Thursday, May 7, 2020

Harapan Corona


Pandemi Corona datang dengan tak terduga-duga di Wuhan sana. Sebagai yang berhubungan dengan Wuhan sebagai epicentrum pertama maka dapat diduga bahwa cepat atau lambat maka kita pun akan terkena.
Akhirnya 2 maret jadi hari bersejarah saat corona diumumkan secara resmi masuk negara kita, walaupun realnya bisa jadi lebih cepat.
Jadi sebetulnya kita saat itu punya banyak waktu untuk antisipasi. Tapi kondisi sudah begini. Akhirnya sekarang menyebar ke 34 provinsi.
Setelah karantina wilayah DKI ada harapan yang muncul. Kurva agak melandai, walaupun memang tetap dalam bayang2 kurangnya reagen, VTM dll. Sehingga memang tidak boleh terlalu bergembira dulu
Ya harapan...hope adalah keinginan untuk menjadi sebuah kenyataan. Selalunya harapan adalah doa terbaik. Boleh dong berharap atau berdoa bahwa pandemi segera berlalu. Pastinya begitu. Allah swt akan senang saat kita memohon dan hanya berharap kepada Nya.
Dalam harapan terkandung rasa optimisme.
Semoga akan segera diangkat corona dari negara kita khususnya. Aamiin yra.
Mempunyai harapan sesungguhnya adalah pertahanan yang sangat tangguh saat ada kesulitan yang mendera. Ada contoh bahwa kasus - kasus terminal kanker, berhasil bangkit karena adanya rasa optimis dan harapan yang besar akan kesembuhannya. Walaupun memang aslinya cukup kecil peluang tapi si pasien dengan optimisme dan harapan yang dibangunnya menjadikan dia mampu membalik keadaan. Namun dalam hal ini tetap ada usaha dan ikhtiar yang tak putus dalam mencari kesembuhan. Apapun dan bagaimanapun. Karena itu rumusnya. Bukan hanya pasrah bongkokan tanpa usaha. Seringkali ada hasil yang tak disangkanya diberikan Sang Maha Penentu saat sudah maksimal berbuat secara manusia dan tinggal tawakal sajalah kuncinya.
Berbicara realita corona saat ini - sesuatu yang menurutku lahir dari hukum alamnya atau sunatullah (CMIIW)- maka bisa jadi harapan itu masih agak jauh. Hal ini karena aku nilai upaya kita belum maksimal.
Saat Corona sudah "dipagari" dengan PSBB supaya tidak bisa "nabrak" ke sana - sini. Ternyata baru pagar mau dipasang si beberapa tempat ternyata ada himbauan bahwa mobil atau transportasi boleh bebas keluar masuk lagi. Ya "pagarnya" akan kalah.
Entah bagaimana teknisnya saat PSBB tapi transportasi kembali bebas. Ya kita tunggu aja bagaimana kelanjutannya.
Harapan yang kemarin sempat mekar dan mengembang menjadi sedikit layu. Membayangkan bahwa akan ada penularan masif lagi. Akibat lanjutannya membayangkan bahwa akan terjadi lonjakan kasus lagi. Ngeri. Belum selesai urusan satunya kemungkinan akan ada urusan sama yang menimpa dengan geser daerah nya saja.
Bisa jadi akan ada gelombang penularan ke dua di daerah yang sudah agak mereda. Entahlah, kita tidak pernah tahu.
Covid-19 masih sangat baru. Kita baru mengenalnya 60 harian lebih dikit di Indonesia. Masih belum terlalu jelas pola- polanya. Walaupun sudah ada penelitian yang mencoba memetakannya tapi secara umum masih cukup "misterius" dalam banyak hal.
Bila melihat gonta - gantinya kebijakan khususnya dalam lalu lintas orang maka faktor-faktor yang sudah teridentifikasi menjadi penghambat penyebaran corona khususnya physical distancing akan menjadi AMBYAR - mengutip sang maestro Didi Kempot- saat ini. Setidaknya masyarakat akan lebih abai terhadap physical distancing.
Harapan "tamba teka lara lunga" - mengutip judul lagi baru sang maestro dermawan -yang diterjemahkan obat datang maka penyakit akan pergi - dalam waktu dekat kelihatannya belum akan terwujud.
Satu - satunya yang menjadi harapan sekarang hanya Dialah Sang Maha Pembolak -Balik Hati. Semestinya dipikir ulang saat relaksasi PSBB dalam waktu yang dekat. Tanpa kajian yang komprehensif hal ini akan semakin mematahkan hope masyarakat yang sebenarnya sudah mulai legowo tidak mudik, tidak boncengan, tidak kongkow dan sudah berusaha mengurangi kesenangan dan hura- hura dalam masa sulit ini.
Bila kebijakan makin konsisten dalam ketidakkonsistenannya maka kasihan semua yang sudah berkontribusi menyerukan tidak mudik saat lebaran corona tahun ini. Mereka seolah menjadi "salah" saat kebijakan kontranya hadir di depan publik.
Tapi untuk ini aku sih merasa, bahwa tidak ada yang salah yang sudah berkontribusi Bahwa sesuatu yang sudah diniatkan kebaikan insyaallah tetap baik walaupun pola pandang sekarang bisa jadi sangat bertolak belakang. Begitu juga dengan seruan Bapak Didi Prasetyo alias Didi Kempot dengan Ora Iso Mulih dan Ojo Mudik.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga diberikan tempat terbaik di sisi Allah swt. Aamiin yra
Sugeng tindhak pak Didi...

No comments: