja / eber yang meudahkan untuk dikuras/ dibershkan.
Belum lagi pada kegiatan yang rutin tahunan menyelenggarakan dan mengorganisasikan  zakat, infak dan sedekah dan hari-hari raya keagamaan serta peringatan hari besar islam lainnya.
Nah untuk masjid –masjid yang besar  maka   bisa jadi menyewakan ruangan untuk pertemuan, gedung untuk resepsi, atau ruangan untuk kelas belajar mengajar PAUD, mengaji, TPA  dan yang lain-lain menjadi ruang lingkupnya juga.
Jadi  menurutku untuk masjid-masjid besar  dan  yang lebih kompleks  ruang lingkupnya, maka SMM memang menjadi sebuah keniscayaan.  Juga kebutuhan. Satu hal bahwa ke depan akan diperketat hal-hal yang terkait misalnya  IMB untuk rumah ibadah, maka memang inilah saatnya berbenah juga.  Kejadian di banyak tempat menjadi pelajaran. Sudah saatnya  masjid yang  besar akan berjejaring dengan binaannya, sehingga pengetahuan praktis  dan banyak hal  penting lainnya akan ditularkan sehingga  akan menjadi baik semuanya.  CMIIW
Jika William A. Foster mengatakan bahwa dalam membangun mutu tidak ada yang kebetulan, dan di niati dengan tekad kuat, usaha yang tulus serta melibatkan pengarahan yang cerdas dan sebuah eksekusi yang trampil. Maka saatnya membangun kesadaran sebuah mutu dari sebuah masjid. Semoga dengan begini yang namanya paham-paham komunis  dan atheis yang jelas-jelas menganggap agama sebagai candu akan semakin jauh dari  kehidupan kita.  Wallahu’alam .

No comments: