Tuesday, April 21, 2020

Kartini-an pada Masa Pandemi


Hari ini, 21 April 2020, adalah peringatan Kartini pada masa pandemi.
Dulu peringatan Kartini seolah hanya masalah fisik seperti kebaya dan konde saja sebagai perlambang emansipasi. Padahal pola pikir Kartini - jauh ke depan - melampaui jamannya.
Bahwa memang wanita berhak mengenyam pendidikan terbaik yang dia mampu. Bahwa tidak hanya pria yang bisa berpikir "merdeka", namun juga wanita. Bahwa imaginasi wanita bisa menjadi sangat visioner melintasi batas dan sekat-sekat dinding pembatas.
Menurutku, hari ini emansipasi wanita yang diperjuangkannya menemukan salah satu subtansinya. Wanita menjadi sosok multitasking yang sempurna pada era corona.
Saat work from home bagi wanita pekerja diberlakukan, maka sesungguhnya predikat "super mom/ woman" memang pantas melekat. Saat pagi menjelang, membangunkan anggota keluarga untuk segera bersiap. Bersiap untuk melakukan kegiatan rutin harian. Sementara wanita yang berperan sebagai istri atau ibu juga punya kegiatan rutin yang sama.
Lantas belum juga matahari terbit sudah harus memutar otaknya: apa menu yang akan disajikan pagi hari untuk sarapan, siang dan malamnya. Bila ada ART maka bisa langsung kasih perintah, tapi toh tetap memikirkan bagaimana nutrisi makanan yang kan disiapkan apakah memenuhi standar gizi untuk melawan si virus apakah tidak.
Tentu ini juga sepaket dengan mencari bahan mentah menunya. Di tengah harga- harga yang naik tinggi maka si ibu juga dipaksa berhitung dengan baik semua pengeluarannya. Apakah harus keluar ke pasar, beli di paklik keliling, ke supermarket atau online saja. Semua ada plus minus dalam hal pilihan, harga serta kenyamanannya.
Belum lagi semua urusan masak memasak dan cuci mencuci peralatannya yang cukup memakan waktu juga. Dalam urusan pakaian demikian juga untuk mencuci, menjemur, mengambil jemuran, melipatnya, menyetrikanya serta menatanya di dalam lemari pakaian.
Saat beranjak siang maka tugas sekolah si anak daring sudah menanti. Sementara dia sendiri dikejar deadline dari kantornya. Banyak curhatan ibu dan emak di medsos terkait kegiatan study from home bagi anaknya. Bagaimanapun ibu akan berusaha membantu anaknya.
Dalam masa pandemi ibu juga disibukkan bagaimana penyiapan masker, hand sanitizer serta bahan untuk disinfeksi. Apakah harus beli dengan harga selangit ataukah apakah buat sendiri. Tentu tak mudah juga untuk membuat sendiri. Dibutuhkan tutorial khusus untuk buat masker kain maupun campur mencampur zat kimia untuk desinfektan.
Ujungnya semua kegiatan ibu pekerja yang melakukan WfH membutuhkan manajemen yang baik. Bayangkan menjadi seorang koki, petugas laundry, guru, dokter, psikolog, financial planner sekaligus pekerja kantoran secara bersamaan dalam satu waktu. Bagaimana bisa dikerjakan bila itu bukan super mom / woman.
Toh aku menganggap bahwa tanpa bekerja kantoranpun, wanita yang berperan sebagai istri sekaligus ibu juga pasti seorang super woman atau super mom, karena 6 profesi disandangnya sekaligus.
Bila peringatan hari ini dimaknai hanya 'masalah fisik yang klasik yaitu kebaya dan konde semata maka menurutku ada kekeliruan di sana. Banyak masalah fikir yang menjadi urusan utama wanita juga seperti kecermatan urusan managemen sumberdaya dalam mengelola rumah tangganya. Baik waktu dan biaya. Bagaimana pusingnya bagaimana mengelola saat sumberdaya tetap namun harga - harga serta kebutuhan meningkat.
Belum lagi juga urusan psikhis, bagaimana tetap menjadi 'suluh' untuk tetap menjaga semangat dalam keluarga saat semua merasa down dengan kondisi yang tak pasti ini . Bagaimana psikhis kepala keluarga yang banyak mengalami PHK dan terancam tidak punya penghasilan, si istri tetap harus menyemangatinya.
Kasus meninggalnya seorang ibu di Serang, Banten yang dikabarkan hanya minum air galon selama 2 hari menunjukkan betapa bisa jadi ibu ini sudah sangat lemah dan kelelahan. Ibu ini bisa jadi mengutamakan keluarganya dalam hal konsumsi - seperti kebiasaan para ibu dalam kondisi normal sekalipun.
Sekalipun ibu ini sekilas "kalah" tapi sesungguhnya dia telah menang. Ibu ini telah memenangkan hati kita semua bahwa wanita ini telah menununjukkan sikap keibuannya bahkan bisa jadi multitaskingnya walaupun yang pada akhirnya harus merenggut nyawanya.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah swt, Tuhan yang Maha Kuasa.
Di sisi lain, hari- hari ini banyak dokter, perawat wanita serta seluruh tenaga kesehatan laim ( termasuk bidan yang pasti wanita) menunjukkan bahwa mereka benar- benar super super woman. Peran sebagai istri dan ibu dimasa pandemi ditambah dengan dedikasi pada profesi yang luar biasa. Bahkan beberapa dalam masa menyusui bayinya.
Peran mereka sama persis dengan para dokter dan perawat pria yang sama - sama menjadi tim garis depan melawan covid -19 ini. Aku bisa membayangkan bagaimana mereka memanage keluarga, urusan rumah tangga serta diri mereka sendiri dalam masa pandemi ini.
Sehingga semua dari mereka baik yang berkonde dan berkebaya ataupun berhijab dan bergamis yang berjuang di garis depan pantas mendapat gelar super super ( supernya 2 X ya) woman.
Yes!... bangga dengan semuanya.
Semoga tetap sehat dan berkah...
Aamiin yra

No comments: