Friday, April 24, 2020

Hari Bumi dan Ramadhan Pertama Saat Pandemi Corona


Foto-foto cantik pemandangan pegunungan hijau di bawah langit biru yang terlihat dari kejauhan berlalu lalang di beranda medsosf. Juga foto tentang langit biru cerah terlihat di banyak kota besar di dunia terpotret denga sempurna.
Semua diyakini sebagai efek positif dari Corona. Bumi ibarat sedang "berisitirahat" sejenak melepaskan beban dan kepenatan.
Saat mobil motor dan semua transportasi dengan BBM sangat berkurang drastis di jalanan maka zat emisi buangan juga semakin menurun. Demikian juga saat cerobong pabrik sejenàk berhenti mengeluarkan asap hitam maka polusi otomatis juga menurun drastis.
Akibatnya yang langsung tampak adalah pada foto cantik yang bertebaran yang bisa diambil gambarnya hanya oleh orang biasa.yang pegang kamera dari hp misalnya.
Ada juga yang hanya bisa dipotret dengan kacamata ilmuwan. Kita hanya terima jadi gambar atau fotonya. Katanya lapisan zat ozon yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet berbahaya dari matahari juga mengalami perbaikan.
Peringatan hari bumi di tengah pandemi mengajarkan pada kita ternyata kadang kita butuh menyepi, menyendiri seolah bersemedi untuk kembali dengan lebih baik.
Ramadhan pertama esok hari adalah ramadhan dalam suasana berbeda dengan biasanya. Namun demikian puasa tetap diyakini sebagai upaya detoksifikasi pada tubuh setelah 11 selebihnya organ pencernaan hampir tidak pernah berhenti. Puasa menjadikan organ pencernaan sejenak untuk " turun mesin". Insyaallah efeknya juga akan sangat bagus, belajar dari istirahatnya bumi dalam masa Pandemi.
Apalagi puasa sebagai lapar yang diniatkan ujga ada upaya untuk mengontrol diri baik fisik ( rasa lapar dan haus) maupun psikhis ( emosi, marah, bete serta emosi negatif lain dll).
Puasa kali ini mengharuskan kita menyepi dan menyendiri. Tidak ada kemeriahan dan keramaian seperti waktu - waktu lalu.
Ibaratnya kita sedang semedi laiknya ulat yang membalut dirinya dalam kepompong. Suatu saatnya nanti akan bermetamorfosa jadi kupu- kupu.
Namun cukup berbeda dengan lapar yang tidak diniatkan ( baca : kelaparan ). Berita dan cerita tentang seorang ibu di Serang Banten yang meninggal karena kelaparan masih menjadi bahasan di beberapa media sangat mengharu biru.
Diyakini di luar sana, ada kemungkinan banyak lagi yang bernasib sama yaitu pada tahap kelaparannya.
Sebuah tulisan yang sangat bagus beredar di linimasa. Saat seperti ini maka yang menjadi prioritas adalah makanan. Bila perlu yang langsung jadi. Karena perut lapar tidak bisa menunggu.
Saat lapar dalam peristiwa kelaparan maka secara fisik akan menjadi lemah. Sementara pada orang yang lapar maka orang juga lebih mudah emosi dan marah. Dua hal ini akan menjadikan kekebalan tubuh menurun. Saat itulah penyakit infeksi juga akan mudah mampir.
Pada saat itu jangankan melakukan kegiatan berpikir yang memakan energi yang cukup banyak, melakukan kegiatan rutin saja sepertinya juga tidak bisa maksimal.
Dan kematian akibat kelaparan itu semoga menjadi trigger untuk berbuat sesuatu bagi yang miskin papa. Bahwa walaupun tampak sepi dan sendiri sesungguhnya jangan pernah berhenti.

No comments: