Berita menyedihkan datang dari Garut Jabar. Sekitar 4 ton telur busuk sebelum sempat didistribusikan sebagai bansos. Sayang sekali ya. Padahal di luar sana banyak sekali masyarakat yang mengharapkan bahkan hanya sepotong kecil telor dadar untuk teman makannya.
Belum lagi katanya juga ada sejumlah beras yaang membusuk juga karena terlalu lama di penyimpanan. Lagi- lagi mubadzir. Sesuatu yang akhirnya terbuang percuma, tanpa pernah dimanfaatkan.
Sebagai ibu- ibu yang hari- hari mengolah bahan pangan di dapur rumah maka membuang sisa makanan itu menjadi pekerjaan terberat. Kadang- kadang saking beratnya, biasanya aku tunda sepanjang mungkin untuk membuang sisanya. He..he.
Pekerjaan itu sangat berat karena biasanya sisa makanan akan diberikan sama ayam tetangga saat di Tarakan atau ayam, mentok dan bebek saat masih kecil dulu di Cilacap. Di samping ada perasaan bersalah saat membuang makanan.
Akhirnya setelah tidak bisa diselamatkan, maka akhirnya aku pendam di depan rumah. Harapannya supaya nanti jadi compos nantinya.
Di Philipina ada istilah pag-pag, makanan sisa yang dibersihkan dan diolah kembali. Makanan ini biasa si konsumsi oleh si Miskin. Memang bila melihat data, ada sekitar 30 % makanan terbuang. Mungkin bukan hanya di sana tapi di negeri ini juga ada yang semacam itu. Cuma tanpa nama khusus.
Beberapa orang tertangkap kamera sedang mengais tempat sampah sedang mencari sisa makanan. Juga ada juga yang sudah ketahuan kelaparan dan akhirnya meninggal.
Jadi membayangkan berton- ton telur atau beras rusak dalam penyimpanan membuat merasa ada sesuatu yang salah dalam hal ini.
Jadi ingat beberapa waktu lalu dapat kiriman beras dari mertua. Karena berat aku taruh aja di lantai. Ternyata beberapa lama kemudian bawahnya muncul jamur kehijauan. Akhirnya aku pilihin, sayang aja mau dibuang. Yang sudah tidak bisa diselamatkan lagi- lagi aku taburkan dan pendam di tanah.
Juga telur, pernah beli nggak banyak sih cuma 2 kg. Mungkin di tokonya sudah cukup lama atau bisa jadi agak malas plus lupa memasukkan ke dalam kulkas, akhirnya beberapa jadi busuk.
Bila jangka waktu antara membeli dan memanfaatkan terlalu lama maka akan berpotensi busuk. Apalagi telur infertil - yang cangkangnya agak putih- yang katanya lebih cepat busuk. Berdasarkan pengalamam penjual telur katanya yang cangkang coklat tahan 2 mingguan. Sementara yang putih hanya tahan 1 minggu an saja.
Memang sebenarnya barang- barang mudah rusak penyimpanannya harus extra. Apalagi dalam jumlah yang sangat banyak.
Ini perlu disimpan dengan palet atau alas kayu atau apapun yang bisa sebagai penghalang barang2 itu bersentuhan langsung dengan lantai yang cenderung lembab.
Ini perlu disimpan dengan palet atau alas kayu atau apapun yang bisa sebagai penghalang barang2 itu bersentuhan langsung dengan lantai yang cenderung lembab.
Maka bila bahan pangan busuk tidak bisa dikonsumsi ujungnya harus dibuang. Tentu untuk menggantinya ya harus keluar duit lagi.
Mengelola bahan pangan yang bukan produksi pabrikan - tanpa penanda Expired Date- maka perlu banyak bertanya pada orang yang ahlinya. Atau pun bisa dibrowsing saja. Banyak informasi untuk pre order dan pascanya.
Mengelola bahan pangan yang bukan produksi pabrikan - tanpa penanda Expired Date- maka perlu banyak bertanya pada orang yang ahlinya. Atau pun bisa dibrowsing saja. Banyak informasi untuk pre order dan pascanya.
Sebenarnya beras dan telur adalah barang yang fast moving pemakaian bila sudah di dapur. Hari-hari ini bahkan sampai kapanpun kita butuh barang ini. Kecuali ada barang pengganti yang setara nilai nutrisinya.
Satu lagi dalam hal ini maka perlu kehati- hatian untuk semua pihak khususnya pihak pemberi bansos bahwa perencanaan waktu belanja dan pendistribusian harus jelas dan pasti.
Jangan ada lagi kemubadziran dalam skala seberapapun untuk level pemerintahan. Karena ini pembelanjaan dengan uang rakyat, maka jangan sampai jadi membuat sedih
mereka- sebagai pemilik uang.
mereka- sebagai pemilik uang.
No comments:
Post a Comment