"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Ikut berduka cita.. semoga diberikan tempat terbaik di sisi Allah swt... semoga keluarga diberikan ketabahan dan kesabaran".
Ucapan tersebut dibuat saat ada berita kematian dari keluarga, teman, sahabat, kenalan bahkan public figure.
Bahkan saat di Makkah ataupun Madinah, setiap selesai shalat fardhu alias 5 x sehari semalam, maka hampir selalu dilanjutkan dengan shalat jenazah. Shalat untuk mendoakan si mayit... 4 kali takbir tanpa ruku dan sujud (CMIIW).
Tadi malam menjelang tidur kami dikejutkan berita uwa kami dari Ibu. di Cilacap menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 11 malam. Sementara sekitar 1 bulan sebelumnya Pak Dhe - kakak dari Bapak- juga meninggal di rumahnya di bandung...
Pagi ini seorang artis ( suami BCL) juga demikian. Sangat mendadak. Sebelumnya tokoh ormas Muhammadiyah dan NU ( Gus Sholah) juga wafat..
Kematian adalah sebuah kepastian....bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan kematian. Hanya masalah waktu dan cara. Cuma masalah waktu saja yang tidak pasti... Apakah 1 bulan, 1 tahun atau 10 tahun lagi ataukah lebih cepat lagi. 10 menit ke depan, 1 jam, 1 hari ataukah 1 minggu lagi. Ya intinya waktu saat seseorang meninggal itu menjadi misteri. Saat ini kita semua yang masih hidup ibaratnya masih antri untuk dipanggil.
Tidak urut kacang... Dari yang tua-tua dulu baru berikutnya anak-anak dan urutan berikutnya cucu, cicit, canggah, udeg -udeg siwur ( kalo nggak salah)- sebuah urutan dalam budaya Jawa.
Urutannya random atau acak. Tidak peduli umur. Lazimnya perkembangan dari kita adalah lahir, kecil, besar, dewasa, tua, dan baru akan mati. Tapi ternyata tidak selalu begitu.
Juga caranya tidak selalu dimulai dari kondisi sakit. Beberapa masih sehat dan segar bugar sebelumnya.
Bagi si camat ( calon mati), konsekuensi dari randomnya waktu itu maka setiap saat harus "siap"... ( aduuh ini mah beraaat banget ). Enak saat menulis dan atau ngomongnya tapi tentu kebalikannya saat disuruh bersiap-siap untuk sesuatu yang belum jelas kapan datangnya.
Intinya mati adalah hak prerogatif dari Allah swt. Bila sudah saatnya ajal tiba maka tidak bisa diundurkan barang sebentar.
Bagiku berita kematian orang yang dikenal akan membawa pada berbagai pertanyaan di dalam hati apakah yang akan kubawa menemani diri ini di alam sesudah mati, jika aku dipanggil saat ini... astaghfirullah...
Ya istilah ' siap- siap' mengacu pada bekal yang akan dibawa untuk mengarungi masa pasca kematian yang begitu panjang....sampai hari pembalasan kelak.
Bekal itu adalah amal baik saat kita di dunia. Tantangannya adalah untuk berbuat amal baik itu butuh komitmen, konsisten dan kontinyuitas.
Tidak cukup hanya pada niat saja. Walaupun niat baik juga sudah dicatat namun tetap perlu untuk dikerjakan. Bahkan terus menerus..
Aku masih sering angin-anginan atau dong dongan dalam hal ini.... kadang baik, pas pasan atau sering juga turun.
Banyak faktor memang yang berpengaruh.... masih suka pethakilan, masih seneng ini itu, ingin ini itu, masih pengin ke sana- sana, masih mau A, B sampai Z, belum ini dan itu dst. Seingatku saat pelatihan fardhu kifaayah maka ustadz bilang bahwa mati itu adalah pemutus kelezatan....
Semestinya dalam masa antri ini tetap harus berbuat dengan sebaik - baiknya walaupun bisa jadi hanya dengan sebisa bisanya. Artinya sesuai kapasitas masing - masing.
Harapanku kematianku suatu hari nanti, dalam kondisi baik dan husnul khotimah. Aamiin yra.
Demikian pula semoga para pendahulu kita hari ini ( uwa, suami BCL, dan ribuan yang lain yang nggak kenal) dan juga sebelum hari ini juga diberikan kematian yang husnul khotimah. Aamiin yra.
Demikian pula semoga para pendahulu kita hari ini ( uwa, suami BCL, dan ribuan yang lain yang nggak kenal) dan juga sebelum hari ini juga diberikan kematian yang husnul khotimah. Aamiin yra.
No comments:
Post a Comment