Monday, May 11, 2020

Rentan Corona


Saat pandemi begini maka hampir semua lapisan masyarakat terdampak secara ekonomi.
Mungkin yang tidak terdampak hanya sebagian sangat kecil yang bergerak di bidang- bidang tertentu yang dibutuhkan dalam kondisi physical distancing. Seperti misalnya bisnis telekomunikasi dan berbagai aplikasinya untuk bicara dan meeting jarak jauh- malah pemakaian meningkat pesat.
Disamping tentu saja bisnis sebagian alkes yang sempat harganya gila - gilaan. Berbagai jenis Masker, desinfektan dan hand sanitizer. Bahan pangan juga tetap, karena dalam kondisi apapun, manusia tetap butuh pangan.
Yang lain rata - rata sedang turun, anjlok bahkan banyak yang hancur. Sehingga di medsos sedang banyak membicarakan siapa saja yang terdampak. Memang ada sebuah pemetaan yang bagus bahwa ada yang masih kuat jika kondisi suram ini bertahan sampai sekian bulan ke depan. Atau bahkan ke bawah kurang dari 2 hari, dicari hari dan dimakan hari ini juga atau maksimal esok hari.
Mengutip para ahli- ahli dimana saat ini dianggap bahwa uang cash adalah raja. Dengan uang bisa membeli apa saja. Sehingga Liquditas saat ini menjadi sangat penting. Saat ada aset "berat" tapi tidak ada uang cash juga tetap sulit karena tidak mudah mencari pembeli aset tanah, rumah atau mobil dalam kondisi fokus orang pada kesehatan dan bahan pangan.
Bisa dimaklumi saat ini jika ada orang yang kelihatan mampu dari rumah dan kendaraan tapi ternyata sedang kesulitan keuangan. Jadi teringat sebuah kisah nyata yang diceritakan dan dialami seseorang sekian tahun yang lalu ada seorang dengan rumah dan kendaraan yang parkir di rumahnya termasuk mewah tapi ternyata cukup kesulitan yang amat sangat untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya.
Dia pun dengan berurai air mata mengatakan sebenarnya malu untuk berhutang untuk memenuhi kebutuhan hariannya karena orang melihat sekilas yang itu tadi. Karena ada masalah rumah tangga akhirnya menyebabkan hal yang tidak disangka oleh banyak orang tadi. Bahkan sangking putus asanya dia sampai merasa punya pikiran untuk sesuatu yang tidak baik terkait hidupnya.
Alhamdulillah ada yang bersedia menjadi tempat curhatnya dan ikut mencarikan jalan keluarnya sampai dengan meminjamkan uangnya bahkan memberikannya demi untuk menolong sahabatnya itu. Jadi memang benar jangan pernah menghakimi dari hanya dari melihat cashing luarnya aja.
Rentan memang adalah orang yang terdampak karena sesuatu. Sebaliknya adalah yang tahan. Dalam kasus corona maka yang paling rentan adalah yang paling miskin kemudian miskin, setengah miskin, agak miskin. Yang sering tidak terpikir adalah yang awalnya mampu atau setengah kaya tapi tiba- tiba menjadi miskin saat terimbas Corona.
BIsa jadi yang terakhir justru yang paling banyak. Sedangkan urusan makan adalah tidak bisa menunggu. Seperti cerita teman tadi, bayangkan untuk membeli kebutuhan sehari- hari masih hutang. Memang yang cerita dibatas tadi bukan karena corona tapi karena badai rumah tangga. Aku yakin pengecualian seperti ini ada banyak ditemui di lapangan.
Jadi jika bantuan makanan kadang diambil oleh orang yang kelihatan mampu jangan dihakimi dulu. Sebenarnya dia pun sudah berperang dengan batinnya saat mau mengambil hak yang biasanya untuk orang miskin. Dengan berani mengambil jatah si miskin dia pun sudah dengan "membulatkan tekad" dan dengan menutup mata demi perut dia atau keluarganya yang tidak bisa menunggu lagi. Ada sebuah video pendek dari Dhar Mann yang menceritakan hal serupa.
Sehingga sangat masuk akal bantuan makanan siap santap jangan banyak birokrasi. Dalam bantuan yang lebih besar mungkin untuk kebutuhan yang lebih lama 1 minggu atau 10 hari atau 1 bulan maka memang butuh yang lebih jelas identitas guna pertanggungjawaban. Memang dalam hal ini bantuan yang lebih terstruktur dan terencana akan sangat dibutuhkan. Namun dalam situasi emergency maka kecepatan juga sangat penting.
Apresiasi pada siapa pun yang bergerak cepat mensuplai bahan pangan dalam bentuk makanan jadi maupun bahan mentah. Tidak perlu saling mencari kelemahan antar lembaga. Karena pada prinsipnya semua berusaha menolong, tentu saja harus dengan data transparan dan siap untuk dipertanggungjawabkan.
Jika ada kelemahan data base diperbaiki saja. Toh semua data bisa di trace. Masyarakat mampu yang bermental miskin mungkin ada tapibakubyakin nggak banyak jumlahnya. Yang sering terjadi dari data rata- rata mereka malah mau mengembalikan jika merasa itu salah sasaran. Jadi sekalian perbaikan data untuk putaran berikutnya.
Sekarang situasi di lapangan memang sangat dinamis. Hanya saja dalam kondisi apapun urusan perut tidak bisa menunggu terlalu lama. Perlu kita semua untuk ikut berpartisipasi dalam mengatasi rentan corona ini. Bila pandemi makin memanjang, maka bukan hanya saat Ramadhan sekarang saja.
IMHO, sebenarnya bukan hanya sedekah makanan saja, tapi bisa juga sekedar nasihat untuk mengurangi pengeluaran tidak perlu bagi si rentan, untuk rokok misalnya.

No comments: