Tepat 1 Januari memasuki 2020 maka Jakarta dan kota penyangganya (bodetabek) dilanda banjir yang cukup besar. Kita menyebutnya Jakarta padahal ada 3 provinsi yang saling berbatasan. DKI Jakarta, Prov Banten dan Prov Jawa Barat.
Ya sudah banyak beredar terkait banjir yang melanda saat ini. Bahwa memang hujan turun lebih deras. Bila diukur maka di beberapa bagian lebih banyak daripada sebelumnya. Akibatnya memang menjadi seperti sekarang banjir dimana-mana walaupun kabarnya secara titik jumlahnya sudah berkurang jauh (61 titik).
Oh ya bahwa di Jakarta dan sekitarnya hujan deras sekali maka ternyata di beberapa tempat masih kekeringan alias belum turun hujan ( beberapa daerah di Sumatera). Ya kemarau yang cukup panjang. Sampai memasuki bulan Desember.
Dulu saat belajar geografi maka kita tahu musim kemarau adalah mulai bulan April dan berakhir pada Oktober. Sedangkan musim hujan mulai secara otomatis Oktober s.d April.
Bila sampai dengan sekarang masih terjadi kekeringan karena hujan belum turun maka berarti memang terjadi kekeringan yang cukup ekstrim.
Bila sampai dengan sekarang masih terjadi kekeringan karena hujan belum turun maka berarti memang terjadi kekeringan yang cukup ekstrim.
Bila hujan ekstrim dan bila kering juga ekstrim. Inilah wujud nyata dari perubahan iklim.
Istilah perubahan iklim ( climate change) memang bagi sebagian orang antara ada dan tiada. Sesuatu yang dianggap sangat jauh. Gampangnya tidak terjangkau lah.... walaupun para ahli sudah menyatakannya dalam banyak kesempatan, konferensi tentang iklim tapi memang dianggap agak susah dibahasakan dalam bahasa sehari-hari. Sehingga memang isu penting ini seringkali dipersempit menjadi hal-hal biasa yang bahkan pada ujungnya menimbulkan caci maki yang tidak perlu. Hmmm...
Padahal memang banyak banget faktornya dan antara lain adalah faktor ini. Bila begitu nggak bisa diubah dong ? Eits tunggu dulu...
Memang ini bagian dari mulai tuanya alam semesta raya ini. Karena kenaikan suhu di bumi akibat pemanasan global maka es di kutub mencair.... permukaan air laut menjadi semakin meningkat. Ya saat hujan dengan sangat lebat turun sementara air laut juga semakin meningkat maka bisa dibayangkan.
Apalagi kalau mendekati air pasang (saat bulan purnama), air tidak menemukan muaranya. Maka air seolah-olah akan berbalik ke darat.
Apalagi kalau mendekati air pasang (saat bulan purnama), air tidak menemukan muaranya. Maka air seolah-olah akan berbalik ke darat.
Apalagi memang serapan air ke dalam tanah menjadi sangat terbatas saat semua sudah dilapisi beton atau aspal.
Sebenarnya membicarakan hal-hal yang sifatnya teori begini menurutku agak kurang cocok saat ini. Saat banjir sedang melanda maka yang terpenting adalah evakuasi dan pemberian bantuan bahan pokok.
Dalam kondisi sudah agak tenang maka edukasi perlu juga disampaikan. Bukan apa- apa, karena kita suka lupa kalau kejadian sudah berlalu (tertutup kejadian-kejadian lain yang baru dan heboh). Makanya saat ada momentum begini, perlu juga saling mengingatkan minimal untuk diri sendiri.
Sangat benar peran mitigasi memang sebelum kejadian. Bila saat ini sudah berlalu tapi ini bisa dipakai lagi untuk menghadapi yang akan datang karena diperkirakan musim hujan juga bakal masih cukup lama.
Saat ini yang penting adalah sebuah strategi adaptasi terhadap perubahan iklim itu sendiri. Karena memang banjir ternyata dapat diprediksi atau minimal bila ada peluang untuk mendapatkan risiko banjir maka strategi adaptasi dapat dijalankan.
Sebenarnya efek dari perubahan iklim sendiri banyak sekali dan menyentuh di hampir semua bidang kehidupan. Sebelum strategi adapatasi maka perlu kita tahu bahwa dampak perubahan iklim itu antara lain pada masalah lingkungan, kesehatan, pangan, pertanian dll.
Pada bidang lingkungan ya ini yang bisa langsung kita lihat banjir, tanah longsor, abrasi ( bagi yang tidak terdampak) maupun dirasakan ( bagi yang terdampak langsung).
Pada kesehatan maka penyakit berbasis vektor juga akan meningkat. Kabarnya suhu yang menghangat menjadikan nyamuk Aedes sp. (penular DBD) lebih cepat berkembang biak. Akibatnya hanya menunggu waktu saja maka DBD biasanya akan ikut merebak.
Karena banyaknya genangan maka jenis nyamuk penular malaria juga akan meningkat. Belum lagi diare yang akan meningkat saat suplai air bersih menurun.
Pada masalah pertanian dan pangan maka iklim ekstrim ini akan menyebabkan hasil panen akan menurun.
Ya bila sawah terendam banjir maka padi akan gagal dipanen atau saat kekeringan maka sawah akan puso juga. Akibatnya dapat ditebak. Kemungkinan akan terjadi paceklik hasil pertanian dan otomatis pangannya. Efek ikutan adalah ke arah kelaparan massal dan akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pertumbuhan.
What's next ?
Pada saat risiko sudah sedemikian tinggi maka pilihannya adalah melakukan strategi adaptasi.
Kuncinya adalah bahwa semuanya terjadi karena ada kontribusi pola pikir dan perilaku kita sebagai manusia. Maka bener kata pak Anies B, bahwa tidak perlu mencari siapa yang salah. Tapi kembali pada kita nya semua. Baik sebagai manusia, sebagai rakyat dan sebagai makhluk Allah yang hidup di Bumi. Tentu saja ada bagian tersendiri bagi para pengambil kebijakan.
Yuk ah, kerjakan apa-apa yang bisa kita lakukan :
1. Mengelola sampah ( jangan buang sampah ke sungai atau got).... ingat video viral bapak yang menyelam ke gorong- gorong dan menemukan sampah sebagai penyumbat air yang tidak mengalir).
Sampah bisa bernilai ekonomi juga. Jadi 3 R ( reduce, reuse dan recycle) sangat baik diterapkan.
2. Menanam pohon... akar pohon akan menahan air agar tidak langsung berjalan ke got kecil, besar dan ujungnya laut.
3. Memanen air hujan.. ( dengan cara menampung air hujan untuk bisa digunakan) .....ya kadang kita cenderung membiarkan air hujan. Padahal lumayan untuk siram- siram tanaman saaf tidak hujan. Atau untuk cuci - cuci. ...ini kerasa banget di daerah tadah hujan.
4. Mengelola penampungan air. Menutupnya, menguras dengan rutin. Ini untuk mencegah DBD juga
5. Menghemat air bersih... ingat katanya pulau Jawa akan kekeringan panjang dalam 10 -20 tahun mendatang
6. Sebisa mungkin menanami lahan yang ada dengan tanaman apa saja. Bisa bunga dan sejenisnya yang sebagai penghasil oksigen atau tanaman pangan atau tanaman obat. Tanaman pangan dapat dilakukan dengan menanam apa saja, bisa dengan konvensional maupun dengan media hidroponik.
7. Jangan menebang pohon- pohon sembarangan. Sebisa mungkin mengganti tanaman yang ditebang dengan tanaman lain.
8. Oh ya buat lubang resapan pada tanah yang tersisa... lubang biopori kalau memungkinkan
9. Masih ada 1001 macam lagi yang bisa kita lakukan. Silahkan ditambah.
1. Mengelola sampah ( jangan buang sampah ke sungai atau got).... ingat video viral bapak yang menyelam ke gorong- gorong dan menemukan sampah sebagai penyumbat air yang tidak mengalir).
Sampah bisa bernilai ekonomi juga. Jadi 3 R ( reduce, reuse dan recycle) sangat baik diterapkan.
2. Menanam pohon... akar pohon akan menahan air agar tidak langsung berjalan ke got kecil, besar dan ujungnya laut.
3. Memanen air hujan.. ( dengan cara menampung air hujan untuk bisa digunakan) .....ya kadang kita cenderung membiarkan air hujan. Padahal lumayan untuk siram- siram tanaman saaf tidak hujan. Atau untuk cuci - cuci. ...ini kerasa banget di daerah tadah hujan.
4. Mengelola penampungan air. Menutupnya, menguras dengan rutin. Ini untuk mencegah DBD juga
5. Menghemat air bersih... ingat katanya pulau Jawa akan kekeringan panjang dalam 10 -20 tahun mendatang
6. Sebisa mungkin menanami lahan yang ada dengan tanaman apa saja. Bisa bunga dan sejenisnya yang sebagai penghasil oksigen atau tanaman pangan atau tanaman obat. Tanaman pangan dapat dilakukan dengan menanam apa saja, bisa dengan konvensional maupun dengan media hidroponik.
7. Jangan menebang pohon- pohon sembarangan. Sebisa mungkin mengganti tanaman yang ditebang dengan tanaman lain.
8. Oh ya buat lubang resapan pada tanah yang tersisa... lubang biopori kalau memungkinkan
9. Masih ada 1001 macam lagi yang bisa kita lakukan. Silahkan ditambah.
Bagi stakeholder, kebijakan yang pro lingkungan, kebijakan yang mengarustamakan isu kesehatan menjadi sangat penting
No comments:
Post a Comment