Agama dalam kolom TTS Aku dan Ibuku
"Asal kata agama adalah a berarti tidak sedangkan gama berarti kacau. Jadi agama itu berarti tidak kacau" ......demikian ibuku suatu ketika "ngendhiko" saat kami ngisi TTS ( teka teki silang).....tahu kan TTS ?
TTS itu merupakan olahraga otak. Karena mengisi sambil berpikir keras. He..he...
Ya itu adalah kegiatan harian kami mengisi waktu saat itu. Aku atau ibu pegang pulpen dan sambil " serius berpikir" mengisi kota kotak kosong di depan kami...
Ya itu adalah kegiatan harian kami mengisi waktu saat itu. Aku atau ibu pegang pulpen dan sambil " serius berpikir" mengisi kota kotak kosong di depan kami...
Buku yang berisi tebakan kotak kosong menjadi favorit saat bepergian naik kereta api. Jika lewat penjual TTS maka biasanya kita akan beli. Sambil di KA akan kita akan membunuh waktu dengan mengisi TTS.. beda banget dengan sekarang ya ...
TTS terdiri dari kolom mendatar dan menurun yang saling berhubungan. Kolom kosong itu suatu ketika akan terisi baik seperempat sepertiga atau separonya... jarang sampai penuh. Penuh artinya kita bisa menjawab seluruh pertanyaan.
Nah biasanya pertanyaannya adalah...adalah istilah yang artinya tidak kacau adalah... maka 5 kotak kosong itu akhirnya kami isi A G A M A. Biasanya para pengisi TTS sudah banyak yang hafal di luar kepala padanan -padanan kata yang menjadi langganan para pembuat TTS itu.
Demikian pula banyak kata, singkatan, istilah, padanan kata, sinonim, antonim itu akan berulang - ulang ditanyakan. Namun untuk mengisi penuh itu butuh perjuangan. Buka kamus, " diskusi kecil", ngobrol dll. He..he. jaman dulu belum ada mbah google... jadi serba manual....
Biasanya esoknya atau berselang beberapa hari kami akan mencari kunci jawaban TTS. Tapi seringkali juga kelewatan... biasanya kalau ada mainan atau kegiatan yang lebih menarik..
Cerita tentang TTS, aku biasanya berkolaborasi dengan ibu beberapa kali mengisi sampai penuh. Dan dengan senang hati akan mengirim ke redaksi koran atu majalah untuk mengikuti undiannya. Dengan mengisikan jawaban di sebuah kartu pos warna oranye maka aku atau ibu akan membuat garis dengan pensil kolom belakang kartu pos dan mengisinya dengan menulis jawaban mendatar dan menurun beserta nomornya.
Rasanya ada kepuasan tersendiri saat terisi penuh. Saat itu ditempeli perangko dan dikirim ke redaksi. Tak pernah sekalipun kami beruntung tapi tetap aja kami merasa senang..
Ya di luar negeri ada yang serupa dengan TTS yaitu Scrable. Tapi memang relatif lebih sulit karena kosa katanya dalam bahasa inggris harus banyak... sedangkan TTS dalam bahasa kita sendiri saja sulit...
Mungkin hanya beberapa kali saja kami bisa mengisi sampai penuh kotak - kotak yang tadinya kosong itu. Itu juga kadang ada banyak coretan. Atau warna warni pulpennya. Ada biru, hitam bahkan merah. Biasanya kalau kita bisa melengkapi TTS yang sudah hampir penuh- yang dikerjakan oleh orang lain- rasanya akan senang sekali.
Ya walaupun saat itu ibuku dan tentu juga aku masih awam sekali tentang agama yang kami anut- Islam- tapi setidaknya kalau hanya asal usul istilah ibuku masih paham.
Itu yang selalu teringat saat terminologi "agama" diucapkan oleh orang lain sampai sekarangpun....
Kadang masih ingat bagaimana seriusnya saat ibu menjelaskan... saat itu aku pun belum tahu bagaimana dan apa peran agama, A s.d Z nya, Frequent Ask and Answer 'nya. Apalagi istilah Dien atau Dinul .... terminologi agama dalam bahasa Arab.
Jika sekarang ada yang bilang agama adalah bla...bla...bla ( musuh besar dasar negara Pancasila ) maka aduuh rasanya aku - penikmat TTS jaman dulu ( he..he.) merasa sangat " terkejut"...
Apa ada tafsir lain....? Entahlah. Aku tidak ingin terjebak dalam olok - olok, caci maki tapi memberi tafsir kebalikan dengan kebenaran umum akan sangat beresiko. Ya minimal membuka perdebatan tidak perlu, kontraproduktif dan wasting time...
Dan satu lagi memicu perpecahan. Astaghfirullah...
Dan satu lagi memicu perpecahan. Astaghfirullah...
Aku melihat bahwa pernyataan itu akan menemui ujungnya saat dalam ancaman Corona yang makin menggila dan berbagai bencana lain atau kondisi apapun yang membuat kita menjadi berpikir bahwa kita sebagai manusia memang tidak ada apa - apanya.
Saat kita sedang dalam puncak kesedihan, gantungan kita adalah pada zat yang tidak terlihat tapi ada dan nyata. Itulah iman pada Sang Sutradara kehidupan.
Bagiku, kenyataannya sampai hari ini bahwa saat menyebut Sang Sutradara itulah yang akan menenangkan hati dan mendamaikan jiwa. Allah swt bagiku dan entah apa bagimu. Tapi itu tak penting karena sejatinya ajaranku sudah memberi batasan : bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Kalimat yang sangat indah.... tidak perlu perdebatan apapun atasnya....
Wallahu alam bishawab...
No comments:
Post a Comment