Friday, April 10, 2020

Rokok dan Corona


Hampir semua orang tahu bahaya merokok, bahkan termasuk si perokok sendiri. Tapi ternyata sekedar tahu pun tidak secara otomatis mengubah perilakunya. Seperti kejadian beberapa hari lalu di rumah.
"Lho kok merokok mas" secara spontan aku ngomong begitu saat petugas *n******e yang baru memperbaiki di rumah dan pamitan pulang, mengeluarkan rokoknya yang tinggal separuh. "Saya tadi kan sedang di sebelah situ bu" -sambil menunjuk arah - " saya masih merokok jadi ya saya matikan rokoknya karena ditelpon dari kantor terus ke sini". Si Petugas menerangkan untuk membalas omonganku tadi.
"Mohon maaf ya mas, ini sedang musim corona ya, bagusnya sih berhenti aja. Soalnya merokok kan asap lewat saliran napas, nah Corona juga menyerangnya di sana" aku berusaha menyampaikan hubungan rokok dengan Corona. Si petugas tersenyum dan bilang " sebenarnya saya tahu bahayanya kok bu tapi untuk berhenti sangat sulit".
"Ya pak tapi cobalah mulai dikurangi dulu aja" aku merasa menemukan sesuatu untuk aku sampaikan pada si petugas.
"Maaf ya pak, saya ngomong gini, karena saya orang kesehatan maka merasa harus menyampaikan tentang hal ini".
"Oh nggak apa bu, baiklah saya pamitan bu"
"Ya pak, terimakasih ya" balasku sambil menutup pintu gerbang.
Aku kembali masuk rumah, dan aku melihat lagi stiker yang aku tempelkan di meja teras yang intinya larangan merokok bagi siapa saja yang masuk ke areal rumahku.
Tapi seringkali memang para tukang - maaf bukan dalam rangka merendahkan - yang paling banyak melanggar. Tentu saja ini khusus yang bertamu atau datang ke rumahku ya.
Beberapa kali perbaiki AC dengan tukang service yang sama, tapi selalu salah satu petugasnya merokok walaupun diapun tahu ada stiker itu dan tahu betapa cerewetnya tuan rumah. Dia hanya merasa perlu menyingkir agak keluar pagar rumah.
Satu lagi juga tukang sebelah rumah yang sedang memperbaiki kanopi depan rumahnya yang berbatasan langsung dengan tembok sebelah kiri rumahku. Membuang puntung rokoknya di depan rumah. Ini aku tahu karena ternyata banyak "teman " dari puntung itu ada sisa potongan pipa paralon serta besi yang masuk halaman rumahku juga. Mungkin karena berbatasan tembok saja dan ujung kanopinya persis di atas tembok pembatas dengan rumahku.
Kedatangan Corona ternyata juga belum memberikan rasa takut pada para perokok untuk mennghentikan kegiatan membakar uang itu.
Reseptor corona adalah ACe2 yang ada di saluran napas. Reseptor itu ibarat pelabuhan dimana kapal corona akan menepi. Jadi adanya reseptor itu makin membuat corona akan mudah mampir ke sana. Sementara bila merokok maka membuat pertahanan saluran napas melemah.
Akibatnya mudah ditebak. Si perokok makin rentan terhadap Corona. Dan seperti juga kita ketahui bahwà perkok rata rata sudah punya penyakit lain yang menyertainya. Sehingga ini makin mempermudah corona untuk menguasainya.
Ancaman kematian ibaratnya udah di depan mata. Bilapun sembuh maka paru parunya bisa jadi akan menjadi cacat dalam arti kaku karena fibrosis. Hal ini akan menyebakan kerusakan yang permanen.
Tapi ada kabar bahwa merokok bisa mencegah corona. Padahal secara keilmuan jelas bahwa hal ini terbantahkan. Tapi ya itu tadi perokok merasa seribu satu alasan untuk tetap melanjutkan kegiatannya. Sekalipun tahu bahwa itu bahaya.
Corona rupanya belum mampu juga menumbuhkan ketakutan yang pada akhirnya membawa pada keputusan besar untuk mengurangi konsumsi rokok yang ujungnya akan menghentikan sama sekali.
Padahal data di wuhan sudah jelas sekali. Banyak pria yang terkena dan yang paling mudah mengalami perburukan penyakitnya sampai meninggal adalah perokok.
Maka selanjutnya terserah Anda semua para perokok. Yang jelas, sudah aku sampaikan hal ini dan hilang sudah sebagian bebanku.

No comments: