Heboh tentang kursus berbayar melalui kanal tertentu bagi para pencari kerja. Memang menjadi agak janggal ditengah membanjirnya tutorial gratis yang serupa di banyak sosmed, tetapi program ini diluncurkan. Akibatnya menjadi banyak sekali masukan dan bisa jadi kritik untuk perbaikannya.
Lepas dari hal tersebut, jadi ingat salah hari kemarin saat sore dan saat di rumah saja.
"Apakah Anda orang yang termasuk suka meningkatkan kompetensi diri? "
Demikian kira-kira bunyi salah satu item pertanyaan di kuesioner yang aku isi kemarin. Persisnya lupa. Itu yang aku ingat sekilas.
"Apakah Anda orang yang termasuk suka meningkatkan kompetensi diri? "
Demikian kira-kira bunyi salah satu item pertanyaan di kuesioner yang aku isi kemarin. Persisnya lupa. Itu yang aku ingat sekilas.
Kuesioner yang dikirimkan oleh peneliti yang aku kenal ke hp dan akhirnya aku mencoba mengisinya. Kuesioner itu aku rasa melihat sisi dari efektifitas work from home. Apakah dalam masa pandemi yang mengharuskan kita berada di rumah alias #dirumahaja atau stay at home membuat produktifitas dan juga minat belajarnya tetap, meningkat atau menurun.
Jujur, work from home sebenarnya menyenangkan bila dalam suasana normal. Saat sikon pandemi mengharuskan demikian, tetap menyenangkan juga cuma ya memang membutuhkan sedikit kreatifitas biar tidak amat sangat membosankan.
Kami suka guyon kalau sekarang banyak
"letak punggung". Istilah "letak punggung" sendiri mengadopsi dari "letak kepala" atau "letak bokong" janin di dalam rahim. Letak punggung dinisbatkan pada kegiatan yang dilakukan sambil tiduran atau rebahan atau bahkan tidur beneran.
"letak punggung". Istilah "letak punggung" sendiri mengadopsi dari "letak kepala" atau "letak bokong" janin di dalam rahim. Letak punggung dinisbatkan pada kegiatan yang dilakukan sambil tiduran atau rebahan atau bahkan tidur beneran.
Sehingga kegiatan yang terbanyak ya tiduran. Diikuti kegiatan rutin pekerjaan rumah tangga mulai dari halaman depan sampai halaman belakang. Serta tadi ya kegiatan yang arahnya bekerja dari rumah yang banyak on line nya.
Karena kerjaan on line maka ngulik internet pada akhirnya menjadi kegiatan dominan juga saat ini. Berbagai kanal media sosial dengan karakteristik dan plus minusnya masing- masing menjadi salah satu cara untuk "lepas" dari kebosanan yang ada.
Nah dalam kondisi letak punggung ini apakah memang memungkinkan untuk meningkatkan kompetensi yang sudah dipunya atau bahkan baru mau menambah kompetensi diri ?
Sangat bisa kelihatannya.
Sangat bisa kelihatannya.
Melihat konten youtube katakan maka apa saja ada. Kadang aku anggap youtube kayak hutan belantara juga. Bila masuk tanpa alamat yang jelas maka bisa tersesat karena sangking banyaknya. Semua tema ada. Politik, ekonomi, kesehatan, pariwisata, dll Intinya semua aspek kehidupan ada di dalamnya.
Platformnya mulai yang monolog, dialog, seminar, simposium, gathering, kampanye dan banyak lagi. Dibawakan secara serius maupun guyon. Atau guyon yang serius dan serius yang guyon. Ada yang suka prank, semacam April mop yang suka bikin jantungan.
Platformnya mulai yang monolog, dialog, seminar, simposium, gathering, kampanye dan banyak lagi. Dibawakan secara serius maupun guyon. Atau guyon yang serius dan serius yang guyon. Ada yang suka prank, semacam April mop yang suka bikin jantungan.
Yang aku kagum bahwa banyak sekali juga konten positif untuk meningkatkan pengetahuan. Bisa jadi kompetensi juga. Kompetensi menurut KBBI punya 2 arti. Pertama merupakan kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu serta yang kedua adalah kemampuan menguasai gramatika secara abstrak.
Dalam Youtube lengkap sekali tawaran gratis untuk peningkatan atau penambahan komptensi itu. Aku yang awalnya tidak bisa dan tidak tertarik untuk masak memasak, setelah lihat konten memasak di youtube atau FB menjadi lebih menyukai. Memang pada akhirnya untuk jadi ketrampilan harus ada usaha untuk mencoba. Sementara untuk mencoba butuh alat, bahan dan waktu. Bila salah satu nggak ada, seringkali batal jadinya. He..he. maklum angin- anginan.
Selain masak memasak Banyak yang aku lihat dan belajar di FB atau medsos lainnya. Tutorial terkait pemanfaatan komputer serta internet sendiri, memakai aplikasi untuk pertemuan daring, tutorial bahasa, tutorial hijab, tutorial bikin masker, hand sanitizer. Juga ada tentang informasi dan ceramah para ustadz, doa- doa harian, ulasan berita, talkshow terkait banyak hal. Pendek kata di sana 'apa yang lu mau, gue ada'.
Nah kembali ke lanjutan pertanyaan kompetensi diri maka bahwa bagaimana cara meningkatkan kompetensi di era pandemi? Tentu saja bisa dari sosmed termasuk youtube.
Bagiku setelah melihat konten positif katakan masak memasak maka pengetahuan meningkat. Minimal dapat gambaran bahwa untuk membuat bakwan alias heci- makanan jaman kecil- nggak sulit -sulit amat. Juga untuk membuat ayam kriuk sudah ada bayangan apa yang harus disiapkan dan berapa kira-kira duit yang harus disiapkan untuk praktik.
Yay, kompetensiku nambah yaitu bisa buat bakwan sayuran setelah belajar dan punya keberanian untuk mencoba.
Ada kenalan yang bisa berubah dari dulunya tidak terlalu paham tentang kuliner sekarang setelah belajar dari kanal itu swcara mandiri dan gratis maka sekarang sudah sangat luar biasa. Malah hasilnya juga sudah kelihatan. Banyak pelanggannya yang mencari produk makanan baru darinya. Suatu peningkatan kompetensi yang luar biasa.
Tentu saja sebelum sampai pada tahap memasarkan barang dagangannya maka tetap butuh praktik dulu. Untuk mencapai hasil yang diharapkan. Memang butuh modal lagi untuk bisa praktik. Setelah praktik lebih dari sekali maka baru punya pengalaman untuk pola-pola gagal atau berhasil. Setelah itu dapat maka baru bisa menjadi 'bekal' untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Aku hanya mau bilang bahwa kompetensi tidak hanya dibangun dengan sekali lihat contoh atau tayangan saja. Tapi juga skill baru didapatkan setelah praktik bahkan trial and error. Coba dan coba lagi.
Satu lagi bahwa yang tak kalah penting adalah mindset. Minset inilah yang ada di balik semua perubahan yang terjadi.
Jadi untuk belajar yang mengarah pada peningkatan kompetensi maka bisa secara mandiri tanpa berbayar. Paling hanya kuota saja. Tentu saja diikuti dengan pembelian bahan dan alat. Jangan lupa kemauan serta mindset bahwa "semua bisa dipelajari". Semua konten media adalah bisa jadi ilmu. Semua content creator adalah guru.
Semoga para pembuat konten kreatif yang positif mendapatkan pahala jariyah karena sudah menularkan pengetahuan, semangat dan ketrampilannya.
Ilmu makin dibagi katanya bukan makin berkurang tapi makin bertambah. Semoga berkah ya.
No comments:
Post a Comment