Setiap masjid hampir selalu menyediakan fasilitas mukena. Kadang beberapa jamaah juga dengan sengaja meninggalkan mukenanya disana untuk dipakai bersama2 alias disumbangkan.
Pada masjid yang besar biasanya ada managemen per-mukena-an. Ya supaya saat dipakai tetap dalam kondisi bersih dan bila mungkin wangi. Sehingga akan menunjang kekhusukan ibadah.
Mukena di masjid memang dipakai setiap waktu shalat. Minimal 5 kali sehari.1 mukena minimal dipakai oleh 5 orang dalam sehari. Memang semua pada akhirnya tergantung jumlah jamaah dibanding dengan jumlah mukena yang tersedia. Yang lebih mungkin dalam setiap waktu shalat, pemakaian mukena bisa berkali-kali. Bahkan kadang masih dipakai shalat pun sudah ditunggu oleh orang yang mengantri mukena.
Tingginya pemakaian mukena menyebabkan kemungkinan untuk basah khususnya dibagian dagu dan kepala menjadi sangat terbuka. Bila tidak ada manajemen yang baik maka mukena menjadi lembab dan akhirnya berbau kurang sedap. Yah, agak kecutlah.
Untuk penampakan juga seringkali mukena yang basah jika ditumpuk begitu saja akan menyebabkan "tayumen" bintik kecil hitam... yang agak susah hilangnya.
Mukena juga sering menjadi kotor sekali dan kadang banyak bercak-bercak bekas kosmetik. Bisa bedak atau lipstik yang kadangkala menempel. Ada bercak.merah, kadang kekuningan.
Mungkin dari hal-hal ini muncul sebuah gerakan mukena bersih. Yang akan membantu mukena tetap bersih dengan call nomor yang tersedia dan juga bisa donasi juga ke sana.
Bagi masjid yang seperti Al- Falah Surabaya, aku melihat bahwa pencucian mukena setiap hari kelihatannya. Karena tersedia mesin cuci sekaligus tenaganya. Tapi hampir pasti tidak semua masjid mampu seperti masjid tersebut.
Masjid tertentu akan memanfaatkan jasa gerakan di atas. Atau kadang ada relawan atau entah apa sebutannya yang akan mencuci secara berkala. Namun demikian aku melihat bahwa managemen mukena mana yang mau di cuci atau mana yang dipertahankan untuk dicuci pada kesempatan berikutnya tetap diperlukan.
Pada sebuah kesempatan ada mukena yang kondisinya memprihatinkan lebih banyak daripada yang bersih. Padahal menurut petugas setiap hari tertentu akan diambil oleh laundry mana2 yang akan dicuci.
Aku membayangkan laundry akan mengambil secara acak, karena bagaimanapun tetap akan bercampur lagi yang kotor dan yang bersih kecuali memang sengaja dipisahkan. Jadi probabilitas yang terambil menjadi sama terus setiap waktu. Bisa jadi yang tercuci minggu lalu akan tercuci lagi tapi yang 2 atau 3 minggu lalu belum dicuci, saat minggu ini tidak terambil.
Sehingga dalam manajemen sederhana maka mestinya tempat mukena kotor harus ada dan terpisah. Siapa yang akan memilah ? Tentu saja jamaah sendiri. Saat- saat tertentu saja maka bisa dibantu pengurus. Khususnya bila tidak ada jamaaah yang nenaruh di keranjang kotor tersebut.
Mukena bersih sebaiknya digantung supaya terangin2 dan basahnya akan sempag mengering. Memang butuh lemari yang agak tinggi untuk menggantung mukena beserta hangernya. Tapi sebetulnya lemari dan hanger juga bisa digantikan dengan gantungan baju atau bahkan paku yang berjejer saja.
No comments:
Post a Comment