Pemandangan "aneh" terjadi kemarin di bandara Soeta. Dalam suasana pandemi maka kerumunan dan gerombolan manusia menjadi sesuatu yang aneh.
Dalam masa pandemi maka lazimnya physical distancing dan segala hal yang sifatnya sendiri. Bekerja, belajar dan bahkan ibadah sendiri. Bolehlah bersama tapi maksimal anggota keluarga.
Jelaslah bahwa pemandangan tersebut menggambarkan kepenuhsesakan dan menggerombolnya manusia di satu tempat tanpa jarak yang memadai satu sama lain. Aturan - aturan physical distancing tidak terlihat sama sekali.
Bila demikian maka yang paling "gembira" adalah Si Corona. Dia menemukan tempat yang menyenangkan untuk ikut tamasya ke seluruh pelosok negeri tercinta.
"Nanti di sana aku akan menyapa teman, kenalan, sahabat dan keluarga baru. Yang paling penting aku juga akan menemukan jejaring dan mitra kerja baru. Aku akan ajak mereka semua untuk kerjasama dan bisnis bareng biar semua akan sukses seperti aku. Membangun kerajaan bisnis besar baru lagi dengan jutaan member pasti akan sangat menyenangkan. Ayo jangan ketinggalan. Bila mereka sudah masuk maka dengan gampang aku akan mengambil untung sebanyak- banyaknya"
Mungkin itu cita- cita imaginer dari sisi Point of View dari si Corona.
Wajar sih, untuk menuju sebuah titik maka harus punya cita- cita yang perlu dicanangkan dalam sebuah visi. Kemudian diturunkan menjadi misi dan diperjelas lagi dengan strategi.
Cita-cita, visi, misi dan strategi Corona kelihatannya sangat jelas dan terang benderang. Sementara ini Corona sudah menginvasi semua level dan bidang kehidupan kita. Bisa jadi kita sudah menyerah kalah pada Corona.
Kita bertekuk lutut pada Corona, setelah amunisi kita habis, semangat kita drop, mental kita ndlosor.
Bagaimana tidak tentara garis depan alias semua warga sudah abai dan ignorance. Ini adalah musibah terbesar dalam perang melawan musuh tak kasat mata.
Sementara tentara garis belakang para dokter, perawat, bidan dan semua nakes sudah kelelahan dalam bertarung nyawa. Sangking capainya sebagian mengatakan: Indonesia? TERSERAH. Suka- suka kalian...hiks..
Apalagi yang masih tersisa ? Doa. Ya hanya doa saja yang masih membuat kita menjadi "kuat". Dalam suasana Ramadhan Corona ini maka doa - doa insyaallah mustajab.
Àyo langitkan doa, cegah cita- cita Corona menjadi nyata.
No comments:
Post a Comment