Alhamdulillah setelah 16 tahun kembali bisa mengunjungi tanah suci bagi umat Islam ini.
Saya memperhatikan bahwa sistem kebersihan di masjid Nabawi sangatlah luar biasa. Bahkan termasuk juga ring satunya. Excellent. Dulu juga sudah luar biasa. Namun dulu tidak detail dalam memperhatikan. Karena ada kewajiban lain sebagai petugas kloter.
Saya memperhatikan bahwa sistem kebersihan di masjid Nabawi sangatlah luar biasa. Bahkan termasuk juga ring satunya. Excellent. Dulu juga sudah luar biasa. Namun dulu tidak detail dalam memperhatikan. Karena ada kewajiban lain sebagai petugas kloter.
Walaupun sudah melihat video dari berbagai sumber termasuk dari adik yang baru menunaikan ibadah haji tahun lalu, tapi tetap takjub melihat kota tempat "prophet mosque" ini.
Dengan kunjungan yang sangat banyak maka intensitas pemakaian masjid menjadi sangat tinggi. Tanpa sistem kebersihan yang baik maka lazimnya lantai akan terasa licin, kotor dan kadang berlumut. Juga karpet juga akan berbau kecut karena saat kaki-kaki yang basah atau kepala yang habis terkena air wudhu tersisa di karpet.
Apalagi di masjid Nabawi, bagian yang tidak dialasi karpet, boleh diinjak dengan sandal atau sepatu sekalipun. Hanya bagian dalam masjid dan yang ada karpet di atasnya saja yang harus lepas alas kaki. Bayangkan jika sistem pemeliharaan kebersihan tidak bagus maka lantai akan cepat sekali kotor oleh sepatu dan sandal bekas dari jalan atau bahkan dari toilet.
Sepanjang beberapa hari di Madinah, aku melihat bahwa center (pusat aktifitas dalam arti yang sebenarnya)di kota Madinah adalah masjid. Setiap masuk waktu shalat maka berbondong-bondong orang dari segala penjuru baik dari rumah - rumah maupun gedung serta hotel di sekitarnya untuk bergegas menunaikan panggilan untuk shalat itu.
Seperti diketahui bahwa masjid Nabawi dikelilingi oleh hotel-hotel. Hotel yang tingginya terlihat seragam itu hampir selalu penuh huniannya yang berisi jamaah umroh yang akan ke atau dari Makkah sebagai salah satu rangkaian perjalanannya. Tentu saja jamaah calon haji yang akan mengisinya saat musim haji.
Kebanyakan jamaah juga akan mendatangi masjid walaupun di luar waktu shalat wajib. Bila adzan berkumandang alias waktu shalat tiba maka jamaah otomatis akan membludak. Apalagi saat jatuh hari Jumat.
Pagi hari setelah subuh atau menjelang dhuha juga banyak yang masuk masjid untuk beribadah sekaligus melihat keindahan masjid serta melihat sekilas pembersihan masjid.
Aku melihat kebersihan masjid Nabawi dan ring satunya dijaga selama 24 jam. Pernah karena mengantri di Raudhoh, kami keluar masjjid sudah cukup larut. Hampir jam 11 malam. Ternyata saat yang sama datang dengan gledekan manual dengan membawa cairan warna warni. Tebakanku itu adalah obat pel...
Suatu ketika kepengin merasakan suasana subuh di sana, maka jam 3 pagi pun sudah ada petugas yang stand by. Kesimpulanku, jam berapapun jamaah tiba di masjid maka akan tetap terlihat petugas kebersihan dengan berbagai peralatannya. Mulai dari yang tradisional sampai yang modern. Yang tradisional ala di rumah adalah dengan sapu cemara di satu tangan dan tangan satunya pegang kresek. Petugas akan bergerak dari sisi karpet satu ke karpet lainnya. Petugas berseragam hijau itu dengan telaten sesekali memunguti sampah kecil yang tercecer. Di sela-sela karpet maupun yang tertiup angin, sambil sesekali membetulkan letak karpet yang mengsle atau bergeser sedikit.
Ada lagi yang membawa sapu dan pengki atau "cikrak" dalam bahasa
Banyumasnya. Ya dia akan mengambil sampah yangsudah mengumpul.
Ada juga yang dengan slaber atau alat pel berbagai bentuk. Mulai seperti kain, ada juga yang dari kombinasi semacam kain handuk dan tertutup seperti kelambu.
Banyumasnya. Ya dia akan mengambil sampah yangsudah mengumpul.
Ada juga yang dengan slaber atau alat pel berbagai bentuk. Mulai seperti kain, ada juga yang dari kombinasi semacam kain handuk dan tertutup seperti kelambu.
Ada juga yang memakai mobil kecil dan bila di Makah makasambil diiringi petugas yang secara manual akan "menyisir " dengan alatnya masing2. Uniknya diberi tali pembatas semacam police line yang menandakan daerah yang dilingkari tidak bisa dipakai dulu.
Untuk menghasilkan masjid yang bersih dan kinclong setiap saat ternyata tidaklah mudah dibutuhkan total action dalam pemeliharaan kebersihan. Dengan mengerahkan segenap peralatan baik tradisional (tenaga manusia) sekaligus modern (tenaga listrik), dengan sumber daya yang sangat banyak (penjadwalan petugas,alat dll).
Menurutku pemeliharaan kebersihan di kedua masjid itu menjadi sebuah sistem yang terbukti sangat baik. Bahkan di beberapa bagian Masjidil haram di Makkah yang sedang direnovasi tetap terlihat bersih. Aku membayangkan dulu saat renovasi kecil rumah, debunya ampun - ampun... ini renovasi besar di beberapa bagian namun lagi-lagi kebersihannya tetap terjaga.
Jika dulu aku pernah menulis tentang managemen masjid yang menerapkan ISO yaitu sebuah Standar international untuk manajemen mutu di kota Surabaya dan di Surabaya aku menemukan spanduknya.
Sedikit beda masjid Nabawi dan Masjidil Haram di kedua kota suci umat Islam, aku tidak menemukan tulisan serupa ( besar kemungkinan karena nggak bisa baca nya kali....) atau memang nggak ada. Wallahialam. Tapi aku yakin dan sudah membuktikan bahwa standar mutu itu sudah menjadi otomatis bila menerapkan total action karena allah semata.
Bahkan total action itu juga aku lihat juga di sekitaran hotel. Sudah diluar pagar masjid. Dengan petugas berbaju biru mereka semua juga sudah stand by pada saat subuh menjelang.
Kedua masjid yang menjadi tempat berlipatnya pahala jika kita shalat di dalamnya menjadikan contoh bahwa untuk menunjukkan performa yang excellent tetap butuh total action.
Apalagi bagi masjid "biasa" maka tetap butuh managemen mutu. ISO mengajarkan ada perencanaan tertulis yang harus dikerjakan. Serta menuliskan apa2 yang sudah dikerjakan alias dievaluasi.
Tetapi tanpa ISO pun bisa yaitu dengan menerapkan total action kebersihan. Tetap aja harus ada check list yang bisa nyontek point point atau klausul nya ISO itu. Supaya tidak ada yang terlewat.
Tujuan akhirnya memberi kenyamanan bagi jamaah, apapun caranya...
No comments:
Post a Comment