Wednesday, January 8, 2020

Saatnya "Repek" : Panen Batang dan Dahan


Dalam 2 hari ini (5 dan 6 bulan pertama di 2020), Surabaya saat sore hari turun hujan lebat dan angin kencang...
Kemarin pagi saat melewati ruas jalan di sekitaran rumah, terlihat ada yang sebagian bangunan non permanen tempat pedagang kaki lima (PKL) atapnya sudah nggak ada. Juga sebagian dindingnya sudah roboh. Di sekitarnya juga banyak dahan, ranting teronggok di tepi jalan. Ini akibat hujan angin Minggu sore yang belum sempat dibersihkan.
Pohon di sekitar perumahan juga terlihat juga banyak yang patah dan sempal. Ada juga sebuah pohon besar yang tumbang menimpa sebuah gasebo.
Sore hari kemarin juga sama. Hujan deras dan angin kembali terjadi. Saat aku jalan membawa payung terasa seperti goyang dan rasanya kayak mau "terbang". Anginnya luar biasa. Beberapa ranting kering jatuh dari sisi kiriku. Aku jalan makin ke sisi tengah. Kalo di sisi kiri banyak pohon besar-besar dan bangunan setengah jadi. Bunyi berderak- derak seperti seng terkena angin membuat aku mempercepat langkap. Tetap saja basah semuanya.
Saat di jalan terdengar Suara Surabaya mengudarakan siarannya yang menyebutkan ada pengendara motor suami istri yang meninggal akibat tertimpa pohon kayu yang diameternya sekitan 40 cm. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun...
Dalam beberapa hari ke depan kira-kira sampai tanggal 10, perkiraan BMKG menyebut cuaca akan buruk.
Ternyata dalam hal demikian, kita hanya bisa memitigasi yaitu meminimalkan risiko, bukan mencegah. Manusia tidak kuasa mencegah terjadinya hujan lebat, angin kencang, puting beliung dan banyak peristiwa alam lainnya.
Dalam kasus Jabodetabek, hujan ekstrim yang terjadi 3 kali lipat tidak bisa dicegah peristiwanya. Dalam peristiwa banjir yang bisa dicegah adalah bukan yang berasal dari alam ( jumlah air ) namun ada peran manusia yang tidak optimal terhadap alamnya. Ĺl
Mitigasi bukanlah pencegahan, kata sebuah sumber di rafionkemarin. Mitigasi angin kencang antara lain dengan cara mengepras pohon2 yang sudah tua, yang sudah terlalu tinggi, yang dahan dan rantingnya sudah menjuntai ke badan jalan.
Saat sebelum angin kencang terjadi berdasarkan data ( prakiraan) maka mengepras pohon menjadi salah satu mitigasi penting. Mengepras pohon menjadi salah satu cara untuk meminimalkan risiko andai terjadi roboh, tumbang dan jatuh. Supaya tidak terjadi kerugian yang lebih banyak lagi.
Aku sebut ini panen batang atau dahan pohon. Bila biasanya yang dipanen dari tanaman adalah buah, umbi, daun atau bunganya, maka saat ini yang dipanen adalah batang atau dahannya.
Bila buah, umbi, bunga atau daun biasanya memang langsung menjadi bahan pangan manusia ( buah mangga dll, ubi rambat dll, bunga turi/ kecombrang dll daun melinjo dll).
Kalau panen batang dan dahan untuk apa ?. Entahlah bagiamana mengelolanya karena bukan kayu keras yng bisa dipakai untuk bahan bangunan. Tapi bisa jadi sebagai bahan bakar tungku. Ya jadi ingat pembuatan tahu di sekitaran Surabaya yang bahannya dari sampah dan akhirnya terpapar dioxin(racun sampah). Mungkin kayu bakar hasil panenan kali ini bisa jadi kayu bakar. ..
Jadi ingat saat kecil sering menemani temanku untuk "repek". Mencari dahan kayu kering yang jatuh sebagai kayu bakar. Saat itu sudah mencari ke sana kemari nggak nemu. Akhirnya melihat beberapa jenis pohon yang ada ranting kering tapi masih belum lepas alias masih di pohonnya.
Aku dan temanku bergantian naik pohon itu.entah apa nama pohonnya tapi batangnya nggak terlalu besar dan batangnya lurus ke atas. Sesampai di atas berusaha meraih ranting itu tapi pegangan tangan kurang kuat akibatnya melorot ke bawah... malangnya kulit perut tergores cukup panjang dan agak dalam dari atas kebawah dan sangat perih.sampai meneteskan airmata...
Begitulah saat kemarin ada ranting kering jatuh di sisi kananku maka aku langsung terpikir: repek... istilah bahasa Jawa yang berarti mencari kayu bakar...
Bisa jadi, sekaranglah saat terbaik untuk repek

No comments: